Skripsi atau tugas akhir (TA) merupakan salah satu syarat akademik untuk lulus bagi sarjana maupun diploma. Skripsi atau TA dapat berupa penelitian ilmiah maupun studi kasus mengenai suatu permasalahan atau fenomena yang sedang terjadi sesuai dengan bidang mahasiswa tersebut. Skripsi dan TA diharapkan dapat melatih kemampuan kritis mahasiswa, mengasah pengetahuan dan ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan, dan menjadi bekal untuk menuju jenjang pendidikan kedepannya.
Skripsi memang menjadi momok yang terkadang membuat mahasiswa kelabakan. Permasalahan yang sering muncul ketika skripsi dan yang paling sering terjadi adalah mengenai dosen pembimbing yang sulit ditemui, sulitnya mendapatkan responden, hingga masalah-masalah lain seperti masalah keluarga dan faktor internal berupa rasa malas dan takut berlebihan untuk menghadapi sidang. Padahal, pengerjaan skripsi memiliki batas waktu tertentu sehingga harus segera diselesaikan. Tak ayal pula, terkadang skripsi dapat menimbulkan stres bagi mahasiswa.
Penelitian Agapitus (2009) mengungkapkan bahwa stres mahasiswa yang tengah menempuh skripsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kinerja dosen pembimbing, langkanya sumber referensi skripsi, dan kesulitan pemilihan judul skripsi. Stres mahasiswa akibat skripsi juga dipengaruhi oleh keadaan individu itu sendiri. Penelitian oleh Tryana, dkk. mengungkapkan bahwa resiliensi atau kemampuan untuk mengembalikan, menghadapi, maupun mengendalikan keadaan maupun dampak negatif dari sebuah keadaan yang tidak menyenangkan dalam skripsi juga dapat mempengaruhi tingkat stres mahasiswa. Semakin rendang resiliensi, maka tingkat stres akan meningkat.
Tesis, skripsi maupun penelitian ilmiah dianggap penting karena sudah sewajarnya jika perguruan tinggi mengajarkan cara untuk menulis karya ilmiah, sehingga skripsi menjadi salah satu bentuk realisasi dari pembelajaran tersebut. Tak hanya itu, hasil dari penelitian ilmiah juga dapat menjadi salah satu kontribusi mahasiswa terhadap bidang keilmuan sehingga bidang keilmuan tersebut dapat terus berkembang.Â
Penulisan penelitian maupun karya ilmiah juga harus berdasarkan penelitian terdahulu sehingga apabila terdapat temuan-temuan baru dalam penelitian, maka hal tersebut dapat memperkaya sebuah bidang keilmuan. Tak hanya itu, mahasiswa yang mampu melakukan penelitian dan membuktikan penelitiannya juga dianggap mampu dan menguasai bidang yang dipelajarinya, sehingga ini masuk akal jika tesis, skripsi, maupun tugas akhir berupa penelitian ilmiah menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa.
Juniarti (2019) mengungkapkan bahwa kemampuan menulis ilmiah bagi mahasiswa sangat diperlukan, terutama untuk mengungkapkan ide tersebut dalam bentuk tulisan akademik. Menurut Feuer et. al (2005) dalam Scientific Culture and Educational Research penelitian ilmiah ini juga termasuk pada pemeliharaan dan penguatan budaya ilmiah pendidikan.Â
Meskipun tesis, skripsi, maupun tugas akhir dirasa penting, Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim dalam rapat bersama Komisi X DPR menyampaikan beberapa kebijakan barunya. Kebijakan ini berkaitan dengan syarat lulus untuk mahasiswa baik untuk jenjang S1, S2, maupun S3. Dalam rapat tersebut, Nadiem menyebutkan bahwa skripsi maupun publikasi jurnal ilmiah terakreditasi tak lagi wajib menjadi syarat wajib untuk lulus menjadi sarjana.
Nadiem mengungkapkan bahwa meskipun skripsi dan publikasi jurnal tak lagi wajib, mahasiswa yang lulus harus menguasai hal-hal penting sebelum lulus. Misalnya mahasiswa S1 setidaknya memahami dan menguasai mengenai konsep teoritis dari bidangnya dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan masalah dalam sebuah perusahaan. Sehingga, meskipun tak wajib, skripsi tetap harus digantikan dengan tugas-tugas yang relevan seperti proyek atau prototype.Â
Kebijakan ini tentunya menimbulkan pro-kontra. Sebagian mahasiswa merasa bahwa kebijakan ini cukup bagus karena tak semua mahasiswa bisa membuat karya tulis ilmiah, selain itu skripsi dianggap kurang relevan untuk dibawa ke dunia kerja sehingga beberapa orang menganggap magang atau pengerjaan proyek lebih relevan karena memiliki hasil yang nyata berupa keahlian dalam bekerja. Padahal, tanpa disadari mengerjakan skripsi juga mengajarkan cara berpikir kritis dan mencari solusi untuk sebuah permasalahan dan menyampaikan solusi tersebut dengan sistematis. Beberapa orang yang telah merasakan skripsi bahkan mengungkapkan rasa kecewa karena nantinya mahasiswa yang tak melaksanakan skripsi, tak bisa merasakan menunggu dosen pembimbing hingga berjam-jam.