Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terbakarnya Surau Kami

20 Juli 2024   18:11 Diperbarui: 20 Juli 2024   18:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, ada satu hal yang membuatku terkejut. Di tengah keramaian, aku melihat seorang pria tua yang tampak asing. Dia berdiri di pojok surau, memandang ke arah kami dengan mata yang berkaca-kaca. Aku mendekatinya dan bertanya siapa dia.

"Aku adalah salah satu dermawan yang mendengar cerita tentang surau kalian," jawabnya lembut. "Aku juga pernah kehilangan tempat ibadah di kampungku saat kecil. Aku tahu betapa beratnya kehilangan itu."

Mendengar ceritanya, aku merasa lebih bersyukur lagi. Kehilangan surau kami adalah cobaan yang berat, tapi juga membawa banyak kebaikan dan hikmah. Kami tidak hanya mendapatkan bangunan baru, tapi juga merasakan kekuatan kebersamaan dan kepedulian dari banyak orang.

Hari itu, aku berdiri di depan surau baru kami dengan perasaan haru. Surau kami mungkin pernah terbakar, tapi dari abu yang tersisa, kami berhasil membangun sesuatu yang lebih indah. Dan yang terpenting, kami belajar bahwa dengan kebersamaan, kita bisa menghadapi dan mengatasi segala cobaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun