Mohon tunggu...
Jaka Kembara
Jaka Kembara Mohon Tunggu... Perawat - Partigiano

Sebenar-benarnya kematian ialah ketika hilangnya Kemanusian dalam diri manusia sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Nature

"Sampah" Pecinta Alam

18 Agustus 2020   16:59 Diperbarui: 18 Agustus 2020   16:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seiring dengan perkembangan budaya dan teknologi pemikiran menjadi seorang pecinta alam juga mulai bergeser, jika di beberapa tahun yang lalu orang-orang yang merusak alam adalah oknum yang sulit sekali ditemui, dimasa sekarang pecinta alam adalah oknum yang sulit ditemukan keberadaannya, dapat diartikan menjadi pecinta alam dengan pemikiran seorang pecinta alam adalah barang langka pada saat ini. 

Banyak orang-orang mendeklarasikan dirinya sebagai "pecinta alam" tapi tanpa mengetahui atau meresapi apa yang mereka deklarasikan tersebut. Menjadi "pecinta alam" hanya pemuas nafsu belaka akan pembuktian diri atas eksistensi mereka di mata sosial tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi. Belakangan ini fenomena berdirinya komunitas-komunitas dan orang-orang yang mendeklarasikan dirinya "pecinta alam",  "pendaki", 

Penikmat alam". seakan menjadi momok yang menakutkan bagi alam itu sendiri, sejumlah kegiatan dilakukan di alam bebas untuk menunjukkan eksistensi pribadi atau komunitas. Tapi kegiatan yang dilakukan tak ada bedanya dengan korporasi yang melakukan eksploitasi, Orang-orang  dan komunitas semacam itu pantas disebut "manusia sampah" atau "komunitas sampah".

"manusia sampah" atau "komunitas sampah" ini merendahkan atau bahkan mencitrakan buruk bagaimana pecinta alam di mata masyarakat. Sejatinya ketika mendeklarasikan diri sebagai pecinta alam artinya sudah mempersiapkan diri dengan pengetahuan , kemampuan dan keterampilan di alam bebas, kemampuan manajemen perjalanan menjadi satu hal yang penting. karena berkegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang penuh resiko, secara harfiah tak ada yang bisa memprediksikan secara pasti apa yang akan terjadi di alam. 

pada kasus  "manusia sampah" atau "komunitas sampah" ini berkegiatan tanpa membekali diri dengan manajemen perjalanan yang baik, hal-hal tersebut yang akhirnya menjadi penyebab banyaknya kejadian tersesat kemudian hilang atau kecelakaan di alam bebas. Belum lagi contoh dimana "manusia sampah" atau "komunitas sampah" ini berlomba-lomba menuju puncak-puncak yang katanya belum "terjamah" atau didatangi oleh pendaki atau komunitas manapun, tanpa memperdulikan status kawasan yang dituju apakah masuk kawasan terlindungi, 

apakah termasuk cagar alam, hutan lindung  atau kawasan perlindungan lainnya juga tanpa mencari tahu tentang habitat yang ada disekitar kawasan tersebut. Menghimpun  orang banyak dalam satu puncak yang mempunyai keterbatasan ruang dan akhir harus membuka ruang tersebut demi mengakomodir "manusia sampah" atau "komunitas sampah" tersebut.

Di kasus lain ada yang membuka kegiatan bernama "open trip" dengan dalih membuka peluang pariwisata bagi masyarakat sekitar, tapi tanpa disertai dengan kemampuan pendampingan dan pemberdayaan serta pengelolaan ekowisata yang pada akhirnya pada pembukaan jalur pendakian dan menumpuknya sampah dari jalur sampai puncak, pada akhirnya kegiatan tersebut hanya menghasilkan sampah yang berdampak pada ekologi. Belum lagi ada yang mengklaim kegiatan atas nama dirgahayu yang juga berujung pada pembukaan kawasan hutan pada penumpukan sampah pada kawasan tersebut.

Beranjak dari kasus-kasus diatas setidaknya menjadi cambuk bagi kita untuk berpikir kembali bahwa usaha pelestarian menjadi tanggung jawab kita bersama, berpikir kembali bahwa alam adalah tempat hidup kita bersama bukan tempat hidup bagi "manusia sampah" atau "komunitas sampah" tersebut yang hanya berusaha menunjukkan eksistensinya belaka tanpa memperhatikan mahluk hidup lainya, tanpa memperhatikan keberlangsungan ekosistem.

Sir edmund hillary pernah berkata "it's not mountain we conquer but ourselves" yang artinya bukan gunung itu yang kita kalahkan tapi diri sendiri.

SALAM LESTARI

PRAMANTARA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun