Menuliskan kisah ini membuat saya harus mengingat kembali ketika satu tahun berada di sudut Pulau Sumba tepatnya di Sumba Barat Daya. Saat itu saya menjadi dokter malaria dan ditempatkan di daerah yang jaraknya dua jam saja dari kota tapi saya seperti masuk ke peradaban kuno, hidup tanpa listrik, air, dan akses sinyal.
[caption id="attachment_385193" align="aligncenter" width="480" caption="Tanah Sumba ketika musim kering, terasa meranggas (Dok Pribadi)"][/caption]
Saya masih ingat ketika menggunakan lampu matahari yang hanya mampu menyala beberapa jam saja tiap harinya. Walhasil, saya lebih banyak menghabiskan malam dengan bantuan pencahayaan lilin. Beruntung di akhir tugas ada bantuan genset sehingga setiap malam ada jeda dua jam menyalakan listrik berbasis bensin untuk sekadar mengisi peralatan elektronik.Tidak jauh berbeda dengan kesulitan listrik, akses internet pun sama susahnya. Tulisan pertama saya di "Sumba" lahir dari hasil rajin sms per kata ke rekan sesama kompasioner Bandung. Dari sanalah tulisan itu malah dihadiahi HL oleh admin.
[caption id="attachment_385199" align="aligncenter" width="480" caption="Lampu matahari di bawah kelambu kenangan (Dok Pribadi)"]
Sampai akhirnya ketika saya memiliki akses ke kota, disanalah saya merasa seperti berada dalam surga padahal saya hanya ketemu listrik dan akses internet saja.  Nah, di kota itulah kali pertamanya saya bertemu dengan Mas Sutiknyo alias Tekno Bolang dan rekan petualangan Sumba Adventure Club (SAC). Berbagi hal tentang Indonesia Timur dalam aneka sudut pandang bersama mereka adalah hal terindah yang pernah saya jalani.
[caption id="attachment_385207" align="aligncenter" width="285" caption="Salah satu foto SAC dari blog Tekno Bolang (Dok Tekno Bolang)"]
Dulu saya masih tidak percaya masih ada orang yang tinggal di rumah alang dalam kesederhanaan seperti para Marapu. Â Mereka tinggal tanpa hiruk pikuk kota, tanpa kemewahan berbalut listrik mulai dari telepon genggam, radio, bahkan televisi. Ketika saya berinteraksi semakin dalam, saya merasa tenang dan malah merasa orang kota hidupnya terlalu rumit karena tidak pernah terpuaskan nafsunya. Berbeda dengan yang tinggal di pedalaman,berrpikir sederhana tapi begitu menghayati hidup, menjaga diri dan alam dengan adat dan tradisi mereka. Â Betapa Indonesia saya sangat beragam dan tidak bisa kita memaksakan semua orang harus maju mengikuti zaman yang ada karena pada dasarnya yang paling penting adalah kenyamanan. Berada di zaman batu bukan berarti mereka tidak nyaman dengan yang ada, buktinya anak-anak mereka walau dengan langkah tertatih mulai bersekolah, mengayakan pemikiran mereka dengan menimba ilmu.
[caption id="attachment_385204" align="aligncenter" width="322" caption="Marapu dan istrinya dalam kesederhanaan yang bersahaja (Foto:Ratih Ayu)"]
Tekno Bolang dan Donasi Buku
Menimba ilmu erat hubungannnya dengan buku dan Tekno Bolang yang pertama kali saya kenal di Sumba mengiyakan. Bahkan traveller sejati yang hobinya keluar masuk Indonesia Timur ini bukan hanya menggukkan kepala melainkan mewujudkannya. Inilah bedanya satu orang dengan kebanyakan orang lainnya ketika mempunyai ide, ada yang mewujudkannya dan ada yang sampai sekarang hanya sekadar ide saja.
Semua kisah tentang donasi buku ini berawal dari kecintaan Tekno Bolang berpetualang ke Indonesia Timur terutama NTT. Hingga akhirnya tulisan keseharian dia bersama anak-anak di Pulau Semau ditorehkan di blognya. Sebuah perpustakaan kecil binaan Pak Sef menimbulkan ide sederhana untuk membawa #BukuUntukSemau ke Desa Uiboa, sebuah desa terpencil di Pulau Semau, Kupang, NTT.
Hanya butuh waktu tiga bulan, tim kecil ini menggebrak dunia maya sekaligus menggerakkan hati banyak orang untuk membantu. Hanya sekadar buku namun hal tesebut sangat berharga untuk Pak Sef. Berawal dari tulisan sederhana lalu Tekno Bolang bertemu rekan seide (Rida dan Metha) yang sudah lebih dulu membuat donasibuku. Melalui video karya Tekno , dia berhasil menyentuh lebih banyak hati lagi untuk berbagi buku. Bukan hanya untuk Semau saja, Tekno Bolang masih terus ingin berbagi termasuk ketika dia membantu promosi #BukuUntukAlor dari Taman Bacaan Pelangi atau renovasi Perpustakaan Gedhek di Kondang Merak . Bahkan mereka masih membuka kesempatan untuk kita berbagi apapun yang kita mampu, termasuk menyebarkan tulisan mereka.
Bukan hanya buku, kecintaan Tekno pada dunia pendidikan diwujudkan pula dengan ide kakak asuh untuk SD dan SMP. Dibantu oleh Mba Novi dan Mas Anto dari Komunitas Taft Diesel yang ada di Malang, mereka membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berbagi hanya dengan 20ribu sebulan untuk keperluan sekolah adik-adik di sekitar daerah Kondang Merak. Loh kok kecil banget nominalnya? Karena tujuan Tekno Bolang hanya ingin menumbuhkan jiwa berbagi secara rutin. Sama harganya dengan satu kali makan siang ya. Dan hingga detik ini juga masih dibuka kesempatan untuk berbagi, mudah caranya, jawil aja Tekno Bolang.
Jatuh Cinta Videographer
Perbincangan jatuh cinta pernah saya bahas dengan Tekno Bolang dan dari puluhan karya yang dia bagi di link youtubenya, saya tahu bahwa lelaki kebapakan ini memang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan  NTT. Bahkan dia dengan sadar memilih menjadi traveller sejati dan meninggalkan pekerjaannya di salah satu maskapai terkenal Indonesia. Baginya, melihat Indonesia dari dekat dan bertemu dengan banyak orang dari berbagai budaya adalah kebahagiaan tidak terkira.
Saya yakini itu karena dari tulisan dan video yang dibagi Tekno Bolang, kecintaan pada Indonesia itu terlihat jelas. Saya bertambah yakin karena seluruh proses "mencari" sekaligus "jalan-jalan" yang dilakukan oleh Tekno Bolang ini dilakukan dengan riang gembira. Bagi yang sudah pernah merasakan "jalan" bareng Tekno Bolang pasti akan setuju dengan pendapat saya, apalagi ketika sebagai teman seperjalanannya saya tidak perlu bersusah payah menyiapkan berbagai jenis kamera keren dan lensa mahal. Namun jangan khawatir, terkadang Tekno Bolang mengeluarkan peralatan magic yang membuat kita tidak perlu susah payah mengeluarkan peralatan besar. Aman dan nyaman, itu prinsip perjalanan dia.
[caption id="attachment_385236" align="aligncenter" width="480" caption="Begini bawaan Tekno Bolang, kalau sudah selengkap ini saya nyaman cuma bantuin bawa doang (Dok Pribadi)"]
Aman dan nyaman sebagai prinsipnya bahkan pernah Tekno buktikan dalam perjalanan selama tiga bulan menggunakan sepeda motor singgah di seluruh pulau di NTT. Keren, karena setelahnya sebuah video berjudul KEMBARA di youtubenya langsung diserbu puluhan ribu penonton hanya dalam waktu singkat. Bahkan KEMBARA menjadi pemenang Hellofest Movie 2014 kategori Non Animasi. Sebuah ajang tahunan paling bergengsi bagi para sinemas muda dimana karyanya ditonton langsung oleh ribuan pengunjung. Buah manis dari karya yang dibuat dari hati.
[caption id="attachment_385373" align="aligncenter" width="280" caption="Haru menerima penghargaan atas KEMBARA di Hellofest 2014 (Dok Indri Juwono by FB Tekno Bolang)"]
Selain ditunjang dengan kemampuan fotografi dan videografi yang mumpuni, Tekno Bolang berhasil menorehkan semua kisah perjalanan di blog pribadi yang setiap bulan kunjungannya selalu ribuan. Hanya saja, saya tahu tidak seluruh perjalanan Tekno Bolang terfasilitasi internet cepat dan murah. Bahkan sama seperti saya, kami menghabiskan banyak kuota internet ditambah dengan sulitnya mencari sinyal jika sedang berada di wilayah "timur" sehingga harus mau tidak mau "menunda" kegiatan berbagi. Bahkan ekstrimnya, kami rela menyisihkan jumlah uang cukup banyak untuk kegiatan khusus ini.
Mimpi Tekno untuk Indonesia
Mengenal Tekno Bolang melalui tulisan dan videonya makin mengungkapkan mimpi besarnya untuk mengelilingi Indonesia. Saya pernah suatu hari iseng menanyakan kenapa tidak memilih berpergian ke luar negeri tapi malah memilih di dalam negeri, bahkan memilih tempat-tempat terpencil. Jawaban sederhana dia menampar saya.
"Justru kalau mereka tahu indahnya Indonesia Timur, mereka akan malu kenapa harus ke negara lain"
"Dengan kita berwisata ke timur, paling tidak ekonomi daerah wissata akan ikut terangkat juga"
Tekno Bolang membuktikan ucapannya dengan tanpa putus asa berbagi beraneka ragam video buatannya sendiri atas semua lokasi yang pernah dikunjunginya. Bahkan dalam setiap sudut pengambilan gambar, dia tidak pernah merekayasa apapun. Baginya interaksi alamiah akan lebih terasa dan itulah sisi yang dia tonjolkan dari setiap videonya.Seperti pesan kakeknya yang selalu diingat Tekno Bolang "dadi wong paran lan sinau teko paran" (Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalananmu)
"Karena esensi dari melakukan perjalanan bukanlah destinasi yang hebat, namun justru proses dari perjalanan itu sendiri yang mengajarkan kita banyak hal" (Tekno Bolang)
Saat menuliskan ini, Tekno Bolang sedang berada di Pulau Misool dan menuliskan kisahnya disini. Dia menjadi salah satu volunteer untuk yayasan Misool Baseeftin dan melakukan banyak hal untuk membantu penduduk di pulau tersebut mulai dari pendidikan, diving, komputer, dan lain-lain. Tidak setiap saat Tekno Bolang bertemu sinyal dan untuk mewujudkan mimpinya berbagi dengan banyak komunitas, tulisan ini saya dedikasikan untuknya. Saya tahu bahwa masih banyak ratusan draft tulisan dan ratusan video yang ingin dibagi (hasil kepo pas melihat drive simpanan berTera-Tera). Saya paham juga betapa banyak daerah ingin dikunjungi lagi sembari membawakan buku. Karena kekuatan besar Tekno Bolang dan besarnya jaringan sosial media yang dia miliki dengan berbagai komunitas mulai dari komunitas jalan-jalan (dalam dan luar negeri), komunitas video, komunitas foto, komunitas anak muda, komunitas blogger, dan ratusan lainnya, berbagi paket Internet Tanpa Batas dari INDOSAT akan menjadi kado terindah di penutup 2014. Saya yakin hal ini dapat menjadi motivasi besar untuk melipatkan gerakan sosial yang sudah dicetuskan oleh Tekno Bolang sehingga 2015 akan jadi lebih baik lagi. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya akun sosial medianya digunakan dengan sangat efektif, mulai dari facebook, twitter, google+, blog pribadi, youtube, instagram, dan masih banyak lainnya. Sungguh, Tekno Bolang sebenarnya hanya orang biasa yang bermimpi biasa namun dia mewujudkannya dengan cara tidak biasa, berinovasi menggunakan internet. Sama seperti halnya Indosat, Melihat Masa Depan Melalui Inovasi.
[caption id="attachment_385250" align="aligncenter" width="526" caption="Menyebarkan buku untuk anak Indonesia, mimpi Tekno Bolang (Dok. FB TeknoBolang)"]
ShareYourDreams
dr.Hafiidhaturrahmah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H