Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Gajah Mati Meninggalkan Gading, Harimau Mati Meninggalkan Belang, Warisan yang Kekal

7 Agustus 2024   20:13 Diperbarui: 7 Agustus 2024   20:15 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajah dan Harimau (sumber gambar: https://riausky.com)

Peribahasa "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang" merupakan ungkapan yang telah lama dikenal dalam budaya Nusantara. Peribahasa ini menggambarkan bahwa setiap makhluk akan meninggalkan warisan, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik, yang akan dikenang oleh generasi berikutnya. Dalam konteks manusia, warisan tersebut bukanlah sekadar harta benda atau penampilan luar, melainkan nilai-nilai, perbuatan, dan pengaruh yang kita tinggalkan bagi dunia.

Makna Filosofis Peribahasa

Peribahasa ini secara harfiah mengajarkan bahwa apa yang ditinggalkan oleh makhluk setelah kematiannya adalah ciri khas atau atribut yang melekat pada dirinya. Gajah meninggalkan gadingnya yang berharga, dan harimau meninggalkan belangnya yang khas. Namun, makna yang lebih dalam dari peribahasa ini menekankan pentingnya warisan yang kita tinggalkan dalam kehidupan ini. Setiap individu, seperti halnya gajah dan harimau, akan meninggalkan jejak yang akan diingat oleh orang lain. Jejak ini bisa berupa tindakan baik, prinsip hidup, atau pengaruh positif yang telah diberikan kepada orang lain.

Dalam kehidupan manusia, warisan ini lebih dari sekadar materi. Seseorang bisa dikenang bukan hanya karena harta kekayaan yang ia miliki, tetapi juga karena perbuatannya, kebaikannya, dan dampak yang ditinggalkannya bagi orang lain. Seorang pemimpin yang bijaksana, misalnya, akan dikenang bukan hanya karena posisinya, tetapi karena kebijaksanaannya dalam memimpin dan keputusannya yang membawa kebaikan bagi masyarakat.

Baca juga: Dua Dunia Satu Hati

Warisan Nilai dan Moral

Warisan yang paling berharga yang dapat ditinggalkan oleh seseorang bukanlah harta benda, melainkan nilai-nilai moral yang kuat. Seorang guru, misalnya, meninggalkan warisan melalui pengetahuan dan etika yang ia ajarkan kepada murid-muridnya. Seorang pemimpin yang adil akan dikenang karena keadilannya, bukan hanya karena kekuasaannya. Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan empati merupakan warisan yang akan terus hidup dalam hati dan pikiran orang lain, jauh setelah kita tiada.

Contoh nyata dari warisan nilai ini bisa kita lihat dalam kehidupan tokoh-tokoh besar sepanjang sejarah. Seorang tokoh seperti Mahatma Gandhi, misalnya, tidak hanya dikenang karena perjuangannya untuk kemerdekaan India, tetapi juga karena nilai-nilai perdamaian dan non-kekerasan yang ia anut dan ajarkan. Nilai-nilai ini terus menginspirasi generasi demi generasi, meskipun Gandhi telah lama tiada.

Pengaruh dalam Komunitas dan Keluarga

Selain nilai-nilai moral, pengaruh yang kita berikan dalam komunitas dan keluarga juga merupakan bagian dari warisan yang kita tinggalkan. Setiap tindakan, keputusan, dan sikap yang kita ambil dapat mempengaruhi orang-orang di sekitar kita. Orang tua, misalnya, meninggalkan warisan bagi anak-anak mereka bukan hanya dalam bentuk harta, tetapi juga dalam bentuk ajaran, kebiasaan, dan nilai-nilai hidup yang akan membimbing anak-anak mereka di masa depan.

Pengaruh ini juga berlaku dalam skala yang lebih luas, seperti dalam komunitas atau masyarakat. Seorang individu yang aktif dalam komunitasnya dan berkontribusi untuk kebaikan bersama akan meninggalkan warisan yang positif bagi komunitas tersebut. Contoh lain adalah seorang dermawan yang menggunakan kekayaannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Meskipun kekayaannya mungkin habis, tetapi warisan kebaikannya akan tetap dikenang.

Warisan dalam Bentuk Karya

Selain nilai-nilai dan pengaruh dalam komunitas, warisan juga dapat berbentuk karya atau pencapaian yang kita tinggalkan. Seorang seniman, misalnya, meninggalkan warisan dalam bentuk karya seni yang dapat dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya. Seorang penulis meninggalkan warisan melalui buku-buku yang ia tulis, yang dapat memberikan pengetahuan dan inspirasi kepada pembacanya.

Karya-karya ini adalah bagian dari diri kita yang akan terus hidup meskipun kita telah tiada. Mereka adalah jejak-jejak kita yang tertinggal dalam sejarah, yang dapat dinikmati dan diambil manfaatnya oleh orang lain. Karya-karya besar seperti lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci atau puisi-puisi karya Chairil Anwar adalah contoh dari warisan artistik yang tak lekang oleh waktu.

Memaknai Hidup dengan Meninggalkan Warisan Positif

Dalam memaknai peribahasa "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang", kita diajak untuk merenungkan apa yang ingin kita tinggalkan setelah kita tiada. Apakah kita ingin dikenang karena kekayaan materi yang kita kumpulkan, atau karena kebaikan, nilai-nilai, dan pengaruh positif yang kita berikan kepada dunia?

Kita semua memiliki kesempatan untuk meninggalkan warisan yang baik. Setiap tindakan baik yang kita lakukan, setiap keputusan yang kita ambil, dan setiap nilai positif yang kita pegang teguh akan menjadi bagian dari warisan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk hidup dengan penuh kesadaran, menjunjung tinggi nilai-nilai yang baik, dan berusaha memberikan yang terbaik bagi orang lain dan dunia di sekitar kita.

Penutup

Warisan yang kita tinggalkan adalah cerminan dari siapa kita dan apa yang kita perjuangkan dalam hidup. Seperti gajah yang meninggalkan gading dan harimau yang meninggalkan belang, kita pun akan meninggalkan sesuatu yang akan dikenang oleh orang lain. Marilah kita berusaha untuk meninggalkan warisan yang positif, yang tidak hanya memberikan manfaat bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi generasi mendatang. Dengan demikian, hidup kita akan memiliki makna yang lebih dalam dan akan terus dikenang, bahkan setelah kita tiada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun