Pendidikan modern yang sering kali terlalu fokus pada hasil akademin, seperti sains, matematika, dan keteramapilan teknis, cenderung mengesampingkan elemen-elemen kreatif yang sebenarnya memiliki peran vital dalam tumbuh kembang anak, salah satunya adalah seni. Seni dalam berbagai bentuknya seperti musik, lukisan, tarian, teater, dan lainnya, adalah media utama yang memungkinkan anak untuk mengekspresikan diri, mengembangkan imajinasi, dan berpikir kreatif. Imajinasi merupakan dasar dari inovasi, dan seni berfungsi sebagai wadah di mana anak-anak bisa berlatih berpikir di luar batas-batas logika konvensional. Jika pendidikan hanya menekankan aspek yang kaku dan teknis, maka imajinasi anak bisa terhambat dan potensi kreatifnya terkubur.
Pendidikan yang mengabaikan seni berisiko menciptakan individu-individu yang mungkin pandai dalam kemampuan teknis namun miskin dalam kreativitas dan pemecahan masalah yang inovatif. Dalam dunia yang semakin dinamis dan memerlukan solusi kreatif, seni tidak hanya sekadar hobi atau aktivitas sampingan, melainkan aspek integral dari pendidikan yang seimbang. Melalui seni, anak-anak belajar cara memecahkan masalah, berkolaborasi, dan berpikir kritis dengan cara yang tidak selalu diatur oleh aturan yang baku.
Seni juga memainkan peran penting dalam perkembangan emosional dan sosial anak. Melalui seni, anak belajar memahami emosi mereka sendiri dan empati terhadap orang lain. Hal ini penting karena membantu mereka dalam membangun keterampilan interpersonal dan kesadaran diri. Mengabaikan seni berarti mengabaikan komponen penting dalam pembentukan karakter dan kecerdasan emosional anak.
Sistem pendidikan saat ini sering kali berfokus pada ujian, standar nilai, dan hasil yang terukur secara objektif. Seni, yang lebih bersifat subyektif dan sulit diukur dengan angka, sering dipandang sebagai aktivitas yang kurang penting. Namun, pendekatan ini sebenarnya membatasi ruang tumbuh bagi anak untuk mengeksplorasi identitas diri dan potensi mereka yang sesungguhnya. Dalam lingkungan yang terlalu formal, anak-anak bisa kehilangan rasa ingin tahu dan kemampuan untuk berpikir tanpa batas.
Kesimpulan membiarkan seni tetap berada di pinggir dalam pendidikan berarti kita sedang membunuh imajinasi dan potensi kreatif generasi mendatang. Oleh karena itu, pendidikan harus menghargai seni sebagai elemen penting yang mendukung perkembangan holistik anak. Jangan bunuh imajinasi mereka dengan mengabaikan seni---biarkan seni menjadi salah satu pilar penting dalam pendidikan agar anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang utuh, kreatif, dan mampu berpikir bebas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H