Istilah Napi atau Narapidana memang sudah mafhum dipahami oleh publik, Â setelah terdakwa mendapatkan vonis oleh Hakim maka statusnya berubah menjadi Narapidana. Di Lapas dan Rutan istilah Narapidana itu diganti dengan Warga Binaan Pemasyarakatan, karena tujuan pemenjaraan sekarang bukan lagi untuk penjeraan tapi untuk dibina agar menjadi lebih baik. Maka haruslah ada program-program pembinaan yang dilaksanakan di setiap Lapas dan Rutan. Penulis sengaja masih menggunakan istilah Napi pada judul tulisan, biar "eye catching" saja.
Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Garut, sebagai satu Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan turut melaksanakan program pembinaan. Salah satunya adalah dengan menggelar Program Pesantren Ramadhan 1443 H bagi WBP yang beragama Islam. Tidak tanggung-tanggung mulai dari belajar Iqra sampai kajian Kitab Kuning layaknya dipesantren juga ada.Â
Beberapa Kitab Kuning yang dikaji yaitu Safinah yang menjelaskan Fiqih Ibadah, Kitab Tijan ad-Darari tentang Tauhid, tentang Sejarah Islam dan Kitab Riyadus Shalihin untuk mengajarkan Akhlak. Juga kegiatan sholat duha, tadarus, kultum, tarawih dan buka puasa bersama. Para petugas secara sukarela bergiliran memberikan ta'jil untuk beberapa santri tadarus yang biasa mengaji hingga waktu berbuka tiba.
Kitab Tijan Ad-Darori buah karya Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, beliau merupakan ulama besar asal Indonesia bertaraf Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram di Saudi Arabia. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Â Penulis bangga sebagai bangsa Indonesia bisa memiliki seorang ulama yang dihargai karya-karya nya di dunia islam, kapan yah Indonesia bisa memiliki ulama sekaliber beliau.
Pembukaan program pesantren Ramadhan 1443 H, di Rutan Garut dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 April 2022. Tujuan pesantren Ramadhan bagi WBP untuk meningkatkan kualitas pembinaan bagi narapidana, khususnya warga binaan yang beragama Islam serta memperkuat iman dan taqwa WBP sebagai bekal untuk kembali ke masyarakat.
"Berbagai program kegiatan pembinaan telah dirancang dengan tujuan warga binaan bisa mengisi bulan Ramadhan ini dengan lebih berkualitas, meningkatkan kedisiplinan, dan ketakwaan," tutur Kepala Rutan Garut, I Wayan Bondan Wahyu Kusuma Dusak.
Kasubsie Pelayanan Tahanan, Asep Rachmat selaku Ketua Pelaksana Kegiatan menjelaskan beberapa program Pesantren Ramadhan yang dilakukan, mulai giat sholat dhuha, bimbingan mental, tadarus Quran, kajian kitab Fiqih, kajian sejarah Islam, Akidah Akhlak dan buka puasa bersama.
Untuk mendukung kegiatan maka para santri diberikan alat tulis, buku, Al-Quran dan kitab. Ka. KPR. Alfian secara simbolis memberikan alat tulis kepada perwakilan dari santri Pesantren Ramadhan.
Setiap hari, selama kegiatan pesantren Ramadhan ini dibimbing oleh petugas khusus yaitu Bapak Pipin, Bapak Iman dan beberapa petugas yang bergiliran menjadi narasumber.
Maman salah satu WBP kasus pidana umum merasa bahagia dapat menjadi santri pesantren Ramadhan.
"Alhamdulillah, saya dapat kesempatan untuk lebih memperdalam ilmu agama dan mengisi bulan Ramadhan ini dengan fokus ibadah, karena saat diluar saya jarang ikut kegiatan seperti ini" ujarnya.
Dengan mengikuti pesantren ramadhan ini, diharapkan warga binaan yang sebelumnya tidak bisa mengaji dapat belajar ngaji, yang tadinya tidak menjalankan sholat wajib dapat menjadi lebih taat, dan membentuk pribadi yang lebih baik. Kasubsie Yantah, Asep Rachmat, berpesan agar seluruh peserta lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah puasa di Rutan Garut. Apalagi di bulan yang penuh berkah ini, dia berharap banyak ilmu yang peserta dapatkan melalui pesantren Ramadhan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H