Mohon tunggu...
Austrarizky Fabrian Putra R
Austrarizky Fabrian Putra R Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

saya sebagai mahasiswa ekonomi dan bisnis berminat di perkembangan bisnis dan juga perkembangan ekonomi di dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Masturbasi terhadap Remaja

27 Mei 2024   19:50 Diperbarui: 27 Mei 2024   20:00 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perkumpulan remaja ( Sumber : pribadi)

Secara umum remaja didentifikasikan sebagai sosok yang sedang mengalami perubahan baik biologis maupun psikologisnya atau masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari sifat,sikap,karakteristik,dan cara mereka mengekspresikan diri mereka. Secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik dan taboo untuk dibicarakan diantara kalangan remaja maupun antara remaja dan orangtua mereka. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia namun di sisi lainnya manusia pada umumnya merasa bahwa membicarakan hal hal ini merupakan sesuatu yang memalukan dan tidak patut untuk dibicarakan
Pada beberapa kasus, kebiasaan masturbasi pada remaja diawali oleh rasa penasaran dan keingintahuan yang kuat bagaimana rasanya dan bagaimana caranya untuk melakukan kegiatan masturbasi atau onani mungkin karena mendapatkan cerita dari teman sekolah atau pernah melihat seseorang dalam hidupnya melakukan masturbasi lalu, memiliki suatu perasaan penasaran untuk melakukannya. Pembicaraan mengenai fenomena masturbasi di kalangan laki-laki sudah lumrah, akan tetapi ketika menilik persoalan mastrubasi pada remaja perempuan masih sangat minim, hal tersebut disebabkan karena persepsi masyarakat tentang seorang perempuan yang dilekatkan dengan sifat pemalu dan privat dalam menyampaikan hal-hal yang sifatnya pribadi atau sensitif. Sehingga setiap perempuan yang melakukan penyimpangan, dilekatkan dengan stigma “nakal”, berbeda dengan laki-laki yang selalu terbuka ketika bercerita mengenai seks atau tindakan seperti masturbasi.

Pada beberapa orang tertentu, rangsangan seksual ini sangat berarti dan dapat menjadikan seseorang menjadi habitual masturbator. Habitual Masturbator atau excessive masturbation adalah Ketika seseorang melakukan kegiatan masturbasi dengan frekuensi yang sangat sering dan tidak teratur. Fenomena ini adalah Ketika seseorang sudah kecanduan dengan kegiatan masturbasi yang akhirnya merusak otak mereka maupun pola berpikir dan perasaan mereka. Maka dari itu masturbasi pada usia remaja mesti mendapat perhatian yang bijaksana dari orangtua. Jika respon orang tua terlalu negatif terhadap proses ini, maka kemungkinan kegiatan masturbasi yang dilakukan oleh anak akan semakin menjadi lebih sering dan menjadi suatu adiksi pada remaja dan dapat bersifat ikotik/neurotic. Masturbasi dapat menyebabkan konflik dalam pikiran dan juga emosional bagi mereka yang melakukannya karena rasa bersalah dan perasaan dosa. Apabila perbuatan ini sifatnya sementara dan tidak disebabkan oleh gangguan psikoseksual maka in masih dapat dianggap sebagai batas batasnormal. Frekuensi masturbasi kira kira 60% diantara para gadis dan 95% diantara para pemuda. Menurut Kinsey dkk, sedikitnya 92% diantara pria dan 70% -80% diantara wanita pernah mengalami masturbasi. Bagi banyak penderita cacat badan onani merupakan pelarian untuk menyalurkan nafsu syahwat mereka(Wiknjosastro,2000).
Masturbasi memiliki berbagai macam efek dan dampak terhadap seseorang. Namun, jika dilihat secara garis besar efek negatifnya lebih dominan. Dampak masturbasi terhadap otak seseorang atau efektivitas kerja otak seseorang yang kecanduan masturbasi. Karena seseorang yang kecanduan masturbasi dipandang oleh masyarakat sebagai suatu kelaianan atau penyimpangan apakah cara mereka berpikir atau kinerja otak mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari terganggu atau tidak.Apakah semakin efektif atau malah cenderung terganggu dalam kehidupan sehari-hari fungsi dari otak mereka.

Pengertian Masturbasi:
istilah masturbasi berasal dari kata latin manasturbo yang berarti rabaan atau gesekan dengan tangan (manu). Masturbasi secara umum didefenisikan sebagai rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ genital untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual.
Namun pada kenyataannya, banyak cara untuk mendapatkan kepuasaan diri (self-gratification) tanpa mempergunakan tangan (frictionless masturbation),sehingga istilah masturbasi menjadi kurang mengena. Oleh karena itu, istilah ”autoerotism" adalah istilah yang lebih mengena untuk menggambarkan fenomena ini.
Ada beberapa istilah masturbasi yang dikenal di masyarakat,antara lain onani , yang berarti melakukan suatu rangsangan organ seks sendiri dengan cara menggesek-gesekkan tangan atau benda lain ke organ genital kita hingga mengeluarkan sperma dan mencapai orgasme.Dalam ajaran Islam, masturbasi dikenal dengan nama; al-istimna', al-istima"bilkaff, mikah al-yad, al-l'timar, atau 'adtus sirriyah,Sedangkan masturbasi yang dilakukan oleh wanita disebut al-ilthaf.
Di masyarakat istilah onani lebih dikenal. Sebutan ini, menurut berbagai ulasan yang ditulis Prof. Dr. Dr. Wimpie Pangkahila Sp, And, Ketua Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, berasal darinama seorang laki-laki, Onan, seperti dikisahkan dalam Kitab Perjanjian LamaMasturbasi berarti mencari kepuasan seksual dengan rangsangan oleh dirisendiri (autoerotism), dan dapat pula berarti menerima dan memberikan rangsangan seksual pada kelamin untuk saling mencapai kepuasan seksual (mutual masturbation). Yang pasti pada masturbasi tidak terjadi hubungan seksual, tapi dapatdicapai orgasme.Freud (1957) mengatakanada 3 fase dari masturbasi, yaitu (1) pada bayi; (2) pada fase perkembangan yang,paling tinggi dari perkembangan seksual infantile yaitupada kisaran umur 4 tahun, dan (3) pada fase pubertas.Menurut Freud, naluri seksual sudah terdapat pada permulaan kehidupan danberkembang secara progressif sampai umur 4 tahun. Setelah ini berhenti maka tidakada lagi perkembangan berikutnya (masa laten) sampai tiba saatnya masa pubertaspada kisaran umur 11 tahun. Teori psikoanalisis memandang bahwa terdapat hambatan-hambatan psikologis pada proses pematangan psikoseksual yang normal, sehingga dapat timbul regresi ke fase perkembangan sebelumnya atau fiksasi dapat timbul pada salah satu fase-fase diatas dan perkembangan psikoseksual berhenti. Kebanyakan "penyimpangan seksual" berakar pada regresi dan fiksasi pada tingkat perkembangan seksual yang infantil ini.
Robert Cham Tham dalam bukunya Advice to Woman mendefinisikan masturbasi adalah merangsang berbagai bagian tubuh, khususnya daerah-daerah yang disebut erotic zone atau daerah peka seks yang tujuannya untuk menggugah gairah seks sampai mencapai orgasme (Falak, 2012).
Para ilmuwan barat dan juga psikolog modern mengatakan bahwa melakukan masturbasi tidak merusak kesehatan jika dilakukan secara tidak berlebihan. Masturbasi secara biologis dan medis, melakukan masturbasi adalah normal. Pada usia 15 atau 16 tahun, kebanyakan anak laki-laki telah melakukan masturbasi. Jumlah itu mencapai 98%, kebanyakan mahasiswa dan 65%-80% di antara anak laki-laki dan perempuan pada umumnya.
Banyak pendapat para dokter mengenai perbuatan masturbasi setelah dilakukannya penelitian. Mereka lebih banyak membuktikan masturbasi ini selama dilakukan dengan higienis, artinya dengan tangan yang bersih, masturbasi tidak berbahaya dan berdampak naik untuk kesehatan. Yang seringkali membuat celaka adalah bila perbuatan masturbasi ini dengan menggunakan alat. Selain itu masturbasi juga merupakan sebuah cara untuk menghilangkan ketegangan (Badi’ah, 2011)

Pengertian Remaja:
Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologi. Remaja merupakan masa yang ditunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak-anak (Hurlock 1993:206).
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini adalah masa ternsisi atau peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Masa transisi ke masa dewasa merupakan masa eksplorasi dan eksperimen, ketika orang- orang muda mulai mengasah keterampilan hidup, gaya hubungan, dan pola perilaku mereka yang akan mempengaruhi fungsi emosional dan kesehatan mereka sebagai orang dewasa. Karena itu pada masa remaja ini terdapat kegoncangan pada individu remaja itu, terutama didalam melepaskan nilai-nilai yang lama dan memperoleh nilai- nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (infoDATIN, 2015:1)
Berikut kategori umur remaja menurut Depkes RI (dalam Hardiwinoto, 2011): a. Masa remaja awal, 12-16 tahun
b. Masa remaja akhir, 17-25 tahun
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Sarwono (2012) mendefenisikan remaja merupakan individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental yang berada pada usia antara 11 - 24 tahun. Perubahan psikis yang terjadi pada masa remaja ditandai dengan keinginan untuk menyendiri, keengganan untuk bekerja, merasa bosan, kegelisahan yang menguasai diri, emosional, kurang percaya diri, mengkhayal dan berfantasi, mengalami rasa malu yang berlebihan, keinginan untuk mencoba hal yang belum diketahui, keinginan untuk menjelajah dan suka akan aktivitas kelompok (Fatimah, 2006).
Menurut definisi yang dirumuskan WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak

