Indonesia merupakan salah satu negara yang statusnya masih berkembang. Negara yang sedang berkembang cenderung akan mengalami inflasi karena pertumbuhan ekonomi yang cepat, ketergantungan pada ekspor komoditas, defisit anggaran, ketidakstabilan mata uang dan lain sebagainya. Inflasi sebagai fenomena ekonomi yang tidak bisa diabaikan dan kini telah menjadi pusat perhatian utama di Indonesia dalam konteks kebijakan moneter dan dampaknya pada masyarakat. Inflasi bukan hanya perihal statistik ekonomi, tetapi juga sebuah kekuatan yang meresap dalam pola perilaku konsumen.
NegaraDengan adanya inflasi di Indonesia, tentunya memiliki dampak positif dan negatif terhadap perekonomian. Salah satu dampak yang paling menonjol untuk saat ini adalah dampaknya terhadap perilaku konsumen. Memangnya apa yang akan terjadi dengan perilaku konsumen dengan adanya inflasi?
Secara umum, inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan tentunya akan mengakibatkan daya beli mayarakat menurun. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa inflasi dapat mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa, sehingga uang yang dimiliki oleh masyarakat dapat membeli lebih sedikit barang dan jasa dibandingkan sebelumnya. Hal ini dapat merugikan konsumen dan menurunkan daya beli mereka. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia. BPS melakukan survei untuk mengumpulkan data harga dari berbagai macam barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumsi masyarakat. Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung tingkat inflasi dengan membandingkan harga-harga saat ini dengan periode sebelumnya.
Dari tabel 1.1 menunjukkan tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2016 sebesar 3,02, pada tahun 2017 inflasi kembali meningkat sebesar 3,61, pada tahun 2018 inflasi menurun sebesar 3,13, pada tahun 2019 tingkat inflasi kembali menurun sebesar 2,72 dan pada tahun 2020 tingkat inflasi kembali menurun sebesar 1,68.
Ketika tingkat inflasi semakin tinggi, maka masyarakat yang awalnya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari nya sekarang tidak dapat lagi memenuhi kebutuhanya karena dengan adanya harga barang dan jasa yang tinggi sehingga menimbulkan kemiskinan dan tingkat inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Namun Presiden Indonesia telah berhasil mengatasi permasalahan tersebut. Dilansir dari https://nasional.kompas.com/read/2023/08/31/16274391/jokowi-sebut-inflasi-di-indonesia-terkendali-lebih-baik-dari-argentina Presiden Joko Widodo menyatakan, inflasi atau kenaikan harga di Indonesia berada di angka 3,08 persen pada Juli 2023, atau masih dianggap terkendali. Jokowi pun memamerkan strategi pengendalian inflasi di Indonesia yang menurutnya bereda dengan negara-negara kebanyakan. Ia menuturkan, negara lain biasanya hanya mengendalikan inflasi lewat kebijakan suku bunga dan nilai tukar yang diatur oleh bank sentral negara masing-masing. "Kita tidak, kita kombinasi, ada kebijakan moneter, fiskal dan juga pengecekan di lapangan secara langsung. Jadi kalau Bapak Ibu ada yang lulusan dari Harvard, Stanford, Penssylvania University, enggak ada tim pengendali inflasi itu, ini ilmu lapangan," ujar Jokowi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi merupakan suatu masalah yang harus dihadapi dengan segera terutama dalam negara berkembang seperti Indonesia. Jika tidak, maka akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dan mengakibatkan perubahan perilaku konsumen seperti menurunya daya beli masyarakat karena harga-harga barang semakin tinggi. Namun beruntungnya Indonesia memiliki presiden seperti Jokowi yang mampu mengatasi inflasi dengan strategi pintarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H