Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bakmi Mbah Gito Manjakan Lidah dan Mata, Cocok Mengenang Romantisme Jadul

21 Juli 2015   23:20 Diperbarui: 21 Juli 2015   23:20 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lama tak bersua dengan kompasiana, kabar saya kali ini sudah berpindah dari pedalaman Papua menuju ke kota sejuta kenangan Katon Bagaskara, Yogyakarta. Kali ini saya akan tinggal di Yogyakarta dalam waktu lama untuk sekolah dokter spesialis anak. Nah, tidak pas rasanya jika tidak singgah berwisata kuliner di tempat-tempat “wajib”. Kali ini selagi masih dalam momen lebaran, saya bersama keluarga besar berkunjung ke Bakmi Mbah Gito.

Bakmi yang berada di Jalan Nyi Ageng Nis Kelurahan Rejowinangun ini berada tepat di sebelah barat eks kantor BPS, biasanya dari XT Square ke arah timur sampai mentok. Alamatnya mudah dicari jika sudah berada di Kotagede dan dipastikan orang sekitar Rejowinangun akan menunjukkan jalan jika anda nyasar. Karena memang lokasinya cukup “tersembunyi” dan tidak terlihat dari pinggir jalan.


Eit, tapi tidak perlu khawatir karena ketika anda menemukannya , dipastikan lidah dan mata anda langsung dimanjakan. Nah beruntungnya, saya bertemu langsung dengan Mbah Gito dan tulisan kuliner ini khusus untuk semua.

Tak Kenal Menyerah

Siapa mengira warung bakmi yang dibuka sejak 2008 ini sudah seramai saat saya datang. Ternyata Mbah Gito pernah mengalami pasang surut berjualan loh. Bahkan ketika konsep ruangan telah dibuat unik sama seperti yang dapat kita saksikan sekarang sejak awal pembuatannya, jumlah pengunjung yang datang masih dapat dihitung jari. Parahnya, Mbah Gito yang juga berjualan kelontong hasil bumi selama 30 tahunan harus menambal sulam setiap harinya agar biaya operasional dapat tertutupi. Puncak kesulitannya muncul ketika tahun ketiga berjualan dimana kebangkrutan sudah di depan mata.


“Rasanya gak kuat, tahun ketiga saya hampir menutup tempat ini”

Mbah Gito mengenang kembali titik balik perjuangannnya tersebut. Dan saya dengan otomatis bertanya apa yang tetap membuatnya terus membuka tempat ini.

“Teman dan keluarga saya bilang untuk terus buka dan jangan menyerah. Saya pun mulai memperbaiki banyak hal, salah satunya strategi marketing”

Jika tiga tahun lalu Mbah Gito berhenti dan menutup tempat ini pastilah saya tidak dapat menikmati kelezatan bakminya. Mbah Gito pun memulai kembali strategi marketing door to door mengunjungi rekanan di semua instansi pemerintah untuk hadir mencicipi bakminya.


“Rasa itu harus enak. Kalau ndak enak nanti yang ngajak temennya malu karena sudah merekomendasikan tempat ini. Kalau rasanya enak, dijamin orang pasti balik lagi dan ketok tular”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun