Mohon tunggu...
Awaliyah Pram
Awaliyah Pram Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jurnalis Amatir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rela Bertaruh Nyawa Demi Selamatkan Korban Bencana

31 Oktober 2023   11:02 Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:10 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pengkhidmatan para relawan kepada para penyintas adalah bentuk takwa dan taqarub kepada Allah Swt." Itulah apresiasi yang disampaikan oleh Prof. Dr. K. H. Haedar Nashir, M. Si. kepada para relawan saat respon gempa bumi Cianjur tahun 2022.

Di mana ada bahaya, di situlah relawan bencana berada. Mungkin ini ungkapan yang tepat bagi sekelompok orang yang secara sukarela mendatangi lokasi bencana, tanpa keraguan, tanpa rasa takut, tanpa ada bayaran, dan tanpa paksaan dari siapa pun. Walau mungkin harus mempertaruhkan nyawa mereka.

Berawal dari panggilan jiwa, sampai akhirnya menjadi kebutuhan. Bagi bapak Al-Afik menolong korban bencana dapat menjadi kebahagian tersendiri, pasalnya dalam keadaan yang sedang tidak baik-baik saja, justru dipergunakan beliau untuk respon bencana, baginya menolong orang dapat menjadi obat untuk menyembuhkan berbagai masalah.

Awal mula karir beliau sebagai seorang perawat di PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pada tahun 1994. Pak Afik mulai menjadi relawan bencana dengan bergabung dalam MDMC DIY, beliau bergabung sejak pertama kali MDMC DIY didirikan pada tahun 2010. Tentu, banyak sekali pengalaman dalam respon bencana yang telah beliau lakukan, dan meninggalkan kesan yang tidak dapat terlupakan. "Bagi saya, momen-momen disetiap respon pasti berkesan" Ucap pak Afik

"Bayangkan, saat saya jalan kaki tiba-tiba samping saya ada rudal milik Israel. Ini salah satu pengalaman yang paling mendebarkan selama saya menjadi relawan, waktu itu pernah ditugaskan ke Palestina pada tahun 2009, yang merupakan salah satu daerah konflik. Selain Palestina, daerah konflik lain seperti Rohingya juga pernah saya datangi." beliau juga menceritakan saat menjadi relawan di Palestina, tidak ada jalan masuk lain, kecuali harus melewati Israel. Menariknya, nama beliau "Al-Afik" termasuk nama yang sensitif di Israel, sampai beliau harus melewati pemeriksaan berulangkali. "Kalau teman saya melakukan pemeriksaan paling hanya tiga kali, tapi karena nama saya termasuk nama yang gawat, jadi saya melewati pemeriksaan bisa tujuh sampai lima belas kali." Beliau juga menjelaskan betapa ketatnya pemeriksaan yang dilakukan saat itu "Pemeriksaan saat berada di pintu Eres itu dilakukan full body, jadi kita semua ditelanjangi, hanya tersisa celana pendek, dengan suhu yang sangat dingin. Semua anggota badan diperiksa, dan jika ternyata di dalam tubuh terdeteksi sesuatu, maka secara otomatis orang itu akan hilang." Jelasnya.

Betapa luar biasa pengabdian yang dilakukan para relawan kepada masyarakat, namun kebaikan yang ditanam tidak selalu membuahkan hasil yang baik. Beberapa dari kalangan masyarakat masih ada yang menolak kebaikan yang diberikan oleh relawan, terlebih lagi masyarakat yang tergabung dalam organisasi tertentu. Pak Afik bersama MDMC DIY tentu membawa nama organisasi Muhammadiyah pada setiap respon, tanggapan dari masyarakat pun beragam, ada yang tidak mempermasalahkan siapa yang menolong, dan ada pula yang menolak karena mengatasnamakan sebuah organisasi. Akan tetapi, pak Afik bersama MDMC DIY jarang menerima penolakan dari masyarakat "Kalau MDMC alhamdulillah, tidak ada penolakan, kalau pun ada itu biasanya dari organisasi lain yang menolak adanya kami. Bahkan waktu itu, kita pernah respon ke Madura, meskipun ada golongan syiah di situ, tapi kami masih diterima. Pernah juga saat respon ke Papua, bahkan yang menjadi basecamp kami waktu itu adalah gereja yang ada di sana." Ujarnya.

Ketika orang lain justru berlari menjauh dari lokasi bencana, seorang relawan justru bergegas mendatangi lokasi bencana tersebut. Secara sukarela, tanpa menerima bayaran, relawan dengan hati yang ikhlas dan tulus, serta selalu siap untuk membantu orang yang terdampak bencana. Biarpun demikian, pihak keluarga tidak pernah sekalipun melarang pak afik untuk melaksanakan tugas respon bencana. "Tidak pernah ada larangan dari keluarga, meskipun saya yakin pasti ada kekhawatiran dari mereka, namun rasa khawatir itu tidak ditampakkan. Kalau relawan sendiri memang tidak ada fee, namanya juga sukarela. Namun bagi saya, konsep relawan itu sama dengan konsep sedekah, jikalau kita bisa ikhlas dalam hal itu, maka semua pasti ada gantinya." Meskipun begitu, pak afik juga masih memiliki pekerjaan tetap, untuk menafkahi keluarga. Tidak sedikit pula teman relawan lainya yang tidak memiliki pekerjaan tetap, namun masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. "Saya masih mending, masih punya pekerjaan tetap. Banyak juga teman-teman relawan lain yang saya lihat, setiap bulannya itu tidak punya gaji tetap, tapi terbukti mereka tidak pernah kesusahan dalam mengurusi keperluan keluarganya. Nah itulah kuasa Allah." Pungkas beliau.

Baru-baru ini, Pak Afik ditugaskan sebagai Tim asistensi saat respon gempa di Maroko. Beliau bersama MDMC bekerjasama dengan PCIM yang ada di Maroko, turut memberikan sumbangsi dan membantu warga Muhammadiyah yang ada di sana untuk melakukan respon. Karena sebelumnya belum pernah ada pengalaman respon bencana, oleh karena itu Pak Afik beserta relawan lainnya dikirim ke Maroko untuk membantu membuat Poskor dan lainnya, yang sebelumnya belum ada. Bagi pak Khusiyan selaku Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan di MDMC DIY melihat sosok pak Afik sebagai orang yang berpengalaman luas, "Kalo dari pandanganku, ilmu keperawatan yang dimiliki pak Afik itu luas. Dia juga memiliki pengalaman luas tentang bencana, baik di regional, nasional, maupun internasional" Ungkapnya.

Sebagai penutup dari tulisan ini, ada kutipan dari pak Afik yang dapat dijadikan sebagai motivasi kita agar gemar menolong sesama, "Menolong sesama bukan lagi kewajiban, melainkan sudah menjadi kebutuhan kita sebagai manusia. Sehingga kita akan merasa lega jika sudah membantu orang lain." Kutipan dari Bapak Al-Afik pada sesi wawancara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun