Mohon tunggu...
Avicenna Zaim Alfaruq
Avicenna Zaim Alfaruq Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030052 (Mahasiswa Aktif UIN Sunan Kalijaga)

Mulailah dari hal-hal kecil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gelisah karena Soal Penalaran SNBT

18 Mei 2023   22:27 Diperbarui: 24 Mei 2023   13:00 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ujian tulis berbasis komputer untuk seleksi Perguruan Tinggi Negeri melalui SBMPTN atau kini UTBK SNBT. (ANTARAFOTO/ASPRILLA DWI ADHA via kompas.com)

Ujian masuk Universitas tengah berlangsung saat ini. Ujian masuk Universitas yang awalnya dibawahi oleh LTMPT dengan nama UTBK ini telah berganti nama menjadi SNBT. 

SNBT yang sudah dimulai sejak tanggal 8 Mei 2023 lalu sempat menjadi bahan perbincangan di media sosial, khususnya para siswa-siswi dan orang yang ingin mendaftar ke perguruan tinggi yang mereka idamkan.

SNBT yang diselenggarakan tahun ini memiliki sebuah perbedaan yang cukup menuai kontroversi. 

Pasalnya, Ujian masuk Universitas tahun ini hanya menyajikan soal jenis penalaran saja, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menyajikan soal yang terkait dengan jurusan yang ia tekuni.

Menurut para siswa atau siswi Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan, perubahaan ini tidak terlalu memiliki efek yang berarti. Namun, bagi para pejuang universitas  negeri yang pada tahun sebelumnya mengikuti dan pada tahun ini kembali mengikutinya.

Menurut para pejuang universitas tersebut, kebijakan ujian masuk universitas yang hanya berisikan soal penalaran saja malah akan merugikan mereka. 

Karena jika ujian yang diberikan hanya berisi soal penalaran, maka akan semakin banyak orang yang mencoba untuk mengambil ujian dengan mendaftarkan di program studi yang berbeda dengan bidang yang mereka tekuni atau yang lebih dikenal dengan kata lintas jurusan.

Mengapa demikian? Karena pada aspek penilaiannya tidak ada yang namanya pembobotan nilai. Contohnya program studi Akuntansi akan lebih memprioritaskan peserta yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding tes lainnya. 

Jadi ujian kali ini bisa lebih merugikan bagi para peserta yang menekuni bidang ilmu sosial. Mengingat jika peserta dengan bidang ilmu sosial akan merasa sangat kesulitan mengikuti pelajaran yang berhubungan dengan sains apabila mereka melakukan lintas jurusan.

Berbeda dengan para peserta yang menekuni bidang sains. Mereka tidak akan mendapat kesulitan yang berarti saat mempelajari bidang ilmu sosial. 

Hal inilah yang membuat resah para peserta ujian masuk universitas yang pernah mencoba dan paham dengan sistem penilaian yang diterapkan. Hal ini bisa saya lihat dari komentar-komentar teman saya di media sosial.

Menurut teman saya yang mencoba melakukan ujian kembali, yakni Rendi. Menurutnya dengan adanya ujian dengan soal penalaran akan merugikan bagi dirinya. 

Alasannya adalah akan semakin banyak peserta yang melakukan lintas jurusan dari bidang ilmu sains ke ilmu sosial. 

Alasan yang kedua adalah persaingan akan semakin ketat saat peserta yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan, karena banyak yang ikut mendaftar karena soal yang disajikan hanya penalaran saja.

Tapi disisi lain, Rendi merasa diuntungkan dengan adanya ujian tersebut. Rendi merupakan mahasiswa dari program studi ilmu sejarah di salah satu universitas yang ada di Yogyakarta. 

Rendi merasa jika ujian tahun ini terdapat soal dengan bidang ilmu yang pernah ia tekuni sebelumnya seperti geografi, ekonomi, hingga sosiologi, ia akan merasa kesulitan untuk belajar. Karena ia juga harus fokus pada mata kuliah di jurusannya .

"Ujian masuk universitas yang diselenggarakan kali ini lebih efektif, karena dengan adanya ujian berbasis penalaran kali ini lebih mengandalkan logika berpikir, karena jika kita lihat tahun sebelumnya seperti geografi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah, tes ujian tersebut bisa kita tuntaskan dengan kemampuan mengingat kita." Tambahnya.

Ada juga teman saya yang bernama Yoga. Yoga merupakan mahasiswa program studi ilmu komunikasi pada salah satu universitas. Menurut Yoga, ujian kali ini lebih merugikan bagi dirinya mengingat semakin banyaknya peserta yang melakukan lintas jurusan. 

Namun baginya, hal tersebut malah membuat semakin asik karena ketatnya persaingan yang ada. Entah itu lintas jurusan atau tidak, persaingan tetaplah persaingan.

Tidak hanya Rendi dan Yoga, banyak dari para peserta yang merasa dirugikan juga. Hal tersebut membuat mereka merasa gelisah karena semakin ketatnya persaingan yang mereka perangi. 

Akan tetapi tetap saja, persaingan tetaplah persaingan. Terlepas dari untung atau ruginya, asalkan para peserta tetap bersaing secara sehat, menurut saya itu boleh-boleh saja.

Masih banyak jalur lain untuk mendaftar universitas. Tetap semangat bagi yang mengikuti SNBT tahun ini. Semoga kalian berhasil masuk di universitas yang kalian idamkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun