Pak Ali menatap buku catatan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Melati adalah cinta sejati saya," katanya. "Ketika dia menghilang, sebagian dari jiwa saya juga ikut hilang. Saya tidak pernah berhenti mencari tahu apa yang terjadi padanya, namun semua usaha saya sia-sia."
Tiba-tiba, sebuah kilat menyambar dan lampu di rumah itu padam. Ainun dan Pak Ali duduk dalam kegelapan, hanya diterangi oleh kilat yang sesekali menyambar. Dalam kegelapan itu, Ainun merasakan kehadiran seseorang. Dia berbalik dan melihat bayangan seorang wanita berdiri di pintu. Bayangan itu tampak familiar, seperti sosok dalam lukisan.
"Melati?" bisik Pak Ali dengan suara gemetar.
Bayangan itu tidak menjawab, namun perlahan berjalan mendekat. Ainun merasa takut namun juga penasaran. Ketika bayangan itu semakin mendekat, sebuah petir menyambar dengan keras, dan seketika itu juga, bayangan itu menghilang. Lampu kembali menyala, dan Ainun melihat bahwa di tempat bayangan itu berdiri, terdapat sebuah gelang perak yang berkilauan di lantai.
Pak Ali mengambil gelang itu dengan tangan gemetar. "Ini milik Melati," katanya dengan suara serak. "Dia mencoba memberitahu kita sesuatu."
Ainun memandang Pak Ali dengan penuh pengertian. "Mungkin ini petunjuk yang kita cari," katanya. "Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang apa yang terjadi pada Melati."
Dengan gelang perak di tangan, Pak Ali dan Ainun bertekad untuk memecahkan misteri di balik hilangnya Melati. Mereka sadar bahwa kebenaran yang tersembunyi di balik lukisan itu adalah awal dari perjalanan panjang untuk mengungkap rahasia yang selama ini tertutup oleh waktu dan kegelapan.
Dengan gelang perak di tangan, Pak Ali dan Ainun memutuskan untuk memulai penyelidikan mereka di tempat di mana Melati terakhir kali terlihat hutan gelap di pinggir kota. Malam itu juga, mereka mengumpulkan peralatan dan berangkat menuju hutan. Hujan telah berhenti, namun suasana tetap mencekam. Bayangan pepohonan tinggi menjulang seperti sosok-sosok gelap yang mengawasi mereka.
Pak Ali memegang erat gelang perak Melati, sementara Ainun membawa senter untuk menerangi jalan mereka. Mereka berjalan dalam diam, hanya suara langkah kaki dan derit pepohonan yang terdengar. Setelah beberapa waktu, mereka sampai di tepi sungai tempat Pak Ali dulu menemukan gelang itu.
"Di sini," kata Pak Ali dengan suara pelan. "Ini tempat terakhir aku melihat sesuatu milik Melati."
Ainun mengamati sekeliling dengan seksama. "Mungkin ada petunjuk lain yang kita lewatkan," katanya sambil mengarahkan sinar senternya ke tanah dan sekitarnya.