Mohon tunggu...
Aviza Maharani
Aviza Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember, 2021

Undergraduate Student of International Relations, University of Jember, Batch 2021

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indikasi KKN Dalam Sistem Perbankan Berkontribusi Terhadap Gejolak Ekonomi AS Sepanjang Kuartal I 2023?

5 April 2023   01:44 Diperbarui: 5 April 2023   02:01 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan Kenaikan Suku Bunga Oleh The Fed. Sumber Ilustrasi: MNC Media

Dinamika dari fenomena internasional seperti pandemi COVID-19  dan perang Rusia-Ukraina menjadi mimpi buruk bagi dunia, peristiwa tersebut memiliki implikasi yang susbtansial. Salah satunya terdapat pada sektor ekonomi, bukan hanya dari sisi perdagangan, aspek lain seperti keuangan, kebijakan, dan stabilitas keuangan juga ikut terpengaruh.

Aftermath pandemi menyisakan guncangan ekonomi yang cukup signifikan bagi dunia. Penurunan jumlah tenaga kerja menuntun masyarakat menjadi sulit secara finansial, sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Konflik senjata antara Rusia-Ukraina juga memprovokasi stabilitas ekonomi terkait rantai pasok global yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Hal tersebut berimplikasi terhadap eskalasi persentase inflasi sejumlah negara pada Desember 2022. Salah satunya Indonesia, dimana menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kenaikan inflasi IHK mencapai 5,51% year-on-year (yoy). Narasi ekonomi gelap atau resesi 2023 pun menguat dan ramai menjadi perbincangan. Kenaikan harga sejumlah komoditas bahan baku dan energi juga menjadi salah satu indikasi inflasi meningkat.

Implikasi guncangan ekonomi tidak hanya melanda negara-negara berkembang, bahkan negara maju sekalipun. Salah satu lembaga keuangan terbesar dunia, Bank Sentral AS, The Federal Reserve secara aktif mengambil peran dalam menangani berbagai dinamika ekonomi yang terjadi saat ini. Belakangan ini, The Fed dinilai cukup agresif dalam menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, dengan target mencapai di bawah 2%. Keyakinannya akan pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat serta harga konsumen/ daya beli yang melandai tajam, menjadi landasan The Fed menaikan suku bunga, dimana hal tersebut telah membawa AS menghadapi inflasi.

Persentase inflasi dengan rekor tertinggi dalam sejarah 40 tahun AS, sebesar 8,4%, menjadi pukulan bagi The Fed dalam mengambil langkah. Sebagai bank sentral, suku bunga The Fed menjadi parameter bagi suku bunga lain dalam perekonomian (suku bungan dana federal), khususnya dalam aspek perdagangan.

Pada Februari 2023, inflasi AS turun menjadi 6%. Menurut Gubernur The Fed, Jerome Powell, inflasi yang tidak dikendalikan, dampaknya akan lebih berbahaya, bahkan berpotensi mendatangkan gejolak yang lebih besar terhadap perekonomian makro.

Lantas apakah implikasi dari kenaikan suku bunga oleh The Fed?

Perlu diingat, dengan posisi The Fed sebagai bank sentral AS yang menetapkan kebijakan demikian, tentunya mempengaruhi aspek biaya pengeluaran, tabungan, dan pinjaman. Adanya kenaikan suku bunga pada sistem perbankan, menyebabkan aktivitas peminjaman dan pengeluaran terhambat, sehingga pertumbuhan/ perputaran ekonomi ikut melambat.

Baru-baru ini salah satu perbankan terbesar dunia, Sillicon Valey Bank, mengalami kebangkrutan. Kenaikan suku bunga oleh The Fed dinilai menjadi akar pemicu dari kemunduran SVB. Fleksibilitas dari pergerakan venture capital/ pihak investor menjadi terbatas akibat peningkatan suku bunga, sehingga muncullah fenomena bank run. Selain itu, liquidity problem akibat alokasi asset pada obligasi pemerintah makin menuntut SVB pada titik nadirnya.  Penarikan uang secara besar-besaran oleh nasabah akibat gejolak ekonomi, mengharuskan SVB mengeluarkan biaya 1,8M USD untuk menutupi demand dari penarikan uang nasabah.

