"Kalau bukan Toni pelakunya, jadi Siapa Pelakunya?"
Ketika mobil ambulan datang dirumah Azhari, semua orang berkerumun hendak melihat jenazah itu. Para petugas rumah sakit dan kepolisian agak susah untuk menurunkan jenazah itu dikarenakan banyak orang yang ingin melihat keadaan jenazah Azhari. Dibantu oleh beberapa tokoh masyarakat, akhirnya jenazah Azhari berhasil diturunkan dan dibawa masuk kerumahnya.
Sementara itu, Lestari kembali sadar dari pingsannya. Dia mencoba untuk tegar walau hatinya masih sakit. Tetapi sebagai seorang istri, dia tetap menangis Begitu juga Widya dan Lasmi. Menangis mereka semakin menjadi-jadi saat Rizky memeluk badan ayahnya yang terkujur kaku.
Una juga merasa kehilangan, bagaimana pun gurunya itu pernah mengisi hari-harinya dengan kebahagian. Begitu juga mantan siswa-siswinya yang lain juga menangis walaupun dengan motif berbeda dengan Una.
Toni dan Robi juga masih di rumah duka, malah mereka mengurusi jenazah, menurunkan jenazah dari Ambulan sampai menguburkannya di tempat pemakaman umum. Jam 4 sore, semua proses pemakamam menurut Islam sudah selesai dilaksanakan, sebagian warga sudah kembali pulang kerumah masing-masing termasuk Toni, Robi, Una dan kawan-kawannya serta para guru sekolah dengan siswa, mereka semua sudah kembali ke tempat masing-masing.
Hanya tetangga dan saudara Azhari saja yang masih di rumah itu, mereka mempersiapkan segala hal untuk acara tahlilan nanti malam. Ketika mereka lagi sibuk mengerjakan segala sesuatu, datang mobil polisi. 2 orang polisi turun dari mobilnya dan langsung menuju ke rumah duka.
"Kami turut berbelasungkawa atas musibah yang menimpa keluarga ibu," kata Haris
"Iya pak, terima kasih telah berkunjung," jawab Lestari
"Selain niat kami untuk takziah, kami juga akan bertanya-tanya kepada ibu tentang pak Azhari. Bisa waktunya sebentar ibu?" kata Haris lagi
Lestari hanya diam saja