Perkembangan Fisik pada Remaja :
Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Remaja Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja ditandai dengan beberapa ciri-ciri berikut:
1. Pertumbuhan bentuk tubuh
Perubahan yang terjadi pada tubuh laki-laki di masa remaja ditandai dengan bertambah tinggi, bahu melebar, dan dada menebal. Umumnya pertumbuhan ini terjadi pada remaja laki-laki yang berusia antara 13 hingga 15,5 tahun. Sementara itu, pada perempuan perubahan fisik terlihat pada panggul yang melebar dan menebal, serta dada yang semakin membesar. Pertumbuhan pada remaja perempuan biasanya terjadi pada usia 11 hingga 13,5 tahun.
2. Perkembangan jaringan tubuh
Umumnya anak laki-laki akan mengalami perkembangan otot memasuki masa remaja. Di sisi lain, pertumbuhan lemak justru akan lebih banyak terlihat pada remaja perempuan. Hal ini yang akan membedakan karakter jaringan otot, tulang, dan lemak antara laki-laki dengan perempuan.
3. Perkembangan seksual
Masa pubertas perempuan terjadi dua tahun lebih awal dibandingkan laki-laki. Perkembangan seksual perempuan ditandai dengan:
• Menstruasi yang rutin tiap bulan
• Tumbuhnya buah dada
• Pertumbuhan rambut di ketiak dan sekitar alat vital.
Pada laki-laki tanda-tanda perkembangan seksualnya ditandai dengan: • Mimpi basah (keluar sperma)
• Tumbuh jakun
• Tumbuh kumis
• Tumbuh rambut di ketiak atau sekitar alat vital serta pelebaran larynx (membesarnya pita suara).

Dampak Masturbasi terhadap Remaja:
Bentuk melampiaskan masturbasi bila tidak dapat dikendalikan mengakibatkan dampak yang buruk untuk pembentukan perilaku individu lalu daya tahan psikis akan menjadi menurun, sebagian besar hasil dari yang ditimbulkan bila individu sering melakukan masturbasi, yakni:Dampak Fisik menurut Fisher yaitu adalah:
1) Melihat dari segi fisik, masturbasi umumnya memberi dampak rasa lelah pada seseorang dikarenakan masturbasi pada biasanya dilakukan sacara tergesa-gesa agar mencapai ejakulasi.
2) Menggunakan alat bantu dengan berlebihan sehingga menyebabkan luka ataupun infeksi di bagian kelamin.
3) Masturbasi yang dilakukan tidak tepat serta tidak dapat dikontrol bisa merusak selaput darah yakni keperawanan dikelamin wanita, serta pada pria bisa merusak ataupun memutuskan jaringan pada darah di Phallus yang bisa mempengaruhi kekuatan eraksi sehingga akan semakin melemah.
4) Ejakulasi dini
Yakni ketika pria melakukan masturbasi dengan memiliki tujuan supaya cepat mencapai klimaks, akan memiliki kemungkinan pria itu akan mengalami ejakulasi yakni mengeluarkan mani dengan terlalu dini setelah ia sudah menikah, maka dari itu kebiasaan cepat untuk mencapai titik puncak atau klimaks. Ketika seseorang sering melakukan masturbasi secara rutin, atau terlampau banyak di satu waktu yang sama, sehingga individu tersebut memiliki kemungkinan akan kehilangan rasa peka dibagian alat kelamin atau sexual anesthesia.
5) Alami disfungsi ereksi dan kehilangan gairah seksual
Apabila terlalu sering melakukan masturbasi, ini bisa mempengaruhi kemampuan otak dalam merespons rangsang seksual.Akibatnya kemampuan ereksi melemah. Bahkan dalam tingkat keparahan tertentu menyebabkan impotensi, yakni gangguan seksual yang membuat penis tidak bisa berdiri sama sekali.Disfungsi ereksi atau impotensi sendiri adalah kondisi ketika penis tidak mampu ereksi atau mempertahankan ereksi, walau terdapat rangsangan seksual.Meski tidak berbahaya, kondisi tersebut sangat mengganggu penderita maupun pasangannya karena adanya penurunan gairah seksual.

Austrarizky Fabrian Putra Ratmonohadi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Manajemen Universitas Airlangga

Referensi:
1. Larastiti,Adinda Putri.2014. “HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN PERILAKU MASTURBASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA”.skripsi.Semarang:UNIVERSITAS DIPONEGORO
2. Surahmi,Alifiah.2020.” Masturbasi (Studi Kasus Perilaku Seksual Mahasiswi di Kota Makassar)”.Skripsi.Makassar:UNIVERSITAS HASANUDDIN
3. Kusmiran E. (2011). “Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita”.Jakarta : Salemba Medika.
4. Asnawinda,Firda Deska.2021.” IDENTIFIKASI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASTURBASI”.Skripsi.Lampung:UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
5. Hakim,Arief Rakhman.2020.”Kontrol Diri Individu Pelaku Masturbasi Pada Masa Social Distancing”.Skripsi.Semarang: Universitas Negeri Semarang
6.https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/manfaat-masturbasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun