Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Memandang Desa dalam Dunia Modern

7 November 2018   22:47 Diperbarui: 7 November 2018   23:16 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Desa merupakan sebuah perkumpulan masyarakat yang sudah ada bahkan sejak zaman kerajaan di Nusantara. Sejak zaman kerajaan dahulu, desa sudah menjadi pilar yang menyokong berjalannya suatu pemerintahan kerajaan. 

Desa selalu memasok bahan-bahan pangan untuk pusat kerajaan. Selain itu, desa juga menyumbang pajak yang cukup banyak untuk kerajaan yang menaungi desa tersebut. Melihat hal ini, diisyaratkan bahwa desa dapat dibilang salah satu pilar fundamental bagi kehidupan suatu bentuk pemerintahan. Dapat dikatakan bahwa kehidupan suatu negara dimulai dari kehidupan di desa.

Dalam melihat sebuah desa, muncul sebuah anggapan umum bagaimana orang melihat desa. Desa digambarkan sebagai masyarakat yang memiliki kepekaan sosial yang jauh lebih tinggi dari penduduk perkotaan.  Penduduk desa digambarkan sebagai penduduk yang memiliki solidaritas yang tinggi antar satu dengan lainnya. 

Selain itu juga desa digambarkan tempat yang sangat tradisional dan jauh dari modernitas. Desa sendiri digambarkan memiliki lingkungan yang asri, sejuk, pemandangan indah, dikelilingi hutan, pegunungan, dan terlihat banyak sawah sejauh mata memandang. Penduduknya juga dianggap paling banyak bekerja dalam sektor pertanian. Desa juga menjadi tempat pelarian yang tepat bagi orang-orang yang jenuh dengan hingar-bingar perkotaan.

 Anggapan umum tentang desa tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya salah, karena apabila dilihat dari kenyataan yang terjadi di desa sekarang tidak terlalu jauh dari gambaran tersebut. Walaupun, sendi-sendi kehidupan yang menjadi ciri khas dari sebuah desa bisa dibilang sedikit demi sedikit terkikis oleh modernitas. 

Misalnya, masyarakat desa yang dikenal memiliki solidaritas yang tinggi antar satu dengan lainnya, sekarang di beberapa desa masyarakatnya sudah mulai memperlihatkan gejala individualistis. Desa juga sudah terkena arus modernisme, dimana tidak lagi desa digambarkan sebagai tempat yang sangat tradisional, namun sudah banyak teknologi yang membuat sebuah desa terlihat lebih modern. 

Misalnya, petani sekarang tidak lagi membajak sawah memakai bantuan kerbau, tetapi menggunakan traktor, selain itu pupuk yang dipakai petani pun banyak yang sekarang memakai pupuk yang diproduksi dari pabrik, tidak lagi menggunakan pupuk yang diproduksi sendiri, kendaraan bermotor pun sudah menyaingi penduduk perkotaan dimana setiap rumah minimal memiliki satu motor. 

Bahkan, di desa sekarang sudah lazim adanya minimarket untuk membeli keperluan sehari-hari. Pemerintah juga sekarang menggalakkan desa modern agar desa tidak tertinggal dan tergerus oleh zaman.

Walaupun desa terlihat seperti kehilangan jati dirinya, hal tersebut sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Desa akan tetap menjadi desa. Desa akan tetap menopang negara ini dengan segala fungsi dan kemampuannya. Hal-hal yang terjadi diatas hanya merupakan sebuah konsekuensi dari modernisasi yang terjadi di dunia dewasa ini. 

Maka dari itu, menjadi tugas penting untuk menjaga ciri khas yang melekat pada desa beriringan dengan memasukkan teknologi dalam sendi-sendi kehidupan di desa. Desa tidak harus menutup diri begitu saja dari modernisasi, karena apabila masyarakat desa dapat memanfaatkan efek modernisasi dengan tepat, maka hal itu dapat mengoptimalisasi kinerja dari desa tersebut. 

Walaupun, di Indonesia masih ada desa adat yang masih memegang teguh sistem masyarakat yang berlaku dari zaman dahulu. Setiap desa memiliki kebebasan masing-masing untuk menentukan bagaimana sistem masyarakat yang diinginkan, apakah tetap ingin mempertahankan nilai dan norma yang sudah berlaku sejak desa tersebut lahir, atau juga dapat menyesuaikan dengan dunia modern.

Desa terbukti memiliki struktur masyarakat yang lebih erat dibanding masyarakat kota. Walaupun masih banyak yang memandang masyarakat desa sebagai masyarakat kelas dua, masyarakat desa dapat menunjukkan kelebihan dibanding masyarakat kota. Budaya-budaya ketimuran yang mulai terkikis di perkotaan masih lestari di desa. 

Bisa dibilang hampir semua hal yang ada di kota dapat ditemukan di desa sekarang. Sebaliknya, banyak hal yang dimiliki desa namun tidak dimiliki desa. Masyarakat harus sadar pentingnya desa bagi pertumbuhan negara ini kedepannya. Apabila masyarakat sudah sadar pentingnya desa, maka stereotip tentang desa akan menghilang dan membuat desa menjadi lebih maju karena semua masyarakat akan mendukung perkembangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun