Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja untuk Bos atau Bekerja untuk Ibadah, Menemu Makna dalam Profesi

17 Juli 2024   21:01 Diperbarui: 17 Juli 2024   21:06 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/rakyat-bisnis-pertemuan-1979261/

Meskipun bekerja untuk bos dan bekerja untuk ibadah mungkin tampak seperti dua hal yang terpisah, sebenarnya kedua perspektif ini bisa saling melengkapi. Bekerja dengan profesionalisme untuk memenuhi harapan atasan tidak berarti harus mengorbankan nilai-nilai spiritual. Sebaliknya, menggabungkan keduanya bisa menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

Cara pertama untuk mengintegrasikan kedua perspektif ini adalah dengan menetapkan niat yang jelas. Setiap kali memulai pekerjaan, tanamkan dalam diri bahwa pekerjaan ini adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan, sekaligus upaya untuk memenuhi tanggung jawab profesional. Dengan niat yang jelas, setiap tugas yang dijalankan memiliki makna ganda: sebagai bentuk pelayanan kepada atasan dan sebagai bentuk ibadah.

Kedua, jadikan nilai-nilai spiritual sebagai panduan dalam bekerja. Misalnya, kejujuran dan integritas adalah nilai yang sangat penting dalam dunia kerja. Dengan menjunjung tinggi kejujuran, karyawan tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari atasan, tetapi juga merasa tenang karena tidak melanggar prinsip-prinsip spiritual.

Ketiga, ciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Bekerja untuk bos seringkali memerlukan dedikasi dan waktu yang cukup banyak. Namun, penting untuk mengingat bahwa kehidupan tidak hanya tentang pekerjaan. Luangkan waktu untuk beribadah, berkumpul dengan keluarga, dan melakukan aktivitas yang mendukung kesehatan mental dan spiritual.

Kesimpulan

Bekerja untuk bos dan bekerja untuk ibadah adalah dua perspektif yang dapat membawa makna dalam kehidupan profesional. Bekerja untuk bos memberikan struktur, tujuan, dan kesempatan untuk berkembang dalam karir. Sementara itu, bekerja untuk ibadah membawa ketenangan batin dan kepuasan spiritual. 

Dengan mengintegrasikan kedua perspektif ini, kita dapat menemukan keseimbangan yang harmonis antara tuntutan profesional dan nilai-nilai spiritual. Pekerjaan bukan hanya tentang memenuhi ekspektasi atasan, tetapi juga tentang memberikan yang terbaik sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan.

Selain itu, kita juga harus merubah sebuah paradigma yang sering kita dengar berupa kalimat  "kamu yang kerja mati-matian, bos kamu yang beli mobil baru". Perkataan itu sangat sering didengar dikalangan pekerja, terutama pekerja swasta dengan bunyi kalimat yang berbeda namun bermakna sama. Seolah-olah karyawan bekerja hanya untuk "memperkaya" para bos, padahal tidaklah demikian. Paradigma demikian harus dihilangkan dari pikiran para karyawan.

Menurut hemat penulis, kita harus merubah paradigma di atas dengan paradigma "kita bekerja dengan iklas demi keluarga kita, karena "sawah dan ladang" kita itulah tempat kita bekerja, baik di kantor, di pabrik, di kapal dan ditempat kerja lainnya karena dari tempat kita bekerja itulah kita bisa memenuhi kehidupan keluarga kita masing-masing. 

Jangan pedulikan "kekayaan" bos kita karena kita tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi dan yang pasti mereka pasti berpikir setiap waktu bagaimana usaha bisa terus bertahan untuk memenuhi kebutuhan dirinya serta para pekerjanya". Kalau paradigma itu sudah kita tanamkan, niscaya kita bisa bekerja dengan iklas dan bernilai pahala di hadapan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun