Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jangan Paksakan Kehendak kepada Anak Remaja

12 Agustus 2024   17:51 Diperbarui: 12 Agustus 2024   17:56 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak remaja adalah individu yang sedang berada dalam fase penting perkembangan psikologis dan emosional. Fase ini penuh dengan tantangan, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang tua yang mendampingi mereka. Sering kali, orang tua merasa perlu untuk mengarahkan anak-anak mereka dengan cara yang tegas, bahkan memaksakan kehendak mereka demi memastikan anak-anak mengikuti jalan yang dianggap benar. Namun, penting untuk diingat bahwa memaksakan kehendak kepada anak remaja tidak selalu menghasilkan dampak positif. Malah, pendekatan ini bisa merusak hubungan antara orang tua dan anak serta menghambat perkembangan kemandirian dan identitas pribadi anak.

Perkembangan Identitas Remaja

Masa remaja adalah periode di mana individu mulai membentuk identitas diri mereka. Ini adalah masa ketika mereka mengeksplorasi berbagai nilai, minat, dan keyakinan untuk menemukan siapa diri mereka sebenarnya. Ketika orang tua mencoba memaksakan kehendak mereka, misalnya dengan menentukan jurusan pendidikan atau karir yang harus dipilih anak, ini bisa membuat remaja merasa kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri. Pada akhirnya, mereka mungkin akan merasa tidak bahagia atau terjebak dalam situasi yang tidak mereka inginkan.

Remaja perlu diberikan ruang untuk bereksplorasi dan membuat keputusan sendiri. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan rasa tanggung jawab atas pilihan mereka. Tentu saja, ini tidak berarti orang tua harus sepenuhnya membiarkan anak mereka tanpa bimbingan. Orang tua tetap bisa memberikan nasihat dan dukungan, namun keputusan akhir sebaiknya diberikan kepada anak, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan masa depan mereka.

Dampak Negatif Memaksakan Kehendak

Memaksakan kehendak kepada anak remaja bisa memiliki dampak negatif yang serius. Salah satunya adalah menimbulkan perasaan frustrasi dan ketidakpuasan pada diri anak. Remaja yang merasa bahwa mereka dipaksa untuk mengikuti keinginan orang tua mungkin akan mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Mereka juga mungkin kehilangan motivasi untuk berprestasi karena merasa bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah keinginan mereka sendiri, melainkan sesuatu yang dipaksakan oleh orang lain.

Selain itu, memaksakan kehendak juga dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Anak remaja yang merasa tidak didengar atau tidak dihargai pendapatnya mungkin akan menjauh dari orang tua mereka. Komunikasi yang seharusnya menjadi jembatan untuk saling memahami bisa menjadi tertutup, dan ini akan membuat proses bimbingan dan dukungan menjadi lebih sulit. Pada akhirnya, anak remaja mungkin akan mencari dukungan dari luar, yang kadang-kadang bisa membawa mereka pada pengaruh negatif.

Pentingnya Komunikasi dan Dialog

Alih-alih memaksakan kehendak, orang tua sebaiknya membangun komunikasi yang baik dengan anak remaja mereka. Dialog yang terbuka dan jujur memungkinkan anak untuk menyuarakan pendapat dan keinginan mereka. Melalui dialog, orang tua dapat memahami apa yang sebenarnya diinginkan anak dan mengapa mereka memilih suatu jalur tertentu.

Dalam proses komunikasi ini, penting bagi orang tua untuk bersikap mendengarkan dan menghindari sikap menghakimi. Remaja akan lebih terbuka jika mereka merasa bahwa orang tua mereka benar-benar peduli dan bersedia mendengarkan tanpa menyela atau langsung memberikan penilaian. Dengan cara ini, orang tua dapat memberikan bimbingan yang sesuai tanpa membuat anak merasa tertekan atau dipaksa.

Memberikan Kesempatan untuk Belajar dari Kesalahan

Remaja adalah fase hidup di mana membuat kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Orang tua perlu menyadari bahwa anak mereka tidak selalu akan membuat keputusan yang benar, namun ini adalah bagian dari pembelajaran yang sangat penting. Dengan memberikan anak kebebasan untuk membuat keputusan, orang tua juga memberikan mereka kesempatan untuk belajar dari kesalahan yang mereka buat.

Ketika remaja membuat kesalahan, alih-alih memberikan hukuman atau mengkritik dengan tajam, orang tua sebaiknya membantu anak untuk merefleksikan apa yang terjadi dan bagaimana cara untuk memperbaikinya di masa depan. Dengan cara ini, anak akan belajar tentang konsekuensi dari keputusan mereka, serta bagaimana cara bertanggung jawab dan memperbaiki kesalahan mereka.

Membangun Kepercayaan Diri dan Kemandirian

Remaja yang diberi kebebasan untuk membuat keputusan akan cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Mereka akan merasa bahwa mereka mampu mengelola hidup mereka sendiri dan membuat pilihan yang tepat. Ini penting untuk membangun kemandirian yang akan berguna ketika mereka memasuki masa dewasa.

Kemandirian ini tidak hanya bermanfaat bagi remaja itu sendiri, tetapi juga bagi orang tua. Dengan membiarkan anak mengambil tanggung jawab atas hidup mereka sendiri, orang tua dapat lebih percaya bahwa anak mereka akan mampu menghadapi tantangan hidup di masa depan. Ini juga akan mengurangi beban orang tua yang kadang merasa perlu mengendalikan setiap aspek kehidupan anak mereka.

Kesimpulan

Memaksakan kehendak kepada anak remaja bukanlah cara yang efektif untuk membantu mereka berkembang menjadi individu yang dewasa dan mandiri. Sebaliknya, orang tua sebaiknya fokus pada membangun komunikasi yang baik, memberikan kebebasan yang terarah, dan membiarkan anak belajar dari kesalahan mereka. Dengan cara ini, anak remaja akan memiliki kesempatan untuk membentuk identitas diri mereka sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, dan membangun kemandirian yang akan bermanfaat bagi masa depan mereka. Orang tua tetap berperan penting sebagai pembimbing, namun bimbingan ini sebaiknya diberikan dengan penuh pengertian dan tanpa paksaan, sehingga anak merasa didukung dan dihargai sebagai individu yang memiliki kehendak dan hak untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun