Banyak sekali contoh dari apa yang beliau paparkan ini, antara lain “pertikain/tawuran” (baik dimulai dari tingkat antar sekolah, antar kampung atau antar golongan yang memiliki tujuan yang berbeda) yang terjadi karena berbagai sebab mulai dari tingkat “persoalan sepele” hingga yang bertaraf “kekuasaan” (baik yang bertujuan untuk meluaskan pengaruh ideologi, keagamaan hingga politik).
Saya jadi teringat salah satu statement dari KH. Musthofa Bisri ketika beliau tampil di salah satu acara reality show di salah satu stasiun televisi di tanah air. Ketika itu beliau ditanya oleh Andy F. Noya (pembawa acara dalam acara tersebut) soal bagaimana beliau menyikapi terhadap individu ataupun golongan yang seringkali bertikai dengan meng-atas nama-kan ideologi maupun agama. (Lihat videonya disini)
Beliau menjawab bahwa dalam persoalan tersebut individu maupun golongan tersebut “masih kurang belajarnya” karena ibarat sekolah, pengetahuan pun terikat dengan tingkatannya masing-masing, mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi.
Beliau menjelaskan individu maupun golongan yang suka sekali bertikai (baik dalam bentuk fisik maupun non fisik) tersebut baik secara tingkatan emosional, pengetahuan dan pemahaman mereka (tentang ideologi, agama maupun hal apapun yang menjadi alasan untuk memulai pertikaian) masih sebatas pengetahuan anak SD, dimana (seperti yang kita ketahui) anak SD seringkali mudah sekali untuk berkelahi, dan begitu juga seterusnya mulai dari (tingkatan emosional, pengetahuan dan pemahaman) SMP hingga Perguruan Tinggi.
Terakhir, saya ingin menyampaikan bahwa tulisan saya ini adalah untuk refleksi khususnya untuk diri saya sendiri. Jika saja terdapat kesalahan baik dalam pemahaman terhadap sumber maupun penggunaan kosakata itu murni dari kurangnya persepsi dan berasal dari kesalahan saya.
Wa Allah A’lam…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H