Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran tengah yang berbentuk persegi panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah dahulu juga dikelilingi pagar batu yang saat ini juga sudah runtuh. Pelataran ini terdiri atas empat teras berundak, makin ke dalam makin tinggi. Di teras pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang berderet berkeliling, terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antarpintu pelataran. Di teras kedua terdapat 60 candi, di teras ketiga terdapat 52 candi, dan di teras keempat, atau teras teratas, terdapat 44 candi. Seluruh candi di pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas denah dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah tersebut saat ini dalam keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya saja.
Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan yang dianggap sebagai tempat yang paling suci. Pelataran ini berdenah persegi empat seluas 110 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m dari permukaan teras teratas pelataran tengah. Pelataran ini dikelilingi oleh turap dan pagar batu. Di keempat sisinya terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa. Saat ini hanya gapura di sisi selatan yang masih utuh. Di depan masing-masing gerbang pelataran teratas terdapat sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4 m.
Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara selatan. Di barisan barat terdapat 3 buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya paling utara adalah Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah Candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap ke barat. Ketiga candi ini disebut candi wahana (wahana = kendaraan), karena masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang yang merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di hadapannya.
Candi yang berhadapan dengan Candi Wisnu adalah Candi Garuda, yang berhadapan dengan Candi Syiwa adalah Candi Nandi (lembu), dan yang berhadapan dengan Candi Brahma adalah Candi Angsa. Dengan demikian, keenam candi ini saling berhadapan membentuk lorong. Candi Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu berdenah dasar bujur sangkar seluas 15 m2 dengan tinggi 25 m. Di ujung utara dan selatan lorong masing-masing terdapat sebuah candi kecil yang saling berhadapan, yang disebut Candi Apit.
Lava Tour Merapi
Yogyakarta mempunyai beragam destinasi wisata yang bisa dikunjungi untuk menghabiskan liburan, mulai dari wisata alam, budaya, kuliner, hingga petualangan seru yang tak terlupakan. Salah satunya Merapi Lava Tour, sebuah petualangan berkeliling Gunung Merapi dengan menggunakan jip yang melaju kencang.
Wisata ini berlokasi di Kaliurang, tepatnya di kaki Gunung Merapi. Merapi Lava Tour akan mengajak Sobat Pesona naik mobil dan menyusuri bekas aliran lahar dingin pasca letusan Gunung Merapi. Sepanjang perjalanan, Sobat Pesona akan diajak mengunjungi beberapa destinasi wisata pasca letusan, seperti Museum Sisa Hartaku, dan Bunker Kaliadem.
Menjelajah Sisa Erupsi Merapi – Merapi Lava Tour terbagi menjadi tiga rute, yaitu short selama 1,5 jam, medium berlangsung selama 2,5 jam, dan long yang berlangsung selama 4-5 jam. Semua pilihan rute tur ini menggunakan jip yang bisa diisi maksimal empat orang dewasa.
Jip akan melaju kencang di permukaan jalan yang berbatu dan berpasir hasil erupsi Gunung Merapi. Sobat Pesona perlu menggunakan kacamata dan masker untuk melindungi wajah. Selama tur, Sobat Pesona harus berpegangan kuat agar tidak terlempar dari jip. Mencoba tur ini, Sobat Pesona akan merasakan pengalaman seru dan memacu adrenalin pada saat bersamaan.
Di sepanjang jalan, Sobat Pesona akan melihat pemandangan desa yang hancur dan ditinggalkan oleh pemiliknya karena erupsi Gunung Merapi pada 2010. Kemudian, Sobat Pesona juga akan melihat hamparan pasir luas, lengkap dengan batu-batu besar yang berserakan dengan Gunung Merapi yang berdiri megah. Bahkan, jika mengikuti long trip, Sobat Pesona juga bisa mengunjungi makam Mbah Maridjan yang tersohor.
Usahakan menjajal Merapi Lava Tour pada musim kemarau. Musim ini merupakan musim yang tepat, karena panorama Gunung Merapi akan terlihat sangat jelas dan tidak perlu berbasah-basahan sepanjang perjalanan dengan jip atap terbuka.