Kemunduran SVB berdampak signifikan terhadap gejolak sistem perbankan AS. Tak hanya itu, nilai dolar AS kian dinilai melemah. Kenaikan suku bunga ikut berimbas kepada aset keuangan, yakni saham dan obligasi. Dimana apresiasi dolar oleh investor asing, sehingga berpotensi menurunkan harga saham dan obligasi.

Indikasi KKN pada sistem perbankan dan politisi AS

Jerome Powell menyampaikan bahwa kebangkrutan SVB bukan semata-mata disebabkan adanya kenaikan suku bunga. Ia menjelaskan bahwa manajemen internal juga menjadi faktor esensial dari kemuduran bank tersebut, dimana kurangnya mitigasi resiko keuangan dan minimnya diversifikasi.

Meski demikian, fenomena kebangkrutan SVB dan gejolak ekonomi AS, menjadi indikasi yang menandakan kebobrokan sistem perbankan AS, dengan landasan bankir dan manajemen yang rakus dan gegabah. Isu KKN juga tersorot, dimana SVB memiliki koneksi khusus dengan pemerintah AS sejak kepemimpinan Trump. CEO dari SVB pun diisukan memiliki koneksi khusus bersama kelompok demokrat.

Selain itu, pada 2022 lalu Menteri Keuangan AS, Janet Yellen dan Jerome Powell yakin bahwa inflasi yang telah bermula sejak 2021 ini akan bersifat sementara, sehinga kenaikan suku bunga sempat ditunda kala itu. Namun, ketika inflasi mulai melonjak, Yellen dan Powell menyatakan mereka telah keliru dalam memprediksi keadaan, sehingga pada akhirnya suku bunga terpaksa dinaikkan.

Termasuk dalam situasi saat ini, Yellen dan Powell menyebutkan bahwa manajemen perbankan AS bermodal kuat dan tangguh. Tetapi, dengan fakta yang berkontradiksi, sejumlah pasar dan investor menjadi ragu terhadap kredibilitas sistem perbankan AS. Asumsi tersebut juga dikorelasikan dengan isu pengalihan simpanan oleh nasabah pada lembaga perbankan kecil ke perbankan yang lebih besar, yang diproyeksikan lebih relatif aman.

Daftar Pustaka

Irwandi, F. (2023). Belajar Makro Ekonomi dari Kejatuhan SVB. Diakses dari https://youtu.be/Rok5VdlJw9M

Chin, R. (2023). Krisis Perbankan Dunia. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=tX1LoTBwgTY&t=220s

Novanik, P. (2023). Kenali Penyebab Ekonomi Global Gelap di Tahun 2023. Diakses dari https://www.pajakku.com/read/6375d801b577d80e80d439aa/Kenali-Penyebab-Ekonomi-Global-Gelap-di-Tahun-2023---

Pratama, M.A. (2022). Pukulan Agresif Kebijakan The Fed Terhadap Pasar Global dan Domestik. Diakses dari https://www.bi.go.id/id/bi-institute/BI-Epsilon/Pages/Pukulan-Agresif-Kebijakan-the-FED-Terhadap-Pasar-Global-dan-Domestik.aspx

RHB Smart Talk. (2022). Apa Pengaruh The Fed Menaikkan Suku Bunga Terhadap Investasi Saham? Diakses dari https://rhbtradesmart.co.id/article/apa-pengaruh-the-fed-menaikkan-suku-bunga-terhadap-investasi-saham/#:~:text=Hal%20ini%20karena%20suku%20bunga,nilai%20saham%20perusahaan%20itu%20sendiri.

Riyandi, V. (2023). Mengenal Suku Bunga The Fed & Pengaruh Terhadap Investasi Indonesia. Diakses dari https://landx.id/blog/mengenal-suku-bunga-the-fed-pengaruh-terhadap-investasi-indonesia/

S. Saragih, S.P. (2023). Untuk Kesembilan Kalinya, The Fed Naikkan Suku Bunga Sebesar 0,25 Persen. Diakses dari https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/03/23/untuk-kesembilan-kalinya-the-fed-naikkan-suku-bunga-sebesar-025-persen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun