Saat ini manusia dari berbagai kalangan dapan menjamah informasi dari semua penjuru dunia. Mulai dari yang punya segalanya hingga yang tak punya apa-apa, mulai dari yang masih muda, remaja, hingga orang tua. Tak ada dari mereka yang tak mengenal apa itu media sosial. Mereke semua sudah menikmatinya untuk kepentingan bersama atau hanya kepentingan nafsu semata.
Kini informasi dunia telah sampai didigenggaman para manusia. Mereka dapat mencari semua hal yang mereka minta hanya bermodalkan kuota saja. Satu kali pencet, jutaan bahkan ribuan informasi hadir di depan mata seketika. Mudah diakses, mudah dibawa, mudah ditanggapi, mudah dijunjung, mudah juga dijatuhkan. Pertanyaannya adalah Ada Apa?
Media Sosial, adalah wadah dimana kita dapat mengakses informasi dunia hanya dalam hitungan detik. Kalau dulu buku adalah jendela dunia, lalu apakah sekarang sosial media adalah pintu dunia. Kita tidak hanya melihat dari balik kaca dan kusen, namun dapat juga masuk ke dalamnya. Menghasilkan karya baru, mencari jati diri sendiri tanpa perlu ada yang menemani, dan memberi apresiasi dengan rasa penuh atau tanpa empati.
Itu semua benar sih, tapi pernah tidak kalian didik mental dan pengetahuan masalah cara menanggapi sesuatau dari informasi yang sebenarnya itu hanya sebuah kabar tidak benar.Â
Dunia kini sedang dalam fase super cepat, semua informasi datang tanpa pernah terlambat, tapi apa kalian tau bahwa sebenarnya yang cepat itu belum tentu akurat? Kalau tau, lantas kenapa kalian cepat sekali dalam menghujat? Atau kalian sebenarnya tidak tau? Atau bahkan memperi cacian pada yang lain tanpa tau fakta sebenarnya adalah kepuasan tersendiri dalam menggunakan Media Sosial.
Jaman kini telah berubah, anak bayi yang masih berusia di bawah 5 tahun sudah diberi HP oleh orang tuanya. Remaja dengan usia dibawah 17 tahun sudah tau cara mendekati wanita hanya melalui kata-kata tanpa perlu tatap muka. Remaja dengan usia yang lebih tua, kini sudah bisa mengakses dunia dan menyebarkan berita tanpa tau fakta cerita lengkapnya.Â
Orang tua dengan usia yang tidak terlalu tua, kini lebih suka memberi contoh pada yang muda tentang bagaimana cara mendebat pendapat orang lain. Dan orang yang sudah lanjut usia hanya duduk diam di kursi, bingung melihat tingkah anak dan cucunya memainkan HP saja.
Ini sebenarnya yang salah siapa? Medianya atau Sosialnya? Jika yang salah medianya, taruh saja di atas meja atau buang saja sekalian lalu jangan pernah ambil-ambil lagi, biar aman. Kalau Sosialnya, mending jangan dulu dipakai kalau belum tau cara menghargainya, toh nanti bisa menyinggung dan meresahkan orang lain juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H