Terkadang para orang tua kurang peka terhadap aktivitas anak yang setiap hari- hari di lakukan di rumah , yang menujukan bakat nya.Â
Karena di sanalah terkadang bakat anak muncul , sementara rasa suka anak terhadap aktivitas nya berasal dari keinginan otaknya untuk mengetahui sesuatu dan  ketika anak sudah tau , anak akan  terus melakukan berulang -ulang karena anak menyukai hal tersebut.  Namun semuai itu sebaliknya jika anak  tidak menyukai hal tersebut maka anak tidak akan mengulang- ngulang hal itu lagi.
Menurut munib chatib seorang konsultan pendidikan dan pendiri sekolah nya manusia . Â
Ada urutan  yang mana orang tua bisa mengamati bakat dari seorang anak  dilihat dari hal yang  di lakukan  karena di sukainya.  Jika awal nya anak merasa ingin tahu karena suatu hal  namun anak hanya melakukanya sesekali , dan tidak ada ketertarikan lagi untuk melakukan kemungkinan anak tidak menyukainya, namun jika anak di mulai dari sara penasaran atau ingin tahunya  anak mencobanya  dengan mengulang"  anak menjadi suka dan itu kemungkinan menjadi bakat anak.
Namun tidak semua hal yang dilakukan anak ber ulang - ulang bisa dinamakan bakat . Karena tidak semua aktivitas yang di sukai anak adalah bakat nya . Karena mungkin anak hanya  meniru dari sekitarnya entah teman atau orang yang di sukai nya.Â
Namu banyak hal yang terjadi saat berada di lingkungan rumah, ketika anak sedang ingin  mencoba dan menujukan bakatnya kepada orang tua tetapi orang tua lah yang mencoba menghentikan niat anak  dengan  beberapa hal berikut:Â
Melarang anak melakukan hal yang disukainya
contoh terkadang anak menyentuh sesuatu karena dia memiliki rasa penasaran , semisal anak menyentuh jam milik orang tua yang dia ingin tahu karena di depanya anak  usia dini itu mengambilnya , karena rasa penasaran namun dengan cepat orang tua merebutnya dengan membentak " jangan ini mahal ini bukan mainan" dengan begitu hal yang ingin di ketahui anak sudah di larang oleh orang tua nya.
Selalu menyebut anak dengan sebutan negatif
Ketika anak mendapatkan nilai jelek , dukungan orang tua lah yang teramat penting dengan memotivasinya ,bahkan menuntut minat anak untuk  memahami hal yang belum di bisa dengan belajar lebih giat lagi. Bukan  dengan meberi label tidak baik baik pada anak dengan sebutan  tolol , bodoh dll yang anak mematikan semangat anak sehingga anak merasa di rumah pun anak tidak merasa mendapat dukungan.
Tidak memberikan kebebasan anak untuk  berekpresi
Terkadang usia anak untuk mengekplorasi tidak melulu saat dia berusia dini, terkadang anak ingin tahu terhadap suatu hal berdasarkan hal yang di sukainya yang dari awal di melihatnya contoh: ketika ada anak remaja  laki - laki yang ingin belajar memasak , dia mencoba melihat beberapa Resep dan mencobanya anak tersebut justru di hentikan oleh orang sekitarnya termasuk orang tuanya yang memberi label, mau jadi laki-laki apa bermain di dapur, dengan begitu orang tua tidak memiliki pandangan yang luas justru tidak meberi kebebasan anak untuk berekpresi.
 Tekanan anak soal prestasi sekolah
Prestasi sekolah lah yang sering dianggap paling utama dengan menjadi ukuran paling penting  padahal anak memiliki sejuta bakat di bidang lainnya. Terkadang anak merasa tidak di hargai sama sekali dengan menujukan bakatnya ketika pulang membawa piala juara sepak bola dengan orang tua tidak memberikan tanggapan dan ekpresi tetapi saat pulang membawa prestasi pialas olimpiade matematika justru anak mendapat jujungan.
Melihat beberapa hal dan faktor pendukung serta penghambat terhadap kreativitas  anak . Maka orang  tua perlu juga memikirkan kondisi rumah untuk mendukung bakat dan minat anak . Selain memfasilitasi dan melihat lingkungan sekitar , semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H