Pada akhirnya perjalanan hidup akan berakhir pada kematian. Se-awet apapun ramuan untuk mengawetkan jenazah, akan tiba waktunya ketika jenazah tinggal tulang belulang dan melebur menjadi serpihan halus dan menyatu dengan tanah.
[caption caption="Kete' Kesu; Salah satu Goa tempat pemakaman yang tersisa tengkorak dan tulang belulang (dok pribadi)"]
Jika melihat dari rangkaian proses upacara kematian orang Toraja, terlihat bahwa kematian begitu mahal harganya. Saking mahalnya, saya sampai berfikir bahwa sepanjang hidup, orang Toraja bekerja keras membanting tulang untuk mempersiapkan kematiannya.
Segala runutan proses menyelenggarakan upacara kematian yang dipersiapkan dan dikonsep secara matang menurut kepercayaan orang Toraja memberikan sebuah filosofi hidup bagi saya sebagai seorang muslim bahwa mati adalah keniscayaan bagi yang hidup, oleh karenanya perlu disiapkan bekal amal baik. Karena amal baik adalah satu perkara yang mengantarkan jenazah dan tinggal bersamanya.
“Tiga perkara yang akan mengantarkan mayit: keluarga, harta, dan amalannya. Dua perkara akan kembali dan satu perkara akan tetap tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalannya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H