Kali ini saya kembali dihadapkan dengan pasien kejang. Bukan pasien dewasa melainkan anak-anak. Tepat setelah magrib si anak sudah mulai kejang dan langsung dibawa ke bidan desa. Syukurnya oleh bidan desa
langsung dirujuk ke puskesmas walau jelas butuh waktu perjalanan setengah  dari awal kejang.
Sama seperti kebanyakan penyebab kejang pada anak, kali ini si anak suhunya mencapai 39 derajat celcius. Padahal suhu normal anak berkisar antara 36,2-37,2 derajat celcius. Sementara penyebab yang dapat
memunculkan panas ada banyak sekali mulai dari virus hingga bakteri. Bahkan batuk pilek biasa yang tidak diobati dapat memunculkan panas dan berakhir dengan kejang.
Berbeda dengan pasien kejang di atas yang langsung dibawa ke puskesmas, di lain waktu saya mendapatkan pasien anak-anak yang sudah kejang hingga tujuh kali dari jam 9 malam namun baru keesokan harinya dibawa ke puskesmas dalam kondisi orang tua yang histeris. Itupun masih ditambah dengan opsi tidak percaya dari orang tua kalau anaknya kejang. Weleeh...pantas saja baru dibawa, mungkin dari tadi dikiranya anaknya cuma goyang biasa. Kasus kedua yang telat membawa ke pengobatan ketika anak sudah berkali-kali kejang juga tidak baik.
"Lha wong anak saya gak panas dok"
"Bu, gak panas saja bisa kejang apalagi kalau panas" dan setelahnya saya lebih memilih fokus menangani si anak daripada kepancing emosi di subuh buta karena beradu argumen dengan orang tuanya yang merasa "benar".
Penanganan Pertama Kejang
Jika anak anda kejang maka hal pertama jangan terburu panik terlebih dahulu karena akan menyebabkan anak anda tetap kejang. Jika dari awal anak anda sudah terdeteksi panas maka selalu anda dapat memberikan sediaan obat penurun panas. Dosisnya dapat dilihat di petunjuk pemakaian.
Namun jika sudah terlanjur kejang maka lakukan hal utama ini. Jaga jalan pernapasan anak anda supaya lidah tidak tergigit atau jatuh ke belakang menutupi jalan napas dengan memberi ganjal pada mulut anak anda. Biasanya jika terburu-buru ada orang tua yang merelakan jarinya langsung masuk ke mulut dan digigit si anak ketika kejang. Jika masih sempat lebih baiknya menggunakan sendok yang dilapisi kain agar tidak mematahkan gigi anak. Nah, pada beberapa anak yang giginya gupis (habis) maka gigi lain yang masih utuh dapat menggigit kuat gusi dan menyebabkan berdarah. Jangan menjadi lebih panik karena melihat darah.
Kompres anak anda di empat titik agar menurunkan panas dan mengurangi resiko kejang lama atau berulang. Empat titik tersebut adalah dahi (kening), kedua ketiak dan dada. Anda dapat menggunakan kain apapun yang dibasahi air kran biasa. Nah jika kondisinya si anak tidak demam, jangan percaya dan cek menggunakan termometer. Kondisi tidak demam justru membuat anda harus lebih waspada karena artinya si anak mempunyai ambang sensitif kejang lebih peka dibandingkan dengan anak yang demam tinggi.
Jangan berikan anak minuman apapun ketika kejang karena dapat tersedak dan menyebabkan minuman masuk ke saluran napas yang seyogyanya tidak boleh dimasuki cairan. Hal ini yang biasaanya menyebabkan anak malah mengalami kegagalan dalam bernapas. Di beberapa desa masih percaya jika bubuk kopi dapat menghalau kejang jadi jangan bingung bila anak datang dengan bibir belepotan kopi atau tubuh berbalur kopi.
Segera bawa ke tempat pertolongan medis yang mempunyai kelengkapan peralatan. Tidak semua klinik menyediakan obat penghilang kejang yang biasanya dimasukkan lewat dubur jadi sebaiknya langsung menuju ke rumah sakit.
Demikian sedikit tips dari saya terkait kejang. Sementara pada anak-anak, apapun yang menyebabkan panas artinya dapat pula menyebabkan kejang seperti misalnya batuk pilek biasa, bersin-bersin yang tidak diobati bahkan infeksi bekas jatuh yang tidak ketahuan. Oleh karenanya kenali anak anda sebaik mungkin supaya tidak kejang.
Salam Tosari
dr.Hafiidhaturrahmah
Pencerah Nusantara Tosari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H