Mohon tunggu...
Awaluddin Paliliran
Awaluddin Paliliran Mohon Tunggu... -

I'm an Islamic people born in the buginese land, fallen down to the dark side of the world, struggling hard finding the lights to come home...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

“Pentingnya Motivasi Spiritual dalam Bekerja”

14 Maret 2012   06:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:04 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu petang, Anda baru saja pulang dari kantor. Dalam keadaan penat dan letih, Anda pun menjatuhkan diri ke atas kasur. Anda lalu menyetel TV, mencari-cari acara berita, musik ataupun film yang menarik. Alhamdulillah, akhirnya semua beban hari itu bisa ditanggalkan sejenak. Tiba-tiba saja muncullah sebuah breaking news. “Para ilmuwan NASA melaporkan bahwa Bulan telah melenceng dari orbitnya tanpa bisa dijelaskan penyebabnya. Mereka memastikan bahwa tabrakan Bulan dan Bumi tak terhindarkan. Bulan diperkirakan akan menghantam perairan selatan Samudera Hindia besok siang tepat pukul 12:00 GMT!” Besok kiamat! Apa yang akan ada di kepala Anda saat itu? “Waduh, utang di warung sebelah belum lunas!” “Ya Allah, aku belum minta maaf sama ibu!”  “Aku banyak dosa, belum tobat!” “Ah, tunggu besok sajalah, gimana baiknya.” Bagaimana dengan berkas-berkas yang menumpuk di laci? Janji yang harus Anda tepati? Anda mungkin berpikir, “Untuk apa lagi? Toh semuanya akan berakhir esok hari.” Rasanya tidak akan ada lagi orang yang peduli. Namun, ternyata masih ada yang peduli, bahkan mengingatkan kita untuk peduli. Orang itu adalah Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Jika kiamat telah mulai terjadi, sedang di tangan salah seorang di antara kalian ada sebuah biji (benih tanaman), maka jika dia sempat menanamnya menjelang kiamat itu, hendaklah dia menanamnya.” (Musnad Ahmad; Al-Adab al-Mufrad: Imam Bukhari). Mengapa harus ditanam? Bukankah pekerjaan itu tidak akan berfaedah apa-apa? Siapa lagi yang akan memetik hasilnya? Motivasi Diawali dengan Niat yang Benar Ternyata Allah SWT sangat menghargai usaha seseorang untuk bermanfaat bagi orang lain, sekecil apapun hasilnya. Sebab, yang pertama-tama dinilai ternyata bukanlah hasil, melainkan niatnya. “Sesungguhnya setiap amal itu bergantung pada niat …” Demikian potongan hadist Baginda Rasulullah yang amat populer. Niat kita dalam berkontribusi menentukan hasil yang akan kita peroleh. Ada orang yang ingin mendapat hasil di dunia saja. Allah SWT pasti akan memenuhi keinginan ini. “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (Q.S. Huud ayat 15) “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh bagian di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Huud ayat 16) Ada pula orang yang ingin kontribusinya berdampak tidak hanya di dunia, akan tetapi juga di akhirat kelak. Allah pun pasti akan memenuhi keinginan tersebut. “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 201) “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 202) Niatkanlah kerja kita untuk dunia dan akhirat. Sekecil apapun hasilnya, nilainya di sisi Allah akan kekal selama-lamanya. Meskipun demikian, bukan berarti Allah SWT membolehkan hamba-hamba-Nya berpuas diri dengan kerja yang hasilnya kecil. Allah SWT berfirman: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk ayat 2) “… Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan” (Q.S. Al-Maidah ayat 48) Bukankah Rasulullah SAW juga bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.”? Akhirnya niat ini akan memandu kita menjadi manusia yang sukses. Sukses karena memiliki visi hidup memberi, bukan memiliki.

Bedanya apa? Visi memberi yaitu mencari kebahagiaan dengan cara membahagiakan orang lain. Dengan cara apa? Memberi apa yang dibutuhkan. Mungkin berupa materi, ilmu, keterampilan, kesejahteraan, keteladanan, semangat, motivasi, inspirasi, perawatan, penyembuhan dan lain-lain. Dalam bekerja tentu kita inginmeraih kebahagiaan dengan cara membahagiakan orang lain. Bekerja mencari nafkah, untuk menghidupi keluarga, anak, istri, orang tua agar mereka dapat hidup bahagia. Dengan itu semua kita juga akan merasa bahagia. Apalagi jika semua dilakukan dengan penuh keikhlasan sebagai bagian dari ibadah sehingga Kerja adalah Ibadah betul-betul menjadi jiwa. Maka Insya Allah bahagia dunia dan akhirat akan dapat kita raih. Semoga Bermanfaat. *Syamril Yayasan Kalla. sumber: mediakalla.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun