Kita sebut saja PARALOGI....
Kritik yang sesat pikir....
Immanuel Kant melahirkan kritisisme sebagai alternatif jalan pencapaian kebenaran yang sebelumnya telah mapan pada rasionalisme dan empirisme.
Kantianisme dengan metode analisis kritisnya menciptakan dorongan untuk menguraikan kembali segala hal, membentuknya kembali dan jika mungkin menciptakan yang baru.
Sifat relativitas pada kebenaran dipandang sebagai peluang untuk menyandingkannya dengan alternatif kebenaran lainnya.
Peradaban dikembangkan melalui koreksi terhadap fundamental paradigma kebenaran umum yang telah diyakini berabad-abad. Masyarakat diantar untuk berpikir radikal mempertanyakan esensial dan eksistensial dari setiap fenomena yang ada.
Kantianis dengan perspektif kritisismenya telah mewarnai sejarah peradaban manusia. Â Sangat banyak kebijakan dan kebajikan baru yang dihasilkan untuk kebaikan umat manusia.
Lompatan-lompatan budaya dan teknologi mengakibatkan fundamen cara hidup dan pandangan manusia berubah sangat cepat. Seakan tak ada waktu lagi untuk menguji sebuah kebaruan. Ukuran kebenaran diletakkan pada kebaikan dan kualitas kebaikan ditentukan oleh seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap suatu hal.
Kemajuan peradaban membuat hidup manusia semakin mudah sekaligus semakin rentan untuk menjadi bias kebenaran. Tak peduli suka atau tidak, masyarakat dipaksa masuk dalam alam pragmatis.
Jejak kritisisme dalam sejarah meninggalkan catatan penting untuk diperhatikan dan direnungkan. Tidak selalu mendatangkan kebaikan, kritisisme justru meninggalkan residu negatif bagi masyarakat.
Pada momen-momen dikala terjadi pertautan antara kritisisme dengan pragmatisme selalu menghasilkan paradigma yang buruk kualitas bahkan cenderung dusta. Analisis kritis tidak lagi dilakukan dalam framework metodologi ilmiah namun hanya berdasar pada asumsi semata bahkan tanpa data dan fakta.