Menurut saya, ada beberapa tipe dokter memang. Ada yang cara bicaranya memang keras tapi tidak bermaksud marah namun jika orang pertama kali bertemu tidak paham wataknya maka dapat dikira dokternya pemarah. Tipe seperti ini biasanya topcer kalau ngasih resep jadi pasiennya bisa saja tetap banyak. Ada juga tipe dokter penyabar yang memang karena berasal dari cara bicaranya yang lembut. Lebih bagus lagi kalau tipe begini obatnya topcer juga. Pasiennya dijamin pasti antri lama.
Nah...terkadang juga, ada dokter yang pura-pura marah supaya pasiennya manut karena memang ada tipe pasien bandel. Pantangan yang harusnya dihindari malah dijalankan, begitu pula sebaliknya. Jadi dokter kasih sedikit syok terapi supaya pasiennya kembali menjalankan anjuran yang toh ujung-ujungnya bermanfaat untuk pasien. Seperti misalnya pasien diabetes yang terkadang sulit untuk menjaga makan dan minum obat teratur walau sudah tidak ada keluhan yang dirasa.
Dan...ujung-ujungnya kembali lagi bahwa dokter juga manusia biasa, bukan dewa yang bisa melek 24 jam terus-terusan demi pasien, yang juga punya ambang lelah. Memang bukan profesi yang mudah, entah itu dokter di ranah apapun, seperti dokter klinis jaga gawang IGD, atau dokter praktekan atau malah seperti saya dokter peneliti. Semua punya tingkat tantangan berbeda-beda. Jadi, bagi saya asal semuanya berujung pada pengobatan yang pengabdian yang terbaik untuk pasien, cara apa saja bisa ditempuh toh.
Jadi, kalau dokter ngomel ke pasien, boleh kan? Hehe
Salam Noken
masih di Timika, Papua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H