Mohon tunggu...
Awal Parengkuan
Awal Parengkuan Mohon Tunggu... -

Di dalam air ada bubu..di dalam bubu ada air..seperti itulah sejatinya rahasia dunia gelap yang kutekuni\r\n

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sandhi Yudha; Profil Pasukan Misterius dan Berbahaya

7 April 2015   15:32 Diperbarui: 4 April 2017   18:24 31972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terungkapnya status  gembong teroris binaan Santoso yang tewas di Parigi, yaitu Daeng Koro alias Sabar Subagio, sebagai mantan calon komando di Kopasandha turut membuat lega bagi beberapa pihak. Lega bukan hanya karena kematiannya, namun juga lega oleh statusnya yang hanya calon komando, bukan bagian dari anggota satuan Sandhi Yudha Kopassus.

Sebab, apabila Sabar Subagio alias Daeng Koro benar-benar pernah menjadi anggota detasemen Grup 3 sandhi Yudha, bukan hanya sekedar bertugas di denma atau TC, apalagi pernah ikut menjalankan misi-misi rahasia, maka baik dia mau pun organisasi teroris yang pernah menaunginya dijamin bisa menjelma menjadi organisasi teroris berbahaya dan sulit ditaklukkan sebagaimana kemapuan ISIS. Daeng Koro akan menjelma menjadi salah satu master mind dan ahli strategi yang tersembunyi, penuh perhitungan namun sangat mematikan dalam tindakan.

Di dalam tubuh kopassus sendiri, Grup 3/ Sandhi Yudha adalah pasukan elit di dalam elit. Tidak semua tentara yang lulus jadi anggota baret merah bisa menjadi anggota Sandhi yudha. Artinya, tidak mudah dan tidak semua anggota kopassus bisa menjadi anggotanya.

Grup 3/Sandhi Yudha

Pertama kali dibentuk oleh Kapten C.I Santoso untuk memisahkan rakyat dengan struktur PKI di pedesaan pada tahun 1966, Grup 3/Sandhi Yudha adalah satuan Kopassus yang memiliki spesifikasi tugas perang rahasia  atau operasi klandestin. Termasuk pasukan yang memiliki kemampuan dalam intelijen tempur atau combat intell, perang psikologi dan retorika dan counter insurgency (kontra pemberontakan). Oleh sebab itu, seorang  calon Personil di Grup ini diseleksi amat sangat ketat di internal mulai dari calon prajurit yang masih pendidikan hingga personel yang sudah bertugas aktif di kesatuan tetapi punya bakat intelijen yang kemudian akan dilatih lagi.

Setelah melalui tahapan seleksi yang ketat dan penuh kerahasiaan,  para calon intel tempur ini dididik lebih khusus lagi yaitu pendidikan Sandhi Yudha di batu jajar, Bandung. Materi pendidikannya adalah intelijen dan pengetahuan pendukung untuk intelijensia di medan operasi seperti penyamaran, navigasi, bela diri khusus, penggunaan alat-alat khusus intelijen dan lain-lain. Bahkan beberapa personel terpilih dari Grup ini dikirim lagi untuk sekolah ke Pusat Pendidikan Intelijen Militer di luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris bahkan Israel. Di antara seluruh jenis prajurit di Kopassus yang paling spesifik pendidikannya adalah prajurit di Grup 3/Sandhi Yudha.

Tugas dari personel grup ini adalah  melakukan operasi-operasi khusus tersembunyi dan jarang diketahui publik. Tidak jarang personel Sandhi Yudha harus melakukan operasi-operasi tertutup semacam black operation atau operasi hitam yang cenderung kotor, melanggar hukum, baik hukum sipil mau pun humaniter, demi menyukseskan tujuan perang. Tujuan operasi-operasi terselubung ini serta penggunaan personel-personel yang kerahasiaan identitasnya terjaga, biasanya adalah untuk menghilangkan jejak pemberi perintah, atau menyangkal keterlibatan sebuah negara ketika satu operasi ilegal terbongkar dan diketahui publik.

