Mohon tunggu...
Avicenna Zaim Alfaruq
Avicenna Zaim Alfaruq Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030052 (Mahasiswa Aktif UIN Sunan Kalijaga)

Mulailah dari hal-hal kecil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makan, Uang, dan Pemilu

8 Mei 2023   10:45 Diperbarui: 8 Mei 2023   10:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Rasa laparku menghiasi hari Jumat nan panjang ini. Tidak tahu kemana perginya uang yang telah lama tinggal di dompet hitamku. Pupus sudah harapanku untuk menyambung hidup. Tiba-tiba, terdengar suara aneh yang entah dari mana asalnya. Penelusuranku membuahkan hasil, terdengar suara sound yang ada di sebuah gedung yang berada di UIN Sunan Kalijaga. Terlihat banyak mahasiswa-mahasiswi yang berlari berbondong-bondong kesana. Muncul pertanyaan apa, apa yang sebenarnya ada disana?

Tanpa kusadari, aku yang heran dengan mahasiswa-mahasiswi itu, tiba-tiba ikut berlari menuju ke gedung tersebut. Bertanya pada salah seorang mahasiswa tentang apa yang sebenarnya mereka kejar, sosialisasi rupanya. Bertanya kembali tentang apa yang bisa kita dapatkan jika mengikutinya, nasi kotak jawabnya. Seketika tubuh ini kaku setelah mendengar jawaban darinya. Sebagai mahasiswa yang butuh makan, tanpa berfikir panjang, saya langsung ikut masuk kedalam gedung tersebut.

Selama sosialisasi berjalan, hal menarik yang saya temukan yakni datang dari pertanyaan salah seorang mahasiswa, yaitu Aziz. Aziz mengajukan pertanyaan kepada BEM UIN Sunan Kalijaga yakni Ahmad Makarim Pramudita. Inti dari pertanyaan yang diajukan oleh Aziz adalah tentang bagaimana sikap kita sebagai pemuda guna menghindari adanya serangan fajar atau salam tempel, karena menurutnya hal tersebut sulit dihindari oleh pemuda khususnya mahasiswa.

Aziz selaku penanya yang kebetulan duduk di samping saya berkata jika ia resah apabila ia menggunakan hak suaranya tetapi sebelum itu ia menerima sejumlah uang dari oknum-oknum tertentu, ia merasa pilihannya tidak sepenuhnya jujur. Maka dari itu ia bertanya. Dan menurut saya, pernyataan yang diberikan olehnya memang benar. Walaupun pemilu kali ini merupakan pengalaman pertama saya, namun saya juga merasa jika saya menerima uang tersebut saya sama saja memilih dengan tidak jujur.

Terlepas dari itu, sebagai mahasiswa kita juga membutuhkan uang tersebut untuk kebutuhan kami. Bagi mahasiswa, menyambung hidup itu sangat penting mengingat kita yang tinggal jauh dari rumah dan orang tua hingga mengharuskan kita untuk hidup mandiri. Yang ada hanya dilema. Bingung bagaimana kita menyikapinya. Dan oleh sebab itu, pertanyaan tersebut muncul.

Ahmad Makarim Pramudita sebagai orang yang diberi pertanyaan akhirnya menjawab. Menurutnya hal tersebut harus dihindari, terlepas status kita sebagai mahasiswa, kita juga memiliki hak suara yang harus diberikan. Oleh karenanya, ia menjawab jika kita harus memilih calon melalui gagasan-gagasan yang mereka berikan, bukan dari berapa jumlah uang yang mereka berikan. Memilihlah dengan alasan-alasan diluar memperoleh uang tersebut.

Jawaban yang diberikan oleh Ahmad Makarim Pramudita sudah sangat jelas dan bisa dengan mudah diterima oleh para penonton disana. Namun saya sendiri masih memiliki keresahan tentang jawaban yang ia berikan. Memang kita bisa memilih dengan hak suara kita dengan alasan gagasan yang diberikan oleh calon. Namun kita juga tidak perlu menolak uang yang diberikan oleh mereka. Karena saya sendiri pernah mendapatkan uang pada pemilihan bupati dari oknum tertentu, namun pada akhirnya saya tidak memilih calon tersebut.

Serangan fajar atau salam tempel memang tidak baik untuk dilakukan. Namun, saya sendiri merasa sangat membutuhkan uang tersebut untuk keperluan saya. Dan saya yakin hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat diluar sana, khususnya para Mahasiswa. Dan dari sinilah saya memisahkan kepentingan saya antara kepentingan politik dengan kepentingan sambung hidup. Dengan ini kita bisa mendapatkan keduanya.

Walaupun pada akhirnya timbul rasa tidak jujur dalam pemilihan. Namun mau bagaimana lagi, munafik jika saya tidak menerima uang tersebut. Hal yang sama diucapkan oleh Aziz, munafik jika ia tidak menerimanya. Sebagai pemuda yang masih labil, saya yakin mereka yang ditawari sejumlah uang sebagian besar akan menerimanya. Walaupun kita sadar jika hal tersebut tidak baik.

Namun kembali lagi ke pemilihan, kita sebagai warga negara memiliki kewajiban untuk memilih calon pemimpin kita. Karena menurut salah satu narasumber, tiap satu suara akan berpengaruh pada masa depan bangsa. Oleh karenanya, kita sebagai warga jangan sampai tidak menggunakan hak suara kita. Karena pemimpin itu ada dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun