Mengikuti pendampingan online RumahScopus 8 kali pertemuan, terbuka pikiran dan wawasan bagaimana cara menulis naskah agar tembus Scopus .  Apiikasi Scopus.com, canggih, mampu menampilkan semua judul lengkap dengan tingkat mutu apakah Q1 atau Q2.  Sayangnya, aplikasi ini milyaran rupiah harganya;  AI (artificial intelligence) diperintah untuk mencarikan ide dan menjawab sejumlah masalah yang diajukan.  Dengan memasukan kata kunci, browsing rujukan  dilaksanakan di Mendelay;  Kalimat yang muncul di rephase, agar tidak dianggap plagarism oleh turnitin.  Tutor RumahScopus  mengajarkan kiat agar tidak terlacak oleh Turnitin, padahal  tidak mengubah esensi informasi yang didapat.Â
Paper yang dibuat untuk jurnal Scopus, Fokus pada manuver dalam menulis, kontennya tidak berubah secara esensial. Â Judul dibuat agar menarik dibaca, walaupun kontennya tidak beda. Â Judul 'Analisis Serapan Tenaga Kerja Dalam Usaha Tahu Tempe', biasa, tidak seksi. Â Dipoles menjadi 'Skenario Penentuan Input Bahan Baku Tahu Tempe Untuk Mengatasi Pengangguran'. Â Judul kedua terkesan bombastis, padahal isinya, beda tipis dengan judul pertama. Â Apa yang salah? Â Pemasaran mengajarkan, kemasan produk memiliki pengaruh yang besar dalam menarik perhatian konsumen.Â
Kalimat dicermati, harus tunduk pada kaidah SPOK (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan). Mainstream dari usaha ini adalah bagaimana agar paper bisa diterbitkan oleh jurnal yang  terindex Scopus, bukan tentang bagaimana meningkatkan kemaslahatan masyarakat.  Bagaimana konten sebuah paper bisa meningkatkan kemaslahatan masyarakat, dibaca saja tidak, karena judul tidak memiliki daya tarik untuk  dibaca.  Maka dipoleslah kemasannya agar menarik, walau kontennya biasa saja.  Manfaat (isi) sudah dikalahkan oleh tampilan. Â
Sekali waktu, Rosul blusukan ke pasar, tertuju perhatiannya pada kurma yang disusun rapi dan menarik. Â Kurma basah yang bermutu rendah disembunyikan dan ditaruh di bagian paling bawah agar tidak kelihatan. Â Rasul menegur, itu bagian dari upaya menipu konsumen. Â Semestinya, konsumen dikasih tahu secara jujur, bahwa bagian ini dan itu produknya begini dan begitu, sehingga tidak menimbulkan penyesalah konsumen setelah beli. Â Â
Begadang sampai larut malam, mencari jurnal bermutu, membaca kontennya; Â membuat berat untuk bangun tahajuz. Â Sebagian orang bercerita bahwa dirinya tetap bisa bangun sholat malam walau begadang menyelesaikan pekerjaan. Kerja keras? Â Selama masih pada batas yang bisa ditolerir oleh kapasitas tubuh, ok, penggunaan sumberdaya 'full capacity, barokah. Â Â
Dimana letak ibadahnya amalan mencari rujukan menulis paper ini untuk pubikasi jurnal terindex scopus?  Niat menulis agar paper yang dibuat tembus Scopus, bukan  untuk kemaslahatan.  Ada jaminankah paper dari jurnal Scopus itu yang menyelesaikan masalah kehidupan? Berapa persen penduduk dunia yang menjadi pembaca Scopus? Â
Semoga terjadi perubahan yang solutif dalam sistem penjenjangan karir dosen dan peneliti. Â
Menonton rekaman lagu smule di facebook, Syamsudaris dan 2 orang temanya,menyanyikan lagu barat. Â Apakah perbuatan itu merupakan amal soleh yang diridoi oleh Mu? Â Hamba setengah menikmati alunan suaranya , tetapi tidak memahami konten yang terkandung dalam syairnya; sebagian penonton menjadi tahu kalau mereka punya potensi untuk menyanyikan lagu. Â Jadi, selalukah amal perbuuatan itu bernilai amal sholeh? Â Kalau sekedar amal saja, berguna tapi terbatas, sebatas kepentingan dunia. Â Amal minum berguna, menghilangkan haus; namun, minum tersebut berpotensi dan berpeluang untuk mendapatkan pahala, asal dipenuhi syaratnya.
Setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi agar perbuatan itu bernilai amal soleh: (1) niat karena Allah, bukan karena mahluk; (2) lakukan amal itu sesuai dengan sunnah Rosul.Â
Semua amal menjadi amal soleh, semua perbuatan menjadi amal ibadah asal dipenuhi syarat tersebut. Â Maka menuntut ilmu menjadi wajib untuk mengetahui bagaimana mengupayakan agar semua amal, menjadi amal soleh.
Kembali ke kasus Scopus , apakah paper Scopus itu bernilai amal soleh? Â Sebagian paper Scopus mungkin meningkatkan kemaslahatan, dan akan bernilai amal soleh asal diawali dengan (1) niat karena Allah dan (2) proses penuisannya sesuai dengan sunnah Rosul (jujur, amanah, fathanah, tabigh).Â
Semoga Allah memberikan kemampuan untuk meluruskan niat menulis karena Allah, dan melakukan proses menulis sesuai dengan sunnah Rosul.Â
Apa yang mendorong penuis meng-upload tulisan ini?Â
(1) niat ingin berbuat baik, perintah Allah 'berfastabikul khairat; berlindung kepada Allah agar tidak tercetus kemauan ingin dipuji. Â Apa yang dipuji, tulisan ini, tidak berkelas. Â
(2) ingin terus berlatih, mengasah, meningkatkan keterampilan menulis, menuang ide yang muncul dibenak;
(3) dengan berbagi tulisan ini kepada pembaca lain, berharap ada manfaatnya; ada pembaca yang punya masalah yang sama, namun belum sempat memikirkan dan menuisnya, semoga tuisan ini bisa mengisi kekosongan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H