Mohon tunggu...
Abdurrahman Mahmud
Abdurrahman Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Guru

Alumni S1 Pendidikan biologi, Alumni SM3T Angkatan pertama penempatan rote ndao, Alumni PPG pra jabatan angkatan pertama UNG, Alumni Guru SILN Sabah Malaysia Angkatan 5, Fasilitator Anti Perundungan ROOTS, Narasumber Berbagi Praktik Baik Angkatan III, CGP Angkatan IX.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Diferensiasi Pembelajaran Berbasis Google Sites untuk Meningkatkan Literasi Sains"

4 Oktober 2024   18:18 Diperbarui: 5 Oktober 2024   16:22 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumen Pribadi.  Identifikasi Kebutuhan Peserta Didik dalam Kegiatan Literasi Sains

A.Pendahuluan 

Kemampuan literasi sains peserta didik di SMP Negeri 4 Satap Mootilango menghadapi tantangan besar dalam memahami konsep ilmiah yang mendalam. Kurikulum Merdeka, yang menekankan pada pembelajaran berbasis proyek dan pengembangan keterampilan berpikir kritis, memerlukan strategi pengajaran yang lebih inovatif dan relevan. Meskipun peserta didik di sekolah ini memiliki pengetahuan dasar yang memadai, mereka cenderung kesulitan menerapkan konsep ilmiah dalam situasi nyata. Kesenjangan ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis dan keterampilan penyelesaian masalah di kalangan peserta didik.

Misalnya, ketika mempelajari topik pertumbuhan dan perkembangan tanaman, peserta didik mungkin hafal nama-nama bagian tanaman serta tahapan dalam siklus hidupnya. Namun, mereka sering kali gagal menjelaskan fungsi tiap bagian atau bagaimana faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Hal ini membuat sains tampak seperti sekadar teori, terlepas dari relevansinya dengan kehidupan sehari-hari.

Sebagai solusi untuk masalah ini, saya merumuskan pendekatan diferensiasi berbasis Google Sites dalam pembelajaran sains. Pendekatan ini dirancang untuk menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan unik setiap peserta didik. Dengan demikian, diharapkan pengalaman belajar yang tercipta menjadi lebih bermakna, relevan, dan kontekstual bagi seluruh peserta didik.

Praktik baik ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep ilmiah, melatih mereka berpikir kritis, dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan diferensiasi memungkinkan setiap peserta didik belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Media interaktif seperti video, infografis, dan simulasi digital membantu peserta didik yang berbeda-beda memahami materi dengan cara yang lebih menarik dan efektif.

Selain itu, Kurikulum Merdeka menuntut adanya fleksibilitas yang sangat relevan dengan penerapan media pembelajaran digital berbasis Google Sites. Fleksibilitas ini memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan ritme dan kondisi mereka, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Dengan media digital, mereka dapat mengakses materi kapanpun mereka siap, dan di mana pun mereka berada, sehingga pembelajaran tidak lagi terbatas pada ruang kelas. Ini tidak hanya mendorong pembelajaran yang lebih mandiri, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana peserta didik dapat mengambil kendali atas proses belajarnya. Lebih jauh lagi, pendekatan ini selaras dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran berkelanjutan, di mana peserta didik diajak untuk terus menggali pengetahuan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang akan mereka butuhkan di masa depan. Dengan dukungan teknologi ini, Kurikulum Merdeka menjadi lebih hidup, menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan yang dinamis.

B. Isi

Tantangan utama dalam meningkatkan kemampuan literasi sains di SMP Negeri 4 Satap Mootilango berasal dari kesulitan peserta didik dalam menghubungkan teori dengan praktik. Mereka sering kali mengandalkan hafalan daripada memahami konsep secara mendalam. Sebagai contoh, ketika belajar tentang siklus hidup tanaman, peserta didik hanya mengingat tahapan tanpa benar-benar memahami proses biologis yang terjadi pada setiap tahap.

Selain itu, kebutuhan belajar peserta didik sangat beragam. Ada yang lebih mudah memahami melalui visual, ada pula yang memerlukan pengalaman praktis langsung. Tantangan lain adalah keterbatasan sumber daya di sekolah, baik dalam hal perangkat teknologi maupun media pembelajaran yang bervariasi. Meskipun upaya telah dilakukan untuk menyediakan akses teknologi, peserta didik belum terbiasa memanfaatkannya secara maksimal. Semua ini memperumit proses pembelajaran dan menurunkan minat peserta didik dalam sains.

