Sila ini memuat dua kata penting dalam keutuhan bangsa. Menimbang pemimpin menggunakan sila ini, diharapkan hadirnya sosok kolaborator dan perekat keragaman suku di Nusantara.
Kata persatuan harus tercermin dalam calon pemimpin pada watak yang bersih dari isi SARA. Hanya saja ada paslon yang tak henti dituding fitnah "politik identitas" meski ketika menjabat ia membuktikan sebaliknya, semua agama terayomi dengan adil.
Kemudian hanya pada sila saja ini termuat kata Indonesia, menyiratkan karakter nasionalis sejati. Maka kita timbang paslon yang ada dengan rekam jejak apa yang pernah ia berikan untuk bangsa. Latar belakang militer sedikit diuntungkan pada frasa ini, karena ia pernah terjun langsung mempertaruhkan nyawanya demi keutuhan bangsa.
Namun inti dari ke-Indonesiaan dalam sila ini adalah kenegarawan, yaitu kemampuan merangkul dan mengalami semua kelompok dan golongan sehingga merasakan negara hadir dalam momen yang diperlukan, serta mampu menjadi perekat keragaman bangsa.
Pasangan yang "Persatuan Indonesia" adalah pasangan yang diterima banyak kalangan, suku, ataupun agama dari akar rumput. Bukan diterima berbagai kalangan dari oligarki.
Maka kita lihat ada paslon yang secara organik didukung dari pihak "kanan" (kaum Islamis dan agamawan), sampai penggemar KPOP. Â Bicara Islamis atau keumatan, dukungan yang didapat pun dari kalangan santri tradisionalis sampai muslim perkotaan. Di tengah umat agama lain ia pun didukung karena memiliki rekam jejak kala menjabat sebagai gubernur, yaitu mengakomodasi pendirian rumah-rumah ibadah dengan minim (kalau tidak mau disebut nihil) konflik. Namun, seperti yang sudah ditulis di atas, paslon ini tidak henti dirundung fitnah "politik identitas". Begitulah, disebut fitnah karena bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H