Mohon tunggu...
Auxilla Nanda
Auxilla Nanda Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

@auxillananda

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

About You (3)

23 Februari 2024   07:43 Diperbarui: 23 Februari 2024   08:01 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

You and I (don't let go)

We're alive (don't let go)

With nothing to do I could lay and just look in your eyes

 

Pada saat itu, aku sedang berlibur dan kembali ke kota masa kecilku. Berbagi cerita sambil memasak dengan mama adalah aktivitas yang selalu aku sukai saat pulang. Terutama di bulan yang mana kita harus menahan lapar dan dahaga. Hingga hari kemenangan pun tiba dan kami merayakannya dengan penuh suka cita. Satu dua anggota keluarga terlihat mengunjungi rumah untuk bersilahturahmi. Aku menyambutnya dengan hangat dan mengikuti obrolan-obrolan ringan yang dilontarkan. Hingga akhirnya datang segerombolan lelaki yang usianya terlihat sebaya denganku. Karena sepertinya aku tidak mengenali mereka, aku beranjak ke belakang dan membantu mama untuk membuat jamuan minuman. Lantas aku membawakannya kembali kepada mereka dan menangkap bayangnya. Aku melihat Samudra sekali lagi. Kejutan apalagi ini tuhan? Aku tak perlu mencari  cara bagaimana untuk bertemu dengannya lagi. Kini aku mengerti. Ia adalah salah satu pemain bola di club yang kakakku ikuti. Secara tidak langsung, ia adalah teman kakakku. Mereka berkunjung ke rumah untuk silahturahmi kepada mama dan papa sebagai teman-teman kakakku yang sering sekali bermain hingga menginap di rumahku. Yang mereka sebut basecamp atau rumah kedua mungkin.

Baiklah. Aku akan memperkenalkan Kakakku, Awan. Ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara di rumah ini. Aku dan Mas Awan sangat berbanding terbalik. Dengan aku yang suka sekali dengan belajar dan memutuskan sekolah di luar kota untuk mendapatkan pengalaman baru yang tidak pernah aku duga sebelumnya dan Mas Awan dengan pribadi yang tidak suka dengan Pelajaran. Hingga akhirnya ia mendalami semua kemampuannya di bidang non-akademik, salah satunya ialah sepak bola. Kebetulan papa memiliki sebuah club bola di kota masa kecilku dan Mas Awan menjadi kapten di U-17. Hal ini tidak menutupi kemungkinan ia dekat dengan para juniornya. Ia kerap mengajak juniornya -- terutama U-15 untuk berlatih hingga bermain bersama. Pada akhirnya ia dan Samudra menjadi dekat karena posisi mereka yang sama-sama kapten. Saat itu ia terlihat sangat senang menyambut Samudra. Begitu pun juga Samudra. Ia seakan ingin meluapkan semua kata yang telah ia simpan untuk Mas Awan.

Hingga akhirnya aku dengan nampan besar yang berada di tanganku berada di ruang tamu. Ruang tamu yang sedari ramai tiba-tiba seakan menjadi ruangan kosong yang tidak pernah dimasuki oleh orang. Mas Awan yang melihatnya hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Pada saat itu aku hanya menganggukkan kepala dan mulai menggantikan tempat cangkir yang semula di nampan, berpindah ke meja yang beralaskan taplak biru muda. Tiba-tiba sebuah tangan yang berukuran dua kali lipat dari milikku, membantu memindahkan cangkir-cangkir yang lain. Dan momen itu menyita semua sorot mata. Mas Awan yang tiba-tiba terbatuk dan dibalas dengan tawa kecil. "boleh Sam, tapi jaga ya adikku." Ucapnya yang sampai saat ini suaranya masih terdengar di telingaku. Saat itu Samudra hanya tertawa dan terus membantuku hingga akhir. Setelah semua cangkir berpindah, aku menatapnya dan mengucapkan terima kasih. Samudra membalas dengan senyumannya yang khas dan anggukannya yang pasti. Selanjutya aku hanya menemani mama di Ruang Keluarga dan sekali lagi Mas Awan memanggilku.

Mas Awan meminta tolong untuk memotret dirinya dengan para teman-temannya. Aku hanya mengangguk dan mengikuti perintahnya. Dari lima belas orang yang berada di ruangan tamu ini, pandanganku tetap tertuju pada Samudra. Ia mengambil posisi di sebelah Mas Awan dan tersenyum simpul ke arahku. Mungkin bukan ke arahku. Melainkan kepada kamera. Pada saat itu urat jahil Mas Awan sedang kambuh. Hingga akhirnya ia meminta Samudra untuk melihat hasil foto kepadaku. Samudra sebagai juniornya menerima saja sembari jalan ke arahku. "wuis, wes cocok iki, ndang jadian ae wes iki." (wuis. Sudah cocok ini. Tinggal jadian saja ini.) celetukan dari teman-teman Mas Awan yang lain membuatku susah fokus. Tetapi tidak dengan Samudra. Ia hanya tersenyum dan melanjutkan apa yang diperintah oleh Mas Awan. Tak lama, mereka berpamitan kepada mama dan papa. Lalu satu persatu meninggalkan rumah. Termasuk dia, Samudra.

***

Saat itu aku diajak Mas Awan untuk melihatnya tanding dengan juniornya. Ia tak serta merta membawaku ke lapangan. Ia ingin bakatku dipakai untuk sore itu. Memohon kepadaku agar aku dapat mengabadikan momen saat ia tanding. Dengan alasan, sudah lama tidak ada yang memfotonya saat bermain bola. Jika aku tidak menyetujuinya, ia akan terus mengomel seperti radio milik nenek yang belum diperbaiki. Akhirnya aku menyetujuinya dan berfikir mungkin Samudra juga ikut tanding ini.

Hamparan rumput hijau yang disinari Mentari sore itu menyilaukan mataku. Aku mencari tempat yang nyaman untuk memfokuskan lensaku kepada objek yang akan aku pilih nanti. Benar saja dugaanku. Samudra terlihat mendekat ke Mas Awan dan gerombolannya dengan menggendong tas dan membawa Sepatu. Tak lupa memakai jersey yang seragam dengan nomor punggung tiga. Samudra terlihat sangat keren dengan jersey biru tua dongker itu. Apalagi pada saat ia mengambil ban kapten dan mulai memasangnya. Lupakan tentang Samudra, saat itu aku sedang fokus mengontrol kamera untuk menangkap semua momen yang sedang terjadi. Hingga tak terasa sudah lima ratus foto lebih yang aku ambil dan bertepatan dengan tanding yang telah usai. Mas Awan menghampiriku dengan dua jempolnya dan menyuruhku pulang. Tabiat buruk Mas Awan yang sudah sering sering aku toleran. Lantas aku pulang dan memindahkan semua fotonya lalu mengirimkan kepada Mas Awan dalam bentuk link google drive.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun