Mbah Gito memang menjaga sekali rasa enak di bakmi buatannya. Bahkan tidak hanya itu saja, beliau menjaga semua komponen pembuatan mie dengan kualitas terbaik. Ayam dan telor sengaja dipilihnya dari tempat khusus di Wonosari yang tidak tercampur bahan pengawet maupun zat suntikan.
“Saya harus memberikan yang terbaik, mengurangi paparan zat-zat pengawet biar rasanya tetap alami” dan saya pun membuktikan itu dari rasa bakminya.
Betul kata Mbah Gito, tempat enak tapi jika rasa tak enak maka pelanggan pun perlahan akan pergi. Kali ini saya pesan meja 10 di lantai bawah. Jangan khawatir karena dimanapun duduknya, anda akan tetap menikmati suguhan ornament njawani di warung ndeso ini. Berbagai perlatan pacul, arit, hingga wayang, topeng dan bermacam hal berbau jawa menghiasi warung sederhana ini. Konon, alat-alat itu sengaja ditaruh Mbah Gito supaya tetap mengingatkan dirinya akan asal muasal usaha keras bertani ayahnya yang mengajarkan dirinya pantang menyerah.
Nah, saya pun segera mencicipi bakmi goreng spesial karena pesanan super pedas. Ternyata rasanya maknyus, pedasnya pas sesuai dengan pesanan saya. Campuran bumbu bwaang putih, kemiri, mrica bersatu dengan irisan tomat, suwiran daging berstu sempurna apalagi tambahan telor bebek yang terasa banget. Porsinya yang memenuhi ¾ piring ini pas untuk saya yang kelaparan. Apalagi minuman hangat jahe gula batu sudah menanti.
Murah Meriah
Menutup tulisan ini, harga bakmi Mbah Gito terjangkau loh. Terakhir edisi lebaran ini harga per porsinya 18 ribu. Dibanding dengan kelezatan dan kebersamaan yang tercipta, harga itu muraaah banget.