Dengan menerapkan pendekatan berbasis aset, kita dapat memvisualisasikan masa depan yang diinginkan, dan memiliki impian yang ingin kita capai. Ini mendorong kita untuk terus mengembangkan serta memanfaatkan potensi yang kita miliki, sambil terus berusaha untuk berkembang lebih lanjut.Â
Berpikir dengan pendekatan berbasis aset berarti kita menyoroti pencapaian kesuksesan yang telah kita raih, dan dari situ kita mengambil pembelajaran yang berharga untuk digunakan dalam meraih kesuksesan berikutnya. Ini mengarahkan fokus pada pemanfaatan maksimal potensi yang kita miliki untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Dalam konteks organisasi seperti sekolah, berpikir berbasis aset mengimplikasikan pengaturan kompetensi dan sumber daya yang dimiliki (baik itu aset maupun kekuatan). Dengan pendekatan ini, kita mampu mengidentifikasi serta memetakan potensi-potensi yang ada dalam lingkungan sekolah, sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Berorientasi pada pemikiran berbasis aset berarti kita mengembangkan strategi berdasarkan visi dan kekuatan yang dimiliki. Dengan merencanakan tindakan berdasarkan kekuatan, pelaksanaan rencana tersebut menjadi lebih mudah untuk dicapai.
Melaksanakan rencana tindakan yang telah direncanakan adalah bagian dari pemikiran berbasis aset, yang bertujuan untuk mengelola sumber daya sekolah secara efektif. Tujuannya adalah untuk memperkuat kekuatan dari setiap aset yang ada di lingkungan sekolah. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya berpikir positif dan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk memajukan kemajuan sekolah. Dengan demikian, kami berusaha untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam rangka mendorong perkembangan sekolah.
Dengan mengadopsi pendekatan berbasis aset, kita dapat menfokuskan perhatian pada potensi dan kekuatan yang dimiliki, memungkinkan kita untuk mencapai masa depan yang diinginkan. Ini juga membawa kita untuk merefleksikan pencapaian kesuksesan yang telah terjadi, serta mengatur kompetensi dan sumber daya untuk merancang rencana berdasarkan visi yang telah ditetapkan. Melalui perencanaan yang terprogram dengan baik, kita dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Seorang pemimpin pembelajaran diperlukan untuk memiliki pola pikir dan sikap positif yang mendukung perubahan. Ini memungkinkan mereka untuk mengelola aset sekolah dengan pendekatan yang optimis, memastikan bahwa sumber daya yang ada dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan di mana siswa merasa senang dan bahagia, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang berkualitas.
Modul 3.2 mengarahkan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk selalu berpikir positif.dan bisa mengembangkan potensi sekolah.Â
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada:
- Nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas
- Mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna
- Kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri
- Berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas
Pendekatan Sekolah Berbasis Aset melibatkan pengelolaan sumber daya dengan serangkaian langkah yang meliputi: fokus pada aset dan kekuatan yang ada, memvisualisasikan masa depan yang diinginkan, merefleksikan pencapaian kesuksesan sebelumnya serta potensi yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan di masa mendatang, mengatur kompetensi dan sumber daya (baik berupa aset maupun kekuatan), merencanakan tindakan berdasarkan visi dan kekuatan yang dimiliki, dan melaksanakan rencana aksi yang telah diprogramkan. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dimanfaatkan secara optimal untuk meraih tujuan dan visi yang telah ditetapkan.
Sintesis Materi Modul PGP
- Modul 1.1, yang berfokus pada Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara, bertujuan untuk melakukan pemetaan terhadap potensi-potensi yang dapat disesuaikan sehingga mampu membimbing setiap siswa sesuai dengan kodratnya. Dalam konteks ini, pendekatan yang digunakan mencerminkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip filosofis Ki Hajar Dewantara, yang menekankan pentingnya pengembangan potensi individu sesuai dengan karakter dan bakat masing-masing siswa. Â
- Modul 1.2, yang berfokus pada Nilai dan Peran Guru Penggerak, menyoroti pentingnya kompetensi guru dalam merenungkan, menghasilkan inovasi dan kreativitas, serta berkolaborasi untuk mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam mengenali potensi yang tersedia. Dalam konteks ini, guru diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan memanfaatkan aset-aset yang ada dengan cara yang inovatif dan kolaboratif, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan produktif bagi siswa.Â
- Modul 1.3, berjudul Visi Guru Penggerak, mengimplementasikan konsep BAGJA dan 5D sebagai fondasi awal dalam merencanakan pengelolaan sumber daya. Dalam hal ini, konsep BAGJA dan 5D menjadi panduan untuk memulai strategi perencanaan yang berkelanjutan dan efektif dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.Â
- Modul 1.4, yang mengulas tentang Budaya Positif, menekankan bahwa memetakan potensi atau aset merupakan strategi berpikir positif yang penting dalam merencanakan pengembangan sumber daya. Dalam konteks ini, pendekatan positif menjadi landasan untuk mengenali dan memanfaatkan potensi yang ada, sehingga mendorong terciptanya budaya yang progresif dan membangun di lingkungan tersebut.
- Modul 2.1 yang membahas tentang Pembelajaran Berdiferensiasi menyoroti pentingnya bagi guru untuk mengidentifikasi minat dan kreativitas siswa sebagai aset berharga bagi sekolah. Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, memahami minat dan kreativitas siswa menjadi landasan yang kuat untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individual, memungkinkan pengembangan potensi siswa secara optimal.Â
- Modul 2.2 yang membahas tentang Keterampilan Sosial dan Emosional menekankan pentingnya kompetensi guru dalam mengelola aspek sosial dan emosional siswa untuk mengoptimalkan pembinaan mereka sebagai aset penting bagi sekolah. Dalam konteks ini, kemampuan guru dalam mengelola keterampilan sosial dan emosional siswa menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung, serta memfasilitasi perkembangan siswa secara menyeluruh. Â
- Modul 2.3 yang mengupas tentang Coaching menyoroti bahwa guru memiliki kemampuan untuk menggunakan teknik, prinsip, dan langkah-langkah coaching guna mengembangkan kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset berharga bagi sekolah, terutama dalam menangani berbagai permasalahan yang dihadapi. Melalui coaching, guru dapat membantu siswa untuk menemukan solusi atas tantangan yang mereka hadapi, serta memupuk rasa percaya diri dan kemampuan problem-solving yang esensial untuk masa depan mereka.
- Modul 3.1 yang membahas tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran menekankan bahwa dengan menerapkan konsep, paradigma, dan nilai-nilai kebaikan bersama, serta mengikuti proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 9 langkah, pengelolaan aset dapat dilakukan secara lebih efektif dan optimal. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang lebih baik yang akan memperkuat potensi dan kualitas sekolah secara keseluruhan.