Selain itu ketika sebuah operasi militer akan diadakan, maka sebelum ada pengerahan gerakan pasukan besar,  lebih dahulu harus dilakukan operasi intelijen tempur (combat intel),  tujuannya untuk mengetahui kondisi dan situasi lapangan serta kekuatan lawan.

Salah satu tugas rahasia yang pernah diemban oleh Sandhi Yudha adalah ketika akan dimulainya operasi Seroja di Timor-Timur tahun 1975. Ketika itu, sebelum pasukan besar melakukan serangan besar, pasukan Sandhi Yudha terlebih dahulu mendirikan stasiun radio diperbatasan Motoain. Tujuannya adalah mengadakan perang psikologis dan retorika terhadap masyarakat yang kala itu baik pikiranya mau pun hatinya masih lekat dengan Fretilin. Selain itu, pasukan Sandhi Yudha juga berkali-kali masuk jauh ke dalam wilayah Timor timur untuk mengadakan operasi sabotase, intelijen dan mengadakan kekacauan di dalam wilayah Timor timur.

Oleh karena itu, dalam melakukan tugas operasi klandestin (clandestine), prajurit Sandhi Yudha selalu bergerak menyamar tanpa identitas yang jelas. Mereka akan berubah bentuk dan melakukan berbagai pekerjaan yang sekilas tidak ada hubungannya dengan status mereka sebagai anggota militer. Pun penampilan mereka juga berubah drastis. Dari tongkrongan Tentara yang sangar seketika akan berubah menjadi sipil yang jauh dari kesan macho. Untuk memudahkan mereka bergerak, biasanya mereka  dilengkapi dengan identitas sipil seperti KTP dan berbagai pekerjaan yang tidak menimbulkan kecurigaan pihak target intai dan lawan yang sedang diamati.

Karena kemampuannya dalam operasi clandestine ini, maka di masa sebelum era reformasi, satuan Sandhi Yudha ini banyak disalah-gunakan hanya untuk kepentingan kekuasaan semata, sehingga sering menimbulkan ekses negatif. Tetapi terlepas dari semua kasus dan isu-isu miring yang menerpa Kopassus sebagai rumahnya para Prajurit Sandhi Yudha, mereka memiliki kontribusi yang sangat signifikan khususnya dalam hal intelijen di Negeri ini. Banyak informasi dari para alumnus Sandhi Yudha maupun yang masih aktif di Grup 3 terhadap negara yang menyangkut gangguan separatisme, teroris di dalam negeri maupun peran serta bangsa lain dalam mengganggu keutuhan NKRI.

Mereka bermain di belakang layar tanpa kelihatan dengan menghadapi risiko tugas yang sangat berat dan jauh dari keluarganya bahkan tidak sedikit dari pada prajurit Sandhi Yudha ini yang tidak dikenal anak kandungnya sendiri begitu pulang bertugas karena lamanya di dalam medan operasi. lebih baik pulang nama dari pada gagal di medan perang.

Oleh sebab itu, untunglah Daeng Koro alias Sabar Subagio tidak pernah menjadi anggota sandhi Yudha secara resmi dan  hanya calon komando yang ditugaskan di bagian detasemen markas. Kalau tidak maka kita bisa membayangkan kesulitan seperti apa yang akan dihadapi oleh polisi mau pun TNI untuk mengatasi gerakan bersenjata mereka.

Keahlian seorang alumni Sandhi Yudha yang tersembunyi, ahli retorika dan perang psikologis, serta mahir menyusup dan membuat kekacauan di garis belakang musuh, akan sangat berbahaya bila disalah gunakan dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti halnya Santoso dan komplotannya. Sebagaimana yang terjadi di mexico, bagaimana keahlian mematikan para pasukan khusu terlatih dimanfaatkan oleh kartel narkoba sebagai squad pembunuh mereka yang sulit diatasi hingga kini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun