Mohon tunggu...
Plum
Plum Mohon Tunggu... -

Politics, Pop Culture and Trending Analysis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Cinta dari Seorang Wanita Independen

28 Mei 2017   15:45 Diperbarui: 28 Mei 2017   18:13 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saja seminggu ini saya ketagihan baca-baca artikel BunDa Fey karena isu scammer cinta, phishing, catfishing, pemalsuan identitas dan feminism menjadi isu yg saya sangat perhatikan. Terlebih lagi karena saya seorang perempuan millenial yg harus melek teknologi dan berkewajiban untuk membantu kalangan yg masih baru dan lugu dalam dunia maya dan sosial media.

Sebagai anak yg dibawa dari keluarga yg cukup liberal, persoalan jodoh, menikah dan tuntutan berkeluarga tidak pernah menjadi hal yg urgent seperti masyarakat di Timur. Dibawah keluarga peneliti, saya sangat dituntut buat observasi dan menelaah secara detail keputusan apapun termasuk dalam mencari "jodoh".

Sejujurnya saya tidak terlalu percaya akan cinta, jodoh dan segala tetek bengek yg ditanamkan kemasyarakat oleh kisah dongeng, drama dan bahkan agama. Segala bentuk emosi seperti cinta atau nafsu pada dasarnya sifatnya semu, sementara, tidak bisa dipercaya dan terkadang hanya ilusi, jika tidak dibarengkan dengan akal dan logika maka akan mudah dieksploitasi oleh scammer yg membuat kita terikat dan berlagak diluar rasionalitas. 

Agar emosi kita tidak dieksploitasi dan kita tidak terinvestasi oleh scammer, kita memang perlu sedikit latihan dan mudah membiasakan dengan kultur atau budaya yg ada di Internet/dunia maya yg cenderung belum banyak di mengerti oleh pengguna sosial media. 

Mayoritas wanita seumuran saya yg dari kecil sudah besar bersama internet tahu jika cinta yang benar benar cinta melalui internet itu hanya satu dalam seribu. Ini kami sudah tinjau dari bagaimana media Chat room yg dulu sangat populer seperti Yahoo, Omegle dsb hampir semua dieksploitasi untuk seks. 

Kami dari awal sadar jika sosial media dan internet sebenarnya bukanlah tempat yg baik untuk mencari jodoh, karena ruang tersebut kebanyakkan untuk menyalurkan hasrat terburuk dari manusia, walau tidak semua, tapi mayoritas karena aspek anonimity (menyembunyikan identitas).

Banyak sekali anak-anak remaja yg dijebak pemerkosaan oleh laki-laki tua hidung belang di Amerika berberapa tahun lalu yg terkenal dalam acara dateline atau misalnya kasus Catfishing yg cukup terkenal ketika banyak orang yg terjebak dalam cinta yg semu walau sebenarnya bukan bentuk scammer karena tidak melibatkan uang, namun orang-orang yg berbohong sangat menikmati dalam mempermainkan hati orang lain dengan identitas palsunya itu. 

Saya juga sering berberapakali mencoba menjahili orang lain dengan menyembunyikan identitas dan ternyata memang sangat mudah untuk memanipulasi komunikasi kita di internet karena pasa dasarnya ekspektasi orang di Internet terlalu tinggi, seperti orang yg sedang bermain judi dan terlalu yakin akan menang. 

Hububgan yg nyata antar manusia itu tidak bisa disetarakan dengan hubungan internet. Internet hanyalah alat untuk berkoneksi di awal saja, kita tidak bisa terus-terusan hidup dalam hubungan di internet selama bertahun-tahun tanpa bertemu wajah atau fisiknya secara langsung.

Saya suka terheran-heran mengapa ibu-ibu, mbak-mbak bahkan banyak nenek-nenek baik didalam maupun diluar negeri yg bisa menjalin hubungan selama bertahun-tahun dengan scammernya dengan bermodal foto saja. Ada banyak sekali yg sampai masih mengirimkan uang secara terus menerus walaupun dibalik akal mereka sudah mengerti bahwa itu penipuan, bahkan dengan semua sanak saudara mereka mengingatkan.

Saya mengerti jika terdapat rasa kesepian, rasa kepasrahan dan harapan yang tinggi dari wanita-wanita yang sudah pernah menikah dan umurnya sudah mendekati golden years terutama. Namun realitanya kalangan inilah yang menjadi sasaran paling empuk, karena mereka sudah banyak yg mapan, banyak suaminya yg sudah meninggal atau janda, banyak yg pernikahannya yg geloranya padam dan mayoritas dari mereka masih lugu dalam budaya internet, sehingga lebih mudah untuk dipancing, diancam dan dieksploitasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun