Aku yakin bahwa... suatu hari nanti, kau akan membuat dorayaki... yang memenuhi impianmu sendiri. Milikilah kepercayaan diri untuk mengikuti jalanmu sendiri. Aku yakin kau bisa melakukan itu, Bos.
***
Surat bernada mengharukan di atas ditulis oleh perempuan berusia senja bernama Tokue. Tokue adalah pengidap kusta atau di Jepang disebut dengan penyakit hansen. Surat di atas ditujukan kepada bosnya bernama Sentaro. Kisah bermula saat Tokue mendatangi toko dorayaki yang dikelola oleh Sentaro untuk melamar pekerja paruh waktu yang dipasang Sentaro di depan tokonya.
Mulanya Sentaro tidak menerima Tokue karena alasan usia dan tangan kanan Tokue yang sebagian telah digerogoti penyakit yang diidapnya. Sentaro memberikan Tokue sepotong dorayaki yang dibuatnya. Keesokan hari, Tokue mendatangi Sentaro kembali dan menyerahkan setoples kecil kacang merah buatannya.
Sentaro mencicipi selai kacang merah buatan Tokue, dan diakuinya rasanya sangat lezat. Sentaro jatuh cinta pada selai kacang merah Tokue. Esok harinya, Tokue mendatangi toko, dan disambut oleh Sentaro yang langsung menerimanya bekerja di tokonya. Sentaro mengakui bahwa selai kacang merah yang dioleskan pada dorayakinya adalah pesanan, bukan buatan sendiri. Sontak, Tokue kaget dan mengatakan, “selai kacang merah adalah jiwa dari dorayaki”.
Matahari belum nampak, namun Sentaro sudah membuka toko dan Tokue menunggunya di depan toko. Ya, hari itu Tokue meminta Sentaro untuk membuat sendiri selai kacang merah. Sentaro memperhatikan Tokue yang membuat selai kacang merah. Beberapa kali Sentaro memperhatikan Tokue ‘berbicara’ dengan kacang merah tersebut, ia terkesan. Proses pembuatan yang memakan waktu lama, tak terasa sudah jam 11:00 yang artinya toko harus dibuka.
Siswi-siswi sekolah langganan dorayaki Sentaro lah yang pertama mencicipi dorayaki dengan selai kacang buatan Tokue dini hari tadi. Mereka semua memuji dorayaki Sentaro, bahkan pembeli lainnya juga. Pujian-pujian tersebut disampaikan Sentaro kepada Tokue. Lebih menggembirakan lagi, esok harinya banyak pembeli yang sudah mengantri depan toko padahal belum jam 11:00.
Suatu hari, Sentaro ‘curhat’ ke Tokue bahwa dirinya sebenarnya adalah karyawan pub yang tak sengaja melakukan kesalahan. Kala itu Sentaro hendak melerai sebuah pertikaian di pub, sialnya ia malah menyebabkan salah seorang pengunjung yang bertikai mengalami cacat parah. Untungnya, kesalahannya ditebus oleh pemilik toko dorayaki dengan jaminan, Sentaro harus mengabdikan diri seluruh hidupnya pada toko dorayaki tersebut. Hal inilah yang membuat Sentaro ‘lesu’ menjalani rutinitasnya. Selain itu, Sentaro tidak menyukai makanan manis.
Tokue sendiri mengidap penyakit kusta sejak dirinya seusia Wakana. Wakana adalah siswi langganan dorayaki Sentaro yang ‘broken home’. Sejak dinyatakan positif kusta, Tokue terpisah dari keluarganya dan dunia luar, menghuni sanatorium sepanjang hidupnya.
Istri pemilik toko dorayaki sangat tidak menyukai kehadiran Tokue. Ia takut reputasi tokonya akan hancur karena pelanggan mengetahui ada seorang nenek kusta yang menghidangkan dorayaki di tokonya. Ia meminta Sentaro untuk memecat Tokue.