"Saya melihat ada sesuatu antara kamu dengan Pak Azhari, betul ngak?"
Una terkesiap sekejab, lalu dia cepat-cepat menguasai dirinya kembali
"Ngak,"
"Betul Una, saya melihat perlakuan Pak Azhari kepadamu begitu berlebihan. Ada hubungan apa antara kamu dengan Pak Azhari?" Zahra memaksa
Zahra terus mendesak, Una tetap bertahan. Zahra memberikan beberapa nasehat yang menusuk jantung Una, terutama perasaan seorang wanita dan seorang istri, Una pun menangis. Dalam tangisnya, una mulai bercerita.
"Bukan saya yang memulai, tetapi bapak itu," kata Una sambil terisak-isak
"Selama 2 bulan ini, dia selalu menghujani aku dengan kata-kata cinta, sayang, manja, bahkan mengirimi saya kata-kata mutiara cinta dan video rasa hatinya, saya hanya membalas biasa saja. Kalau tidak percaya, ini buktinya" kata Una sambil memberikan handphone nya kepada Zahra dan menampakan riwayat chat dengan guru mereka tersebut selama 2 bulan.
Zahra membacanya dengan mimik yang serius, setelah membaca chat itu, Zahra berkata,
"Ini salah Una, sangat salah. Bagaimana kalau tahu istrinya, atau bahkan orang lain selain saya, itu akan meruntuhkan kepercayaan orang kepada pak Azhari" kata Zahra, dia melanjutkan ucapannya
"Kamu lihat lah perlakuan istrinya kepada kita di saat kita pergi bertamasya dengan keluarga itu, saat kita buka bareng atau saat kita makan di rumahnya saat hari raya, ibu Lestari memberlakukan kita bagaikan anaknya sendiri. Apa kamu tega menyakiti hati selembut salju itu"
"Tidak Zahra, tetapi bapak itu terus mengechat saya duluan,"