Mohon tunggu...
Awaluddin Jamal
Awaluddin Jamal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Belajar Merangkai Kata, Lulusan D-IV STKS Bandung, Abdi Negara, Penyuka Wanita, Wija To Luwu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apa Kabarmu Pa'tabba?

11 November 2015   13:28 Diperbarui: 11 November 2015   13:28 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Waktu kecil dulu, ada dua jenis permainan yang sangat saya gemari, bermain wayang gambar dan kelereng. Bukan apa-apa, permainan ini tidak terlalu membutuhkan kondisi fisik yang kuat. Maklum, waktu kecil dulu, meski badan saya cukup subur tapi saya dianggap cukup lemah atau orang di kampung saya menyebutnya pe'lo.

Selain karena kondisi di atas, hal lain yang menyebabkan saya cukup gemar dengan permainan ini karena di dua permainan inilah saya bisa merasakan unggul dibanding dengan teman-teman sepermainan saya. Walau, kadangkala saya juga kalah.

Di dua permainan ini, lebih khusus lagi di permainan wayang gambar atau yang biasa disebut gambaran atau geplakan, saya cukup sering menjadi pa'beta alias pemenang. Dengan modal segumpuk wayang gambar, saya bisa menjadikannya sekantung.

Salah satu model permainan wayang gambar yang saya gemari adalah bermain 'ces'. Cara mainnya dengan menempelkan wayang jagoan masing-masing di telapak tangan, kemudian mengadunya dengan memukulkan telapak tangan ke tepalak tangan lawan atau biasa disebut ces.

Di permainan ini, setiap anak biasanya punya pa'tabba atau jagoan. Biasanya yang dijadikan jagoan adalah wayang yang seringkali memenangkan permainan takkala diadu.

Tidak jarang, dalam permainan ini, lawan biasanya rela menukarkan pa'tabba yang kita punya dengan wayang dengan jumlah yang lebih besar. Biasanya satu pa'tabba digantikan dengan 100 lembar atau bahkan lebih wayang kertas lainnya.

Kalau saya, biasanya memilih pa'tabba berdasarkan lusuh tidaknya kondisi wayang kertas. Semakin lusuh, maka semakin senang sayang menggunakan wayang kertas itu sebagai pa'tabba. Karena cara memilih wayang pa'tabba seperti ini, wayang pa'tabba saya sering laris di antara teman yang lain.

Saya yakin, tidak ada daya magis di sana. Mungkin hanya kebetulan saja, wayang pa'tabba yang saya pakai selalu menang saat diadu.

Di lain waktu, saya juga pernah dikerjai oleh teman saya dengan pa'tabba-nya. Sudah berkali-kali melakukan ces, saya selalu kalah. Seolah dewi fortuna sedang menjauh dari saya kala itu. Belakangan, saya baru tahu kalau teman saya merekayasa pa'tabba-nya.

Dua jenis wayang kertas yang memiliki gambar yang sama disatukan secara bolak-balik. Hasilnya, kemungkinannya hanya dua, kalau bukan pa'tabba-nya yang menang, pasti hasilnya seri.

Karena pengalaman itu pulalah, setiap akan bermain ces, ada semacam keharusan untuk selalu memeriksa pa'tabba yang akan digunakan oleh lawan. Kalau tidak, bisa jadi akan kalah banyak sebelum sadar.

Mungkin, saat ini, sudah tidak ada lagi anak yang bermain wayang kertas seperti saya dulu. Istilah pa'tabba juga mungkin sudah tidak pernah terdengar lagi di tengah permainan anak-anak. Semuanya sudah berganti dengan istilah-istilah di permainan game online yang saya sendiri biasa mengerutkan dahi saat mendengarnya.

Pa'tabba, apa kabarmu sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun