Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Ruang Kelas Membawa ke Pelaminan

8 Agustus 2024   17:54 Diperbarui: 8 Agustus 2024   17:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah sekolah menengah di pinggiran kota, terdapat seorang siswi bernama Hana yang dikenal cerdas dan rajin. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan remaja dan tuntutan akademis yang tinggi, Hana merasa terasing. Ia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan daripada bergaul dengan teman-temannya. Namun, kehidupan Hana mulai berubah ketika Mr. Adrian, guru baru mata pelajaran sastra, datang mengajar di sekolahnya.

Mr. Adrian adalah pria berusia tiga puluhan, dengan penampilan rapi dan pesona yang alami. Kehadirannya di ruang kelas membawa angin segar. Ia memiliki cara mengajar yang menarik, membuat setiap pelajaran sastra terasa seperti petualangan. Selama beberapa minggu pertama, Hana hanya merasa kagum pada kemampuan mengajarnya, tetapi perasaan itu perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih mendalam.

Suatu hari, setelah kelas berakhir, Hana tetap tinggal di ruang kelas untuk menuntaskan tugas yang diberikan oleh Mr. Adrian. Ketika beliau memasuki ruangan, Hana memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara langsung dengannya. "Mr. Adrian, apakah saya bisa bertanya tentang buku yang kita bahas kemarin?" tanya Hana, dengan nada penuh rasa ingin tahu.

Mr. Adrian tersenyum dan mengangguk, "Tentu, Hana. Ada yang ingin kamu ketahui?"

Obrolan tentang buku berubah menjadi diskusi panjang mengenai penulis dan karya-karya mereka. Hana merasa nyaman dengan Mr. Adrian, merasa seolah-olah ia bisa berbagi segala sesuatu tentang dunia sastra tanpa merasa dinilai. Semakin sering mereka berbicara, semakin Hana merasa ada koneksi khusus antara mereka, meskipun ia sadar bahwa hubungan tersebut tidak mungkin berkembang lebih jauh.

Perasaan Hana semakin mendalam saat ia menyadari betapa Mr. Adrian memahami dan menghargai pandangannya. Setiap kali mereka berbicara, Mr. Adrian menunjukkan minat yang tulus dan perhatian yang membuat Hana merasa istimewa. Namun, Hana juga tahu bahwa cinta ini adalah perasaan yang rumit dan tidak biasa. Ia memutuskan untuk menyimpan perasaannya dalam hati dan tidak mengungkapkannya, karena ia tahu perasaan itu mungkin tidak akan pernah terbalas.

Hingga pada suatu hari, Mr. Adrian mengumumkan bahwa ia akan mengadakan seminar tentang sastra klasik dan meminta Hana untuk menjadi pembicara tamu karena kemampuannya dalam menganalisis karya sastra. Hana merasa sangat terhormat, tetapi juga semakin gugup. Dia merasa bersemangat sekaligus cemas, berpikir tentang bagaimana Mr. Adrian akan menilai penampilannya nanti.

Hari seminar tiba, dan Hana tampil dengan percaya diri, berbicara dengan penuh semangat tentang karya sastra yang telah dipelajarinya. Melihat Mr. Adrian di kerumunan, Hana merasa dorongan positif dan dukungan yang memberinya kekuatan. Setelah seminar selesai, Mr. Adrian memuji Hana secara pribadi. "Hana, presentasimu luar biasa. Kamu benar-benar memiliki bakat yang langka. Aku bangga memiliki murid sepertimu."

Kata-kata itu membuat Hana merasa bahagia dan terharu. Namun, dia juga merasa bingung, karena perasaan cintanya tidak kunjung hilang. Di malam hari, Hana duduk sendirian di kamarnya, merenung tentang semua perasaannya. Dia menyadari bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang cintanya yang tidak terbalas dan harus mencari cara untuk melanjutkan hidup.

Keesokan harinya, Hana memutuskan untuk berbicara dengan Mr. Adrian tentang perasaannya, tidak untuk mengungkapkan cinta, tetapi untuk mendapatkan klarifikasi dan mencari cara untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih baik. Di akhir kelas, Hana mengumpulkan keberaniannya dan berkata, "Mr. Adrian, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Anda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun