Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Kisah di Balik Suksesnya Desa Wisata Pujon Kidul

15 November 2017   10:18 Diperbarui: 15 November 2017   10:28 9054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2017 adalah tahun keberuntungan bagi Desa Pujon Kidul. Pasalnya di tahun ini, Pujon kidul berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus. Sabtu (13/5/2017) mendapat penghargaan dari Kemendesa PDTT sebagai Desa Wisata Agro Terbaik tingkat nasional. Tak lama kemudian, September lalu, Menteri Pariwisata juga mengadugerahkan gelar Pokdarwis Mandiri kepada Kelompok Sadar Wisata Capung Alas Desa Pujon Kidul.

Tren pertumbuhan sektor pariwisata ditambah dengan adanya kewenangan  desa yang diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa  memang menjadi peluang bagi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam  pengembangan wisata. Wisata berbasis masyarakat harus menjadi nafas  pembangunan sektor pariwisata guna menjamin kebermanfaatan bagi  masyarakat.

Melihat peluang tersebut, Komunitas Averroes melalui Program  Pendidikan Agrobisnis dan Agrowisata Desa Inovatif (PADI) mengajak enam  desa di Kabupaten Pasuruan untuk mengembangkan potensi desa menuju  pariwisata berbasis masyarakat. Memulai program ini, Komunitas Averroes  mengundang Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang untuk  berbagi pengalaman dalam upaya membangun desa wisata.

Belakangan ini Pujon Kidul memang banyak dibicarakan mulai dari  kalangan akademisi pembangunan desa, jajaran pemerintah hingga anak muda  penggila wisata. Udi berhasil mengintegrasikan segenap potensi desanya  untuk menjadi destinasi wisata yang unik dan menarik. Desa ini  menyediakan paket-paket wisata mulai dari cafe sawah, wisata berkuda, outbond, tracking di pegunungan, edukasi pertanian dan peternakan hingga homestay.

"Konsep kami memang memanfaatkan potensi alam, ekonomi dan budaya.  Kami kemas sedemikian rupa menjadi wisata. Bagi orang umum, Posyandu  mana bisa dipakai wisata? Apa ada wisata pemerintahan desa? Itu semua  kita jual dan laku pak. Karena orang di surabaya, Jakarta itu nggak ada seperti itu pak. Mereka sangat antusias belajar tentang budaya desa  hingga pemerintahan desanya juga dianggap menarik bagi mereka," ujar  Udi pada Workshop Sinkronisasi Program PADI, Rabu (25/10/2017).

Menurutnya, para wisatawan cenderung bosan untuk mengunjungi wisata  di perkotaan. Para wisatawan lebih suka mengunjungi desa karena mereka  mendapatkan sesuatu yang berbeda. Di desa, mereka dapat menyaksikan  keindahan alam, keramahan penduduk hingga keunikan budaya. Mereka pulang  membawa oleh-oleh khas desa dan membawa kesan yang melekat erat di  ingatan.

Berikut adalah tahapan strategis dalam membangun desa wisata sesuai dengan kisah sukses Desa Wisata Pujon Kidul:

Dokpri
Dokpri

Reformasi Budaya Organisasi Pemerintah Desa

Pembangunan desa wisata, diakui oleh Udi sebagai sebuah proses yang  panjang. Sebagai pemimpin, ia harus memberikan edukasi kepada  masyarakatnya. Ia memerlukan waktu kurang lebih enam tahun atau satu  periode kepemimpinan kepala desa untuk menumbuhkan sikap sadar wisata  dari masyarakat desanya.

"Membangun desa wisata adalah visi misi saya sebagai kepala desa.  Waktu saya memaparkan visi misi saya dianggap orang yang mengkhayal dan  tidak masuk akal. Karena visi misi yang dianggap tidak masuk akal itu,  orang yang mendukung saya berbalik arah dan kemudian tidak mendukung  saya. Tetapi alhamdulillah sekarang orang itu justru orang yang pertama  mendukung cafe sawah," kenang kepala desa yang tengah mengemban amanah  untuk keduakalinya ini.

Selain upaya penyadaran masyarakat, desa wisata juga harus didukung  oleh kelembagaan yang kuat. Lembaga pertama yang harus direformasi  adalah pemerintah desa sendiri. Reformasi pemerintah desa menjadi  langkah yang pertama. Kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintah  desa harus didapatkan sebelum memulai proses pembangunan.

Ada yang unik dari ungkapan Udi soal penguatan reformasi pemerintah  desa ini. Ia menggunakan konsep sapta pesona wisata untuk memperbaiki  kinerja pemerintah desa. Kepala desa dan perangkat desa secara otomatis  adalah anggota dari kelompok sadar wisata. Karenanya, perangkat desa  harus menerapkan sedikitnya empat dari tujuh prinsip sapta pesona. Empat  prinsip tersebut adalah bersih, aman, sejuk dan tertib.

Bersih (clean) tidak hanya bermakna kebersihan alam dan lingkungan. Bersih juga harus menjadi karakter kinerja pemerintah desa (clean govenment).  Pemerintah desa harus amanah dan menghindari korupsi, kolusi dan  nepotisme. Aman dan sejuk berarti stabilitas politik desa harus dijaga  oleh kepala desa beserta seluruh perangkat desa. Pemerintah desa juga  harus tertib dalam pelaksanaan tugas kepemerintahan.

Selain berpedoman pada prinsip sapta pesona, penguatan karakter pemerintah desa juga perlu memperhatikan prinsip 3 S (solid, speed, smart). Solid berarti menyatunya hati, pikiran dan tindakan. Solidaritas antar sesama  perangkat desa akan menciptakan suasana persahabatan dalam dunia kerja.  Kesamaan visi antar perangkat desa akan mengikat mereka dan kemudian  akan memunculkan rasa saling percaya. Kepala desa sebagai pemimpin  tertinggi di desa harus memiliki kemampuan untuk mengikat banyak orang  dengan satu persinggungan tujuan dan kepentingan.

Speed, merupakan karakter mental untuk senantiasa bertindak  sebagai pelopor dalam merespon setiap peristiwa. Pemerintah desa harus  mampu untuk bertindak cepat dan tepat dalam melayani masyarakat desa.

Smart merupakan sikap untuk selalu berpikir dan bertindak  cerdas dalam menjalankan tugas. Inovasi dan kreativitas menjadi kunci  dalam menjalankan pekerjaan sebagai perangkat desa.

Aktivasi kelembagaan Wisata Desa

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) menjadi instrumen pengantar menuju  desa wisata yang sukses. Berdasarkan pengalaman Udi, BUM Desa yang ada  di desanya berhasil menjadi garda terdepan dalam upaya eksplorasi  potensi desa. BUM Desa Sumber Sejahtera menjadi sarana bagi desa untuk  melakukan investasi yang menguntungkan bagi upaya pembangunan. Anggaran  desa yang diperoleh dari pemerintah pusat (Dana Desa) secara sah dapat  digunakan untuk modal usaha produktif melalui BUM Desa ini.

"Cara pendirian BUM Desa sangat sederhana pak. Kita punya hak asal  usul untuk melakukan musyawarah. Melalui musyawarah inilah BUM Desa  dibentuk," ujar Udi.

Selain BUM Desa, Udi juga menyarankan untuk memperkuat Kelompok Sadar  Wisata (Pokdarwis). Lembaga ini berfungsi sebagai penyambung komunikasi  antara desa, masyarakat dan pemerintah supra desa. Pokdarwis secara  otomatis akan mendapat pembinaan dan bimbingan dari dinas pariwisata  kabupaten. Di sisi lain, Pokdarwis juga menjadi organ yang mendidik  masyarakat desa untuk menciptakan iklim wisata yang kondusif.

Sinergi Lima Aktor Pembangunan

Ketika pemerintah desa sudah kuat, Pokdarwis sudah menjalankan  peranannya dan BUM Desa telah menjadi motor penggerak ekonomi, langkah  yang harus ditempuh selanjutnya adalah memanfaatkan lima jaringan aktor (pentahelix). Aktor pertama yang harus dimanfaatkan keberadaannya adalah pihak pemerintah. Desa  harus berkomunikasi dan bersinergi dengan organisasi perangkat daerah  yang ada di kabupaten.

"Kita jangan ego sektoral, niat kita adalah membangun, meskipun kita beda partai atau apapun tapi kita sami'na wa'atho'na.  Karena mereka (pemerintah kabupaten) yang punya anggaran. Kepentingan  saya untuk membangun desa, untuk masyarakat. Jangan mengedepankan ego  pribadi ketika berhubungan dengan pihak kabupaten," kata Udi.

Aktor kedua adalah pihak swasta. Udi berhasil memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung visi pembangunan desa wisata. Beberapa bangunan  seperti gapura, lampu penerangan dan dukungan permodalan berhasil  didapatkan dari CSR perusahaan swasta maupun BUMN.

Aktor ketiga adalah media massa. Media massa baik elektronik maupun cetak bisa dimanfaatkan dalam rangka promosi wisata. Keempat adalah akademisi. Warga desa yang telah mengenyam pendidikan tinggi di  berbagai jurusan dapat dimintai sumbangan pemikiran untuk pembangunan  desa. Selain itu, program penelitian dan pengabdian masyarakat yang  masuk ke desa bisa disaring dan diarahkan pada upaya pembangunan desa  wisata. Kelima, masyarakat desa tak kalah penting dibandingkan  dengan aktor lainnya. Dukungan masyarakat sebagai tuan rumah menjadi  modal utama bagi kenyamanan sebuah desa wisata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun