Hanya itu yang saya katakan pada adik saya karena boleh jadi ketika dia menyerah sebenarnya dia menyerah pada pintu yang sudah terbuka. Yup, PINTU BEASISWA itu sudah terbuka dan ditakdirkan untuk kita tapi ketika kita menyerah artinya kita tidak menjalani proses membuka pintu itu. Kapan kita tahu pintu terbuka? Kita tidak pernah tahu JIKA TIDAK MENCOBA lagi. Serius kawan, semua hal untuk dapat kita katakan sebagai TAKDIR adalah ketika kita menjalani prosesnya dan mencobanya lagi.
Adik saya pun mencoba lagi LPDP ke-2 kalinya, dengan persiapan lebih matang hingga latihan wawancara padahal saat itu masih babak penyisihan berkas saja. Pikiran kita harus visioner, saya katakan pasti kali ini wajib tembus sampai wawancara lagi dan kita selesaikan wawancara dengan hasil LULUS. Dan itu terjadi kawan. Saya orang yang paling bahagia ketika nama adik saya muncul kembali pada pengumuman lulus ke tahap wawancara LPDP. Dan hingga akhirnya lolos dan berhak mengikuti pelatihan LPDP
LPDP-PK21 dan PK50
Uniknya LPDP yang tidak ada di beasiswa lain adalah komunitas pelatihan terbesar yang sampai detik ini sudah melahirkan hampir 4000 anak bangsa yang disekolahkan di seluruh penjuru dunia. Pelatihan yang bernama PK ini dapat mengubah hidup banyak orang dan tentu saja, ada yang ketemu jodohnya juga di sini :)
Adik saya lolos dan masuk dalam PK50 sementara saya yang tahun lalu masih di PK21. Lucunya, kami berdua sama-sama menimbulkan kesan untuk PK kami. Adik saya dapat penghargaan sebagai peserta TERUNIK sementara saya dulu dapat sebagai peserta TERKREATIF. Adik saya muncul sebagai MC dan juga naik panggung stand up comedy sementara saya di belakang layar ludruk dan manggung sebagai emak pantun. Kami berdua sebenarnya mau menjadi pendiam saat PK tapi kami gagal karena sifat alamiah kami yang selalu ramai muncul kembali. Kami berdua tidak pernah menyangka keluarga besar LPDP akan memberikan apresiasi besar. Dan yang lebih tidak disangka adalah banyak yang tidak tahu bahkan ketika tahu kami bersaudarapun, mereka tidak percaya kami sedarah kandung. Yup, FATIHATUL ALIMAH adalah adik saya.
Kami beruntung bahwa kegagalan-kegagalan kami sebelumnya ternyata karena kami DITAKDIRKAN bersama LPDP. Kami besar di LPDP dan membesarkan LPDP bersama-sama. Bergabung dalam keluarga besar LPDP yang luar biasa. Bertemu banyak awardee yang hebat dan membumi.
Berbeda PK pun ketika mengetahui aksesoris LPDP yang dipakai kami bisa langsung nyambung. Tuh, terbukti PK satu minggu merekatkan hubungan hingga jiwa raga. Terima kasih Pak Kamil yang selalu setia menggembleng kami di PK.
Tulisan ini memang khusus saya dedikasikan untuk adik saya yang telah banyak menginsipirasi dan mendukung saya sampai detik ini. Tuk keluarga besar PK21 dan PK50 yang tentunya ada di bawah asuhan LPDP, terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan hidup kami. Untuk para pengelola LPDP yang luar biasa membimbing kami, thanks a lot. Semoga kesehatan selalu tercurah karena sekarang Awardee LPDP makin buanyak. Seperti pesan di PK, mari sama-sama kita wujudkan target 10 RIBU anak bangsa yang sekolah melalui LPDP.
So, tipsnya cuma dua: SELALU OPTIMIS dan JANGAN MENYERAH.
Karena pada akhirnya takdir berkata bahwa kami menyelesaikan S1 kami di Universitas Jenderal Soedirman (Purwokerto) yang namanya bersemanding abadi dengan nama Facebook saya Avis Unsoed I dan Avis Unsoed II (saya sulit mengubahnya dengan yang lain). Lalu takdir sedang menunggu kami lulus dokter spesialis dan master dari UGM. Semuanya itu tidak mungkin terwujud tanpa doa Papa Mama kami, Bapak Ibu Mertua, dan Adik-Adik dan Ipar saya lainnya yang sebentar lagi akan menyusul kembali di LPDP.
Tip lain khusus yang pengin jadi dokter spesialis ada di sini, ada juga contoh essay, yang pengen ikutan jadi dokter anak di UGM ada disini dan disana. Yang masih SMA dan pengen jadi dokter bisa belajar tipsnya disini.