Siapakah Dia?
"Hore, kita lulus" kata Zahra sambil berlompat-lompat dan memutar-mutarkan sapu tangan merah miliknya diudara. Zahra gembira bersama teman-temannya, para siswi kelas XII IPS B. Mereka menikmati momen ini dengan sangat gembira. Sementara itu seorang guru geografi dan juga wali kelas mereka, Azhari Saputra berdiri agak jauh dengan hampir berlinang air mata.
Berlinang air matanya bukan karena sedih berpisah dengan siswa siswinya, tetapi lebih tepatnya sedih karena berpisah dengan salah seorang siswi bernama Una Maulida yang selama 3 bulan ini dia telah chat dengan kata-kata cinta walaupun dia tahu perbuatan dia ini salah karena dia sudah mempunyai seorang istri bernama Lestari dan seorang anak bernama Rizky.
Selama 3 bulan ini, Una juga menanggapi chat gurunya tersebut walaupun dengan chat biasa-biasa saja, karena Una tahu kalau gurunya tersebut sudah mempunyai seorang istri dan anak. Tetapi selama 1 bulan sebelum acara perpisahan ini, timbul juga perasaan cinta kepada gurunya tersebut.
Bukan cinta seorang peserta didik kepada gurunya, tetapi cinta dan sayang antara seorang wanita kepada pasangan lawan jenisnya walaupun selama berjumpa atau chat dia masih terlihat biasa saja. Selama 3 bulan ini juga baik Azhari maupun Una kalau disekolah terlihat biasa saja, tetapi saat malam tiba mereka saling membalas chat sampai jam 11 malam.
Terkadang Azhari meminta untuk bicara melalui video call apa bila dia merindui Una, tetapi Una selalu menolaknya dengan sopan. Bahkan saat berhubungan dengan istrinya pun, dia memb
Walaupun Una mau juga diperlakukan oleh gurunya dengan chat-chat demikian, tetapi dia masih menjaga perasaan istri dari gurunya tersebut dan juga untuk menjaga wibawa gurunya itu. Terkadang sang guru di sekolah selalu membuat cara agar bisa berkomunikasi atau berdua dengannya, tetapi Una selalu menjaga jarak.
Tetapi di saat dia beserta gengnya lagi berkumpul, gurunya itu datang, dia tidak akan pergi malah menikmati percakapan dengan gurunya tersebut walaupun diselingi dengan perkataan teman-temannya. Dikala sang guru sendiri, terkadang geng nya tersebut menghampiri guru itu, dan dia selalu dekat duduk di samping Azhari.
Una tahu ini salah, tetapi dia tidak bisa melepaskan atau jauh dari gurunya tersebut, dia begitu nyaman dengan gurunya tersebut. Terkadang di saat malam dia pusing dan menangis menahan perasaan yang seharusnya sangatlah salah ini, tetapi dia tidak sanggup melepaskan ingatan dari gurunya tersebut.
Dia merasakan rindu apa bila tidak melihat sehari guru itu, sama yang dirasakan oleh Azhari. Dia mencoba menerima seorang laki-laki yang menyatakan cinta dengannya. Selama dengan laki-laki tersebut dia tidak merasakan nyaman, malah lebih jauh nyaman dengan guru geografinya itu, sehingga baru jalan 2 minggu mereka bubar.
Setelah itu, mulailah dia agak dekat dengan sang guru. Selama 2 bulan sebelum perpisahan itu, kedekatan antara Azhari dan Una menimbulkan kecurigaan bagi Zahra. Bagi orang lain, kedekatan perlakuan Azhari kepada Una terlihat seperti biasa antara seorang guru dengan muridnya, tetapi bagi Zahra yang mempunyai insting tajam terlebih dia seorang siswa yang pintar, mencium ada sesuatu antara guru geografinya dengan sahabatnya itu, hingga suatu hari, mereka lagi duduk di pustaka hanya berdua, kebetulan saat itu jam kosong.