Foto Dokumen Pribadi. Implementasi Google Sites dalam Pembelajaran IPA
Foto Dokumen Pribadi. Implementasi Google Sites dalam Pembelajaran IPA

Langkah inovatif diambil untuk mengatasi tantangan ini dengan merancang media pembelajaran berbasis Google Sites yang sederhana dan mudah diakses. Kombinasi media ini dengan pendekatan diferensiasi memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan peserta didik. Proses inovasi dimulai menggunakan metode "Design Thinking" untuk memahami kebutuhan peserta didik. Analisis kebutuhan dilakukan melalui observasi dan wawancara, dengan pendekatan empati yang mendalami tantangan dalam belajar sains serta kebutuhan belajar yang mereka harapkan. Hasil analisis ini menjadi dasar untuk merancang media yang menarik, mulai dari narasi interaktif di setiap halaman Google Sites, slide presentasi, gambar, video, hingga infografis yang mendukung pemahaman konsep ilmiah.

Google Sites menjadi platform yang ideal dalam menyajikan konten pembelajaran yang variatif. Saya menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti InVideo dan Gamma AI untuk menghasilkan video dan slide presentasi yang menarik. Video-video tersebut menyajikan konsep ilmiah seperti pertumbuhan tanaman dengan cara yang lebih visual dan interaktif, sehingga peserta didik dapat melihat langsung bagaimana faktor-faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan tanaman. Infografis yang dirancang dengan Canva juga membantu menyederhanakan konsep ilmiah yang kompleks menjadi lebih mudah dipahami.

Penerapan diferensiasi pembelajaran melalui media ini melibatkan beberapa langkah kunci:

  1. Identifikasi Kebutuhan Belajar: Peserta didik melakukan penilaian awal untuk mengetahui pemahaman dan minat mereka terhadap topik yang dipelajari.

  2. Pemilihan Media: Peserta didik dapat memilih media yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka, seperti video, infografis, atau simulasi interaktif.

  3. Akses Materi: Peserta didik dapat mengakses materi kapan saja dan di mana saja, memberi mereka kontrol lebih besar atas proses belajar.

  4. Pengembangan Keterampilan: Peserta didik diberi tugas untuk menerapkan konsep ilmiah dalam proyek kelompok atau eksperimen sederhana.

  5. Umpan Balik dan Refleksi: Peserta didik dan rekan sejawat memberikan umpan balik untuk evaluasi dan perbaikan.

Pendekatan ini memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka, meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar. Semua sumber daya yang dibutuhkan, mulai dari platform teknologi hingga alat pengajaran digital, saya integrasikan dengan maksimal untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan produktif.

Setelah penerapan media pembelajaran berbasis Google Sites dan pendekatan diferensiasi, hasil yang saya amati menunjukkan dampak positif. Keterlibatan peserta didik meningkat drastis, ditandai dengan partisipasi aktif dalam diskusi dan tugas-tugas yang diberikan. Mereka tidak hanya lebih mudah menghubungkan teori dengan praktik, tetapi juga lebih kritis dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Pemahaman mereka terhadap konsep ilmiah juga semakin dalam, yang terlihat dari hasil tugas dan proyek yang mereka kerjakan.

Beberapa tantangan tetap harus dihadapi, terutama terkait dengan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep tertentu meskipun media pembelajaran yang digunakan sudah beragam. Kondisi ini menunjukkan pentingnya penyesuaian berkelanjutan dalam penerapan diferensiasi pembelajaran untuk benar-benar memenuhi kebutuhan setiap peserta didik. Di samping itu, keterbatasan sumber daya teknologi di sekolah juga masih menjadi hambatan yang harus diselesaikan untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih optimal.

Umpan balik dari rekan sejawat dan kepala sekolah memainkan peran penting dalam mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis Google Sites ini. Rekan sejawat tidak hanya memberikan masukan yang konstruktif, tetapi juga berbagi ide tentang bagaimana konten digital ini dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan topik dan tantangan dalam pembelajaran sains. Kolaborasi ini memperkaya proses inovasi, memungkinkan saya untuk melihat perspektif lain dan menemukan cara baru untuk membuat media pembelajaran lebih interaktif dan relevan bagi peserta didik. Kritik membangun dan saran yang mereka berikan mendorong saya untuk terus mengeksplorasi metode yang lebih kreatif, sehingga pembelajaran tidak hanya informatif, tetapi juga inspiratif.

