Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan Seorang Guru

17 Juli 2024   12:43 Diperbarui: 17 Juli 2024   13:09 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah Foto Kenangan (Sumber Gambar : Dokumen Pribadi)

Di sebuah ibukota kecamatan yang kecil dan tenang, berdiri sebuah sekolah yang sederhana namun penuh kenangan. Di situlah saya mengajar dan mengabdikan diri selama lebih dari lima tahun. Hari ini, ketika lagi tidak ada jam mengajar, saya menyelusuri setiap sudut sekolah yang menyimpan jejak langkah dan cerita yang tak terlupakan dari setiap siswa yang pernah saya ajarkan dan saya didik. Perjalanan saya berakhir ketika memasuki kelas XII IPS yang penuh banyak kenangan.

Saya berdiri di depan kelas, menatap bangku-bangku yang kini kosong. Ingatan melayang ke masa-masa ketika bangku-bangku itu diisi oleh tawa, canda, dan semangat para siswa yang begitu berharga bagi kehidupan saya.

Pandangan saya pertama sekali melihat bangku paling sudut sebelah kanan saya. Disitu biasanya duduk seorang siswa laki-laki yang sangat pendiam dan bersuara kecil. Saya mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia lah siswa yang paling saya sayangi, itu agar dia tidak malu bergaul dengan teman-temannya.

Dibelakang dia duduk, saya teringat seorang siswa laki-laki yang selalu mengikuti kata teman-temannya, yang penting dia dianggap ada oleh mereka. Dibelakangnya lagi duduk seorang siswa laki-laki berambut ikal, ketika saya melihatnya saya teringat atas adik sepupu saya yang meninggal akibat penyakit tumor. Dibelakang nya lagi, duduk seorang laki-laki yang saya yakin dia yang paling dewasa diantara teman-temannya yang lain, tetapi dia sangat pendiam walaupun tidak sediam murid yang didepan. Diamnya dia saya baru tahu belakangan akibat masalah keluarganya yang begitu kompleks. Semoga masalahmu cepat selesai nak. Amin.

Dibelakang dia, terdapat seorang siswa laki-laki yang sering sekali alpa. Ini akibat dari orang tuanya yang tidak sering berada ditempat dan bangku terakhir dibarisan itu terdapat siswa yang ingin keberadaannya di akui sehingga sering melakukan hal-hal aneh.

Dibarisan kedua, dimeja kosong pertama saya teringat seorang siswa pindahan dari sekolah lain yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda dengan teman-temannya. Pada awalnya saya berpikir dia akan susah diterima oleh teman-temannya, ternyata teman-temannya menyambut baik kedatangannya. Dibelakangnya terdapat seorang siswa laki-laki yang satu-satunya sampai menginjakan kaki ke ibukota negara karena atas partisipasi di pramuka.

Dibelakangnya duduk siswa laki-laki yang selalu ribut dengan teman-teman perempuannya, apa bila dia tidak hadir dikelas, alamat kelas akan menjadi sunyi sepi sepanjang hari. Dibelakangnya duduklah sang ketua kelas yang berusaha menyatukan semua opini dikelas itu, tetapi tidak pernah bisa. Dia akan selalu didepan membela teman-temannya apabila teman-temannya ada masalah dengan kelas lain atau guru walaupun mereka sendiri terkadang yang memulai permasalahan itu. Dibelakangnya duduklah sumber "masalah" dikelas ini. Dia selalu bermain di belakang, tetapi bisa dikatakan dia adalah "otak" semua pergerakan dikelas XII IPS ini. Dan yang duduk dibangku terakhir dibarisan itu adalah seorang siswa yang tidak peduli apapun, yang penting dia lulus.

Dibarisan ketiga, duduklah seorang siswi yang paling cerewet dikelas, dan yang paling meladeni setiap ada permasalahan dengan siswa cowok dikelas ini. Dibelakangnya duduk seorang siswi yang tidak terlalu menonjol, tetapi sangat aktif di organisasi pramuka dan paskibra.

Dibaris yang keempat, duduklah seorang siswi yang mempunyai jabatan "bendahara" dari kelas 10. Dia memang sangat cocok menjadi bendahara, walaupun siswa laki-laki banyak tingkahnya dengan dia mengkutip iuran kelas, maka yang lain akan segera membayar kutipan iuran kelas. Dibelakangnya duduk sang juara kelas 3 semester dan juga merangkap sebagai sekretaris "abadi" semua kejadian kelas, dia yang akan pertama sekali melaporkan kepada saya selaku wali kelas mereka dan duduk terakhir dibarisan itu, adalah seorang siswi yang hafalan bacaan Al-Qurannya lebih baik dari pada siswa siswi yang lain.

Dibarisan selanjutnya, dibangku yang pertama duduklah seorang siswi yang berkaca mata yang prestasinya terus meningkat dari kelas 10 sampai kelas 12. Dibelakangnya duduk si "cabe rawit", siswi yang suaranya kalua ketawa menembus cakrawala. Dibelakangnya terdapat seorang siswi yang selalu disalahkan setiap ada kejadian dikelas itu, terutama yang melibatkan siswi perempuan yang anehnya dia tidak pernah sakit hati. Kesabarannya mungkin seluas samudera, tetapi belakangan ini kesabarannya sudah mulai setipis tisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun