Mohon tunggu...
Avra Sendi Kurniawan
Avra Sendi Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa #SWCU

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Melihat Daya Saing Ekspor Komoditas Karet (HS CODE 4001) Indonesia dalam Perdagangan Internasional

8 Desember 2024   12:36 Diperbarui: 8 Desember 2024   12:53 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif suatu negara dalam perdagangan internasional. Indonesia memiliki nilai RCA tertinggi, yaitu 27,71 jauh melampaui Thailand (2,49) dan Vietnam (2,39). Nilai ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang signifikan dalam ekspor karet dibandingkan dengan negara pesaing lainnya. Tingginya nilai RCA ini mencerminkan spesialisasi Indonesia dalam industri karet, hal ini dapat didukung pula oleh beberapa faktor seperti melimpahnya tenaga kerja, dan kondisi geografis Indonesia yang sangat mendukung untuk melakukan produksi karet.

Sebaliknya, China memiliki nilai RCA yang sangat rendah, yakni 0,15 hal ini menegaskan bahwa negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor karet. Salah satu faktor penyebabnya terletak pada fokus utama China pada konsumsi domestik untuk memenuhi kebutuhan industrinya yang masif serta banyak menggunakan bahan baku karet alam.

Indeks Daya Saing Ekspor (ECI)

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Export Competitiveness Index (ECI) memberikan gambaran tentang daya saing ekspor suatu negara di pasar internasional. Meskipun Indonesia memiliki RCA tertinggi, nilai ECI Indonesia sebesar 0,95 menunjukkan bahwa daya saing ekspornya sedikit lebih rendah dibandingkan negara lain seperti China (1,25) dan Vietnam (0,99). Thailand juga memiliki nilai ECI yang hampir sama dengan Indonesia, yakni 0,96.

Kinerja ECI yang lebih rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ketergantungan pada produk karet mentah tanpa nilai tambah yang signifikan, biaya logistik yang lebih tinggi, atau kurangnya penetrasi pasar baru. Sebaliknya, China menunjukkan nilai ECI tertinggi, yang mencerminkan strategi efisiensi logistik dan diversifikasi produk dapat mendukung daya saing ekspornya, meskipun nilai RCA-nya menjadi yang terendah.

Trade Specialization Index (TSI) dan Peran dalam Pasar Global

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Trade Specialization Index (TSI) untuk Indonesia sebesar 0,959 menunjukkan bahwa Indonesia adalah eksportir bersih karet dan memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan internasional. Thailand, dengan nilai TSI mendekati 1 (0,998), menunjukkan dominasi absolutnya dalam ekspor komoditas karet. Sebaliknya, Vietnam memiliki TSI sebesar 0,417, menggambarkan peran yang lebih kecil dalam perdagangan internasional. Sedangkan China, dengan nilai TSI negatif (-0,985) berarti bahwa posisi China dalam perdagangan internasional bukanlah sebagai eksportir, melainkan sebagai pengimpor bersih yang lebih mengutamakan kebutuhan domestik.

Dominasi Indonesia dan Thailand sebagai eksportir karet utama dapat dipengaruhi oleh faktor geografis, kualitas produk, serta efisiensi dalam produksi dan distribusi. Selain itu, Posisi strategis di kawasan Asia Tenggara juga memberikan keuntungan dalam hal akses menuju pasar regional dan global.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun