aku akan selalu mengingat kamu yang pergi dan sepertinya tidak akan kembali lagi, aku jelas dalam kondisi galau tidak bisa berpikir jernih. dimanakah kamu kini, entahlah. aku sudah mencoba untuk mencari namun tak jua aku temukan selain kehampaan yang membuatku menangis dan menangis lagi, aku lelah. sebagai yang mencintaimu aku menyatakan kalau aku lelah, aku tidak tahu bagaimana cara terbaik buat menyelesaikan semua ini.
*
"Sudahlah, Ber, sabar saja kau!" ucap Gigih dengan logat Medannya yang kental sekali.
"Gih, dia anak yang sejak dulu aku dambakan kehadirannya, kenapa diambil secepat ini, aku sebagai bapak merasa sedih sekali dengan kenyataan ini."
"Terus, dengan kamu tetap sedih, apa dia akan kembali hidup? kamu tak ingat punya istri juga? udahlah, nikmati yang ada sekarang jangan terlalu menyesali yang sudah pergi, kamu harus sadar, kalau Farrel kecil itu adalah milikNya dan akan kembali juga padaNya."
"Gih..."
*
isteriku, dia juga sedih namun aku lihat pancaran ketabahannya berikan aku kekuatan yang entah darimana datangnya aku tak tahu. aku jelas kagum padanya, andai aku yang jadi ibu dan ditinggalkan oleh anak sendiri, akan menyesakkan jiwa juga pada akhirnya. karena aku yang hanya seorang ayah saja bisa merasakan kehilangan yang sangat, kehilangan yang selalu berujung pada kehampaan dan kesedihan yang sia - sia belaka.
"Mas, nggak berangkat kerja?" sapa istriku kala dia baru keluar dari dapur sambil membawa sepiring tempe goreng.
"Berangkat, tapi ntar dulu dek, oh ya. nanti sore kita ke makam Farrel yuk? aku kangen pengen ketemu dia lagi."
"Mas, kamu masih belum rela dia pergi ya?"