Mohon tunggu...
avrianaekajulianti
avrianaekajulianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

hobi memasak, membaca buku, dan menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keluarga kecil yang nampak besar

13 Januari 2025   11:46 Diperbarui: 13 Januari 2025   11:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.pngtree.com%2Ffreepng%2Fmuslim-family-with-two-daughters-in-ied-day_7564657.html&psig=AOvVaw1n0Ba

  Hai teman-teman! 

 Selamat datang di Blog pertamaku. Sebelum itu, perkenalkan aku Avriana, bisa juga dipanggil Yana atau Nana. 

 Disini aku akan menceritakan sedikit tentang keluargaku.

 Pertama-tama aku akan menjelaskan sedikit silsilah keluarga asliku. Aku terlahir dari rahim ibuku pada tahun 2009. Pada saat itu keluarga ku hanya terdiri dari orang tua ibu (kakek dan nenek), ayah, ibu, dan aku. Selain itu ada juga beberapa saudara di Madiun (kota kelahiran ibu) dan juga di Nganjuk (kota kelahiran ayah dan aku). Dulu, aku adalah anak tunggal dalam keluarga itu. Anak tunggal yang di sayang dan di manja. Bahkan jika aku sakit, ayah dan ibu selalu siaga dan mengkhawatirkan keadaanku.

        Oh ya! Pasti kalian bertanya-tanya tentang maksud keluarga asli pada paragraf pertama. Jadi perjalanan kisah keluarga ku dimulai dari sini. Saat aku berumur 9 tahun, ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah. Pada saat itu, aku masih sangat kecil untuk memahami itu semua. Namun mau tak mau, aku harus menerimanya. Takdir katanya. Aku ditinggalkan oleh ayahku dirumah kakek dan nenek (orang tua ibu), mereka yang merawatku setelah ayah meninggalkanku pergi dan ibu meninggalkanku bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolahku. Aku dirawat penuh kasih sayang oleh kakek nenekku. Yah wajar, karena aku memang cucu kesayangan. 

      Tahun demi tahun ku lewati, yang datang kan pergi, yang ada kan menghilang. Tepat 2020, setelah kondisi keluarga ku mulai membaik, nenek pergi meninggalkan kami semua dikarenakan sakit yang di deritanya. Tak perlu ditanya bagaimana rasanya. Tentunya aku merasa sangat terpukul, separuh jiwaku hilang melayang. Sosok yang paling mengerti aku, sosok yang merawatku kini telah dipanggil sang pencipta karena habis masa hidupnya. Tak henti menangis satu hari satu malam, rasanya aku menjadi anak yang paling dikasihani karena memikul beban dan kehilangan sandaran. 

     Pada saat itu, ibu sudah menikah ke 2 kalinya dengan orang yang ditemuinya di aplikasi online. Mereka menikah dan memiliki anak perempuan. Pada awalnya aku senang, namun semakin lama, aku semakin kesal. Bukan kesal karena tak menjadi anak tunggal lagi, tetapi aku kesal jika semua perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepadaku terbagi lagi. Sudah cukup aku merasakan penderitaan ini pada tahun sebelumnya. Tapi tak masalah, aku berusaha mengerti.

      Kini, aku telah beranjak remaja. Aku mulai memahami kondisi keluarga ku terdahulu. Kini sudah 4 tahun berlalu aku hidup tanpa dampingan nenek. Memikul suatu beban yang dapat dirasakan hanya olehku. Disisi lain, ibu memutuskan untuk menikah ke 3 kalinya. Jika kalian bertanya-tanya kemana perginya ayah kedua ku, maka aku akan menjawab "ia tiada karena perbuatannya". Yah begitulah kira-kira, sangat sulit untuk menjelaskan bagaimana detail nya.

      Pada pernikahan ibu yang ke 3, aku memutuskan mengurung diri pada saat akad menikah dilangsungkan. Bukan apa-apa, aku hanya malas menyaksikan hal serupa untuk ke 2 kalinya. Toh lebih baik aku diam, daripada aku semakin dikasihani oleh tetangga mulut besar disekitar rumahku itu. Kini ibu dan ayah ke tiga tinggal dirumah yang diwariskan kakek pada ibuku. Pelan-pelan aku merasakan kasih sayang yang di curahkan ayah kepadaku. Beberapa permintaan kecilku selalu dituruti, dan hal itu belum tentu di lakukan oleh ayah kandungku. Aku bersyukur sekarang, karena aku mendapat kasih sayang yang aku inginkan. Perlahan, aku menerima keluarga baru ku ini, karena tak mungkin aku terus-terus an membenci kejadian masa lalu yang telah menimpaku.

       

    Jika digambarkan dengan gambar, maka seperti inilah gambaran keluarga ku sekarang.

           Aku rasa sudah cukup blog kali ini, semoga teman-teman tidak bosan dengan cerita ku yang rumit ini.

     TERIMAKASIH TELAH MEMBACA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun