Mohon tunggu...
Stella Chrisfanny Nainggolan
Stella Chrisfanny Nainggolan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"KESEPIAN"... konsekuensi dari pilihan idealisme, keteguhan hati, dan kesetiaan kepada kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Ulasan Film] Sweet Bean: Selai Kacang Merah, Jiwa Dorayaki

8 Agustus 2016   21:44 Diperbarui: 8 Agustus 2016   22:20 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, Tokue meninggal karena radang paru-paru yang dideritanya. Sementara Sentaro keluar dari toko tersebut dan mendirikan kios kaki lima yang menjual dorayaki di taman umum.

Yang saya suka dari kisah film ini adalah akting natural Tokue yang menyayat hati. Jujur, saya menitikan air mata pada adegan surat Tokue dibacakan dan juga rekaman suara sebelum ia meninggal. Saya acungi jempol untuk director of photography (DOP) film ini. Seperti film-film Jepang yang sebelumnya saya tonton, saya jatuh cinta pada ide cerita dan hasil gambar sang DOP. Juga bunga sakura yang beberapa kali menghiasi adegan pada film ini.

Pesan moral dari film ini adalah kita jangan mengucilkan para pasien kusta terlebih orang tua yang berusia senja. Betapapun berat masalah kita, percayalah kita pasti bisa melaluinya, percaya diri saja seperti yang disarankan Tokue pada Sentaro.

Berikut ini adalah rekaman suara sebelum Tokue meninggal:

Pertama Wakana

Aku harus minta maaf. Aku sudah berjanji untuk mengurus Marvy (burung kenari milik Wakana), tapi kenyataannya aku justru melepaskannya. Saat aku mendengarkan dia (Marvy) bernyanyi, aku menyadari bahwa dia sedang berkata padaku, “Biarkan aku pergi.”

Maafkan aku.

Seperti yang kau tahu, aku tidak punya anak. Aku pernah hamil, tapi aku tidak diizinkan untuk memiliki bayi.

Ketika pertama kali aku melihatmu, Bos. Itu adalah saat jalan-jalan mingguanku, tertarik oleh aroma manis di udara. Di sanalah aku melihat wajahmu. Matamu sangat sedih. Itu adalah tatapan yang membuatku ingin bertanya padamu, kenapa kau menderita?

Karena kau pernah punya tatapan seperti itu. Seperti itulah aku dulu, ketika kupikir aku tidak akan pergi ke luar pagar. Seolah-olah aku tertarik ke tokomu. Ketika aku sadar diriku telah berdiri di sana.

Kalau saja anakku telah lahir, sekarang dia akan seumuran denganmu, Bos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun