Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Jamur Hutan: Kekreatifan di Balik Kemiskinan

7 April 2013   08:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini salah satu perjalanan saya menyusuri beberapa rumah warga yang ada di sekitaran lereng Bromo. Ada yang rumahnya sudah bagus tapi banyak juga yang masih sangat sederhana. Dalam setiap perjalanan ini biasanya saya bertemu sesuatu yang unik seperti misalnya warga dengan tekanan darah sangat tinggi, kadar gula darah sangat tinggi, atau kelahiran luar biasa yang tidak dapat dinalar oleh otak bahwa mereka semua selamat. Namun kali ini saya harus menyusur dan melintasi medan yang sangat buruk dimana hujan gerimis ikut memperparah jalanan berlumpur tersebut. Tujuannya hanya satu, rumah terakhir yang harus saya data kesehatan keluarganya. Dan dengan perjuangan melintasi medan (maaf disini saya tidak berani mengambil foto karena takut tergelincir) akhirnya saya sampai di rumah sangat sederhana tersebut tepat saat hampir magrib. Sekilas rumah tersebut dari luar mirip dengan kebanyakan rumah sederhana. Hanya ada sepasang suami-istri bersama tiga anaknya yang masih sekolah. Salah satu yang terkecil masih SD dan ternyata sedang sakit panas. Setelah saya memeriksa keseluruhan kesehatan mereka, saya mulai merasa ada yang unik dari rumah ini. Awalnya saya terkejut menemukan "hiasan" di dalam rumah sangat sederhana tersebut. Saya amati seksama apa sebenarnya hiasan tersebut. Ternyata itu adalah "jamur hutan" yang dibentuk seperti bunga. Wow...ini pertama kalinya saya menemukan hiasan yang diciptakan oleh pemilik rumahnya sendiri dengan memanfaatkan bahan alam. [caption id="attachment_253182" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah sederhana berhiaskan jamur hutan"][/caption] [caption id="attachment_253183" align="aligncenter" width="300" caption="Hampir di seluruh ruang utama tersebar jamur hutan ini"]

13652989211372233778
13652989211372233778
[/caption] "Ibu dapat jamurnya darimana? Lalu bagaimana cara membuatnya?" "Oh dapatnya di hutan ketika pulang berladang. Yah saya tusuk-tusuk saja dengan kawat bekas saat sudah sampai rumah. Lalu lama-lama kok dia jadi mengering sendiri seperti itu" Masih dalam keheranan, saya meminta izin ke "belakang" lantaran hasrat sudah tidak dapat dibendung lagi dan saya makin terkejut ketika sampai di dapur belakang. Sangat sederhana dan saya tidak menemukan sesuatu yang layak disebut sebagai "kamar mandi". "Oh silakan di pojok sana ibu" dan saya hanya menelan ludah ketika melihat pojok yang dimaksud sama sekali tidak ada air dan hanya tanah. Lalu bagaimana keseharian mereka mandi atau buang hajat. Saya tidak dapat membayangkan. Akhirnya saya putuskan mengambil air simpanan mereka yang ada di gentong dan memilih keluar untuk mencari tempat aman. Di bawah guyuran gerimis saya merasakan ternyata masih banyak warga yang tidak mempunyai tempat pembuangan layak. Bahkan mereka pun mengisi gentong air dengan mengambil air dari sumber mata air yang jaraknya lumayan jauh. [caption id="attachment_253184" align="aligncenter" width="300" caption="Pojokan yang berisi gentong air "]
1365299001627154608
1365299001627154608
[/caption] [caption id="attachment_253185" align="aligncenter" width="300" caption="Pojokan yang dimaksud si ibu"]
1365299061217575204
1365299061217575204
[/caption] [caption id="attachment_253186" align="aligncenter" width="300" caption="Butuh perjuangan ekstra mengisi gentong ini dari sumber mata air"]
1365299103784902565
1365299103784902565
[/caption] Kesehatan ternyata sangat berhubungan dengan rumah yang layak. Bahkan keharmonisan keluarga juga berperan untuk menyehatkan mereka. Potret di atas saya yakin masih banyak tersebar di pelosok Indonesia. Tidak perlu harus ke Sumba seperti saya yang menemukan hal lebih mengenaskan. Jakarta yang ibukota saja masih carut marut. Tapi ini memang potret asli kesehatan bangsa saya. Butuh banyak pendekatan untuk membuat keluarga yang sehat. Saya masih terus belajar terkait hal tersebut. Dan ketika saya pamitan, si Ibu memberikan satu pot hiasan jamur hutan itu untuk saya, katanya sebagai kenang-kenangan. Rasanya senang sekali dan hiasan itu mewarnai ruang tamu rumah dinas saya sekarang. [caption id="attachment_253187" align="aligncenter" width="300" caption="Senangnya mendapat kenang-kenangan spesial"]
1365299442484597022
1365299442484597022
[/caption] Miskin tidak boleh mengkungkung kreativitas! Salam Pencerah Nusantara Tosari dr.Hafiidhaturrahmah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun