Tak seperti Tahun Baru Masehi yang kemeriahannya tumpah pada malam pergantian tahun, Tahun Baru Hijriyah punya gaya sendiri. Tak ada pesta kembang api dan pesta gila-gilaan saat detik-detik berakhirnya tahun lama dan dimulainya tahun baru, yang lazim adalah acara doa bersama pada sore hari (tahun hijriyah dimulai ba'da Asyar) di masjid-masjid. Kemeriahan biasanya berlangsung sepanjang bulan Muharrom --bulan pertama Hijriyah--- dalam wujud  karnaval, tabligh akbar atau pengajian di kampung-kampung. Seperti di Desa Petunjungan, Bulakamba, Brebes penyambutan tahun baru kali ini dilakukan tepat saat bulan sedang purnama, bertepatan dengan tanggal 5 Oktober 2017 lalu.
Tradisi menyambut Tahun Baru Hijriyah dengan pengajian di Masjid Jami di Desa Petunujungan merupakan tradisi yang telah berlangsung lama. Sebagaimana umumnya masjid jami di desa-desa lain, pengajian muharroman ini selalu menghadirkan dai-dai kondang. Tahun ini yang dipanggil adalah Komar mantan pelawak yang kini jadi dai. Komar atau K.H. Nurul Qomar yang sejatinya adalah pelawak pada kesempatan itu benar-benar menyemarakkan suasana karena beliau walau diundang sebagai mubaligh namun tak melepas kepelawakannya.
Menyaksikan kemeriahan tahunan ini rasanya perlu ada Festival Muharrom Nasional, di mana selama bulan Muharrom pemerintah memerintahkan seluruh masjid utama di desa-desa menyelenggarakan acara-acara. Seperti pada bulan Agustus yang biasanya ada banyak kegiatan memeriahkan Bulan Kemerdekaan, pada bulan Muharrom umat Islam khususnya bisa pula memanfaatkannya untuk syiar sekaligus membangun tradisi untuk mengundang warga dunia agar berwisata ke Indonesia. Â
Selamat Tahun Baru 1439 Hijriyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H