Dukungan dari kepala sekolah menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam perjalanan inovasi ini. Dengan visi yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan di sekolah, beliau memberikan ruang dan dorongan penuh untuk bereksperimen dengan teknologi dan pendekatan baru. Kepala sekolah tidak hanya mengapresiasi upaya saya dalam mengembangkan media pembelajaran digital, tetapi juga menegaskan pentingnya terus beradaptasi dengan perkembangan zaman agar pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan modern. Dukungan ini memberikan kepercayaan diri yang lebih besar bagi saya untuk terus berinovasi, mengetahui bahwa upaya ini bukan hanya bermanfaat bagi peserta didik, tetapi juga sejalan dengan visi sekolah untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang unggul.

Foto Dokumen Pribadi. Diseminasi ke Rekan Sejawat untuk Mendapatkan Umpan Balik Penyempurnaan Praktik Baik
Foto Dokumen Pribadi. Diseminasi ke Rekan Sejawat untuk Mendapatkan Umpan Balik Penyempurnaan Praktik Baik

Kombinasi antara dukungan rekan sejawat dan kepala sekolah telah menjadi fondasi yang kuat bagi saya untuk tidak berhenti pada inovasi ini saja. Motivasi yang saya dapatkan dari masukan mereka memberikan semangat untuk terus melakukan perbaikan dan pengembangan, memastikan bahwa setiap peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Dukungan ini juga memperkuat keyakinan saya bahwa inovasi dalam pendidikan tidak bisa berjalan sendiri, melainkan memerlukan kolaborasi dan dukungan dari semua pihak yang terlibat. Hasilnya, saya merasa lebih termotivasi untuk menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya mengedukasi, tetapi juga memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis dan siap menghadapi tantangan di luar ruang kelas.

Pembelajaran dari keseluruhan proses ini adalah bahwa inovasi dalam pembelajaran membutuhkan kolaborasi yang baik antara guru, peserta didik, dan pihak sekolah. Saya percaya bahwa dengan terus mengevaluasi dan mengembangkan metode pengajaran, kita dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan efektif bagi peserta didik. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya memahami sains secara teoritis tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

C. Penutup

Pengalaman saya dalam menerapkan diferensiasi pembelajaran berbasis Google Sites membuktikan bahwa inovasi dalam pendidikan bukan hanya sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan. Di tengah keterbatasan sumber daya dan tantangan teknis, kreativitas dan pendekatan yang tepat mampu membawa perubahan signifikan. Dengan memanfaatkan teknologi sederhana namun efektif, seperti Google Sites, saya dapat menjembatani keterbatasan fasilitas yang ada dan membantu peserta didik mengakses pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna. Pengalaman ini menggarisbawahi bahwa teknologi, meskipun terbatas, bisa menjadi alat yang kuat untuk mendorong literasi sains dan keterlibatan siswa jika diimplementasikan dengan cermat.

Lebih dari itu, penerapan diferensiasi dalam pembelajaran ini juga menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi besar ketika diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan gaya mereka. Dengan memfasilitasi akses ke berbagai media pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, saya melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik semakin berkembang. Mereka tidak hanya mampu menghafal konsep ilmiah, tetapi juga mampu menganalisis, mengaitkan teori dengan praktik, dan memahami relevansi ilmu sains dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah capaian yang sangat penting, karena kemampuan berpikir kritis inilah yang akan membekali mereka untuk menghadapi kompleksitas tantangan masa depan, baik di dunia akademis maupun kehidupan profesional.

Komitmen untuk terus memperbaiki dan mengembangkan media pembelajaran berbasis Google Sites ini menjadi fokus utama ke depan. Proses perubahan dan inovasi dalam pendidikan bersifat berkelanjutan, dan melalui refleksi serta umpan balik, efektivitas media ini dalam mengakomodasi kebutuhan peserta didik akan semakin meningkat. Dengan pendekatan yang semakin tajam, peserta didik tidak hanya diharapkan mampu menguasai literasi sains, tetapi juga menjadi individu yang kritis, adaptif, dan siap menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang. Literasi sains bukan sekadar pemahaman terhadap ilmu pengetahuan; hal ini juga melibatkan pembangunan karakter dan keterampilan berpikir yang akan mengantarkan mereka menuju masa